Oleh : Adung Abdul Haris

I. Pendahuluan

Interaksi yang intensif antara sejarawan dengan berbagai fakta sejarah, atau dialog tanpa akhir antara zaman now dengan zaman old merupakan suatu keniscayaan bagi terciptanya obyektivitas sejarah. Mengingat sejarah sebagai peristiwa tentu saja tidak berbarengan dengan sejarah sebagai rekaman peristiwa. Secara diakronis, disparitas antara keduanya bias dalam rentang waktu yang sangat panjang, berdasawarsa bahkan berabad-abad lamanya. Itulah mengapa, wilayah Banten sebagai locus utama Kesultanan Islam Banten yang pernah mengalami masa “keemasan” ketika dizaman Sultan Ageng Tirtayasa, juga pernah mengalami intelektualisme, yakni dengan munculnya sosok ulama asal Banten yang berkaliber internasiolal seperti Syaikh Nawawi Al-Bantani hingga saat ini masih menjadi insfirasi bagi masyarakat Banten. Kedua hal tersebut, niscaya harus terus didialogkan, mengingat jejak-jejak inkubasi sejarah masa kejayaan dan intelektualusme di Banten, sebagai peristiwa dan rekaman peristiwa sejarah kedigjayaan Banten, terutama begitu menonjol di abad ke 16-17 M. Goresan qalam penulis kali ini (artikel kali ini), merupakan ikhtiar penulis untuk melakukan reinterpretasi atas berbagai historiografi yang telah secara mapan dilakukan oleh para sejarawan Banten dan diyakini kebenarannya oleh penikmat sejarah. Tentu saja, ada kesamaan interpretasi atas peristiwa yang sama, namun juga penulis menyuguhkan reinterpretasi terhadap peristiwa sejarah masa lalu Banten (masa keemasan atau masa kejayaan Banten), sudah barang tentu tulisan kali ini sangat mungkin mengandung kelemahan dan sekaligus mengundang polemik. Semua itu dihajatkan untuk menghadirkan interpretasi yang lebih obyektif bagi para ahli tafsir sejarah Banten. Namun, ada banyak pihak yang berkontribusi signifikan dalam konteks untuk menyuguhkan tema tulisan saya pada kali ini yang tak mungkin disebutkan satu persatu.

II. Masa Kejayaan Atau Masa Kegemilangan Kesultanan Islam Banten

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Islam Banten

Kerajaan Islam Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang penting dalam sejarah Indonesia, khususnya di wilayah Barat Pulau Jawa. Pendirian Kerajaan Banten erat kaitannya dengan penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Songo, khususnya oleh Sunan Gunung Jati. Pada abad ke-16 M, Banten merupakan bagian dari Kerajaan Sunda yang beragama Hindu-Buddha. Namun, setelah penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah (Sunan Gunung Jati) yang bersekutu dengan Kesultanan Demak, Banten pun mulai beralih menjadi pusat kekuasaan Islam. Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, diangkat menjadi Sultan pertama Banten, yaitu pada tahun 1552 M. Di bawah kepemimpinannya, Banten menjadi kerajaan Islam yang berkembang pesat. Sultan Maulana Hasanuddin berupaya keras untuk membangun dan memperkuat kerajaan, baik dari segi pemerintahan, militer, maupun ekonomi. Beliau juga memperkenalkan berbagai kebijakan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan masyarakat Banten.

B. Masa Kejayaan Kesultanan Banten

Masa kejayaan Kerajaan Banten terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). Pada masa itu, Banten mencapai puncak kejayaannya dalam berbagai aspek, seperti dibidang politik, ekonomi, dan kebudayaan. Berikut adalah beberapa faktor yang mendukung kejayaan Kerajaan Banten:

  1. Perdagangan Internasional.
    Banten memiliki letak geografis yang sangat strategis, yakni di ujung Barat Pulau Jawa, dekat dengan Selat Sunda. Posisi ini menjadikan Banten sebagai salah satu pelabuhan perdagangan utama di Nusantara. Saat itu pelabuhan Banten ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk Arab, Persia, India, Cina, dan Eropa. Sedangkan komoditas utama yang diperdagangkan antara lain lada, rempah-rempah, beras, dan berbagai hasil bumi lainnya.
  2. Angkatan Laut Yang Kuat.
    Untuk mengamankan jalur perdagangan dari ancaman bajak laut dan kekuatan kolonial asing, Kerajaan Banten saat itu memiliki angkatan Laut yang kuat dan terlatih. Armada laut Banten saat itu berperan penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan wilayah perairan sekitar Banten. Dengan kekuatan militer yang tangguh, Banten pada saat itu mampu mempertahankan kedaulatannya dan mengontrol lalu lintas perdagangan di Selat Sunda.
  3. Kebijakan Politik Yang Cerdas.
    Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan cerdas dalam mengambil kebijakan politik. Beliau menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan dan negara asing untuk memperkuat posisi Banten di kancah internasional. Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga melakukan reformasi internal untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan dan kesejahteraan rakyatnya.
  4. Proses Pembangunan Infrastruktur.
    Selama masa kejayaannya, Kerajaan Banten melakukan berbagai pembangunan infrastruktur, seperti Masjid, Benteng, Keraton, dan fasilitas umum lainnya. Salah satu pembangunan yang monumental adalah Masjid Agung Banten, yang hingga kini masih berdiri megah dan menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang penting.

C. Kemunduran Kesultanan Banten

Kemunduran Kerajaan (Kesultan) Banten dimulai pada akhir abad ke-17 M, ketika terjadi konflik internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji. Konflik tersebut memang tidak lepas dari campur tangan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang memiliki kepentingan besar untuk menguasai perdagangan di wilayah Banten.

D. Konflik Internal

Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji memuncak pada tahun 1680 M, ketika Sultan Haji meminta bantuan VOC untuk melawan ayahnya. Dengan dukungan VOC, akhirnya Sultan Haji berhasil merebut kekuasaan dan mengasingkan Sultan Ageng Tirtayasa. Konflik ini melemahkan kekuatan internal Banten dan membuka jalan bagi VOC untuk semakin memperkuat pengaruhnya di internak Kesultanan Banten.

E. Dominasi VOC

Setelah Sultan Haji berkuasa, pengaruh VOC semakin dominan di Banten. VOC memberlakukan berbagai kebijakan yang menguntungkan mereka dan merugikan Banten. Akibatnya, ekonomi Banten mengalami kemunduran dan ketergantungan terhadap VOC semakin meningkat. Pada awal abad ke-19 M, Kerajaan Banten akhirnya menjadi wilayah jajahan Belanda, dan kekuasaan lokal sepenuhnya berada di bawah kendali kolonial Belanda.

F. Kerusakan Infrastruktur

Konflik internal dan intervensi VOC menyebabkan banyak kerusakan pada infrastruktur dan fasilitas umum di Banten. Beberapa bangunan bersejarah hancur atau rusak parah akibat peperangan dan penjarahan. Hal itu semakin memperparah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Banten.

II. Artefak Sejarah Peninggalan Kesultanan Banten

Meskipun Kerajaan (Kesultanan) Banten telah runtuh, namun berbagai artefak sejarah peninggalan Kesultanan Banten hingga saat ini masih dapat ditemukan hingga saat ini, dan hal itu menjadi bukti tentang kejayaan masa lalu. Beberapa peninggalan penting dari Kerajaan Banten antara lain:

  1. Masjid Agung Banten.
    Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanuddin. Masjid tersebut merupakan simbol kejayaan Islam di Banten dan menjadi pusat kegiatan keagamaan serta pendidikan Islam pada masanya. Arsitektur masjid yang khas dengan atap berbentuk tumpang menunjukkan akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Masjid Agung Banten tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan kegiatan sosial masyarakat Banten pada masa kejayaannya.
  2. Keraton Kaibon.
    Keraton Kaibon adalah salah satu keraton penting yang menjadi tempat tinggal para Sultan Banten. Meskipun sebagian besar bangunannya telah hancur, namun sisa-sisa Keraton masih dapat ditemukan dan memberikan gambaran tentang kemegahan Istana pada masa lalu. Keraton Kaibon juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik di Banten. Keraton ini dulunya merupakan pusat pemerintahan dan tempat tinggal Sultan Ageng Tirtayasa serta keluarganya. Kini, reruntuhan Keraton Kaibon menjadi saksi bisu kejayaan dan kemunduran Kerajaan Banten.
  3. Benteng Speelwijk.
    Benten tersebut dibangun oleh VOC pada abad ke-17 M, untuk memperkuat pertahanan mereka di Banten. Benteng ini menjadi salah satu peninggalan kolonial yang menunjukkan peran VOC dalam sejarah Banten. Benteng Speelwijk masih berdiri hingga kini dan menjadi saksi bisu dari pertempuran dan konflik yang pernah terjadi di wilayah ini. Benteng ini memiliki arsitektur khas Eropa dengan tembok tebal dan menara pengawas yang berfungsi untuk mengawasi pergerakan musuh di sekitar wilayah perairan Banten.
  4. Vihara Avalokitesvara.
    Vihara Avalokitesvara adalah salah satu vihara tertua di Banten yang menunjukkan keragaman budaya dan agama di wilayah Banten. Vihara tersebut dibangun pada masa kejayaan Banten dan masih digunakan hingga saat ini sebagai tempat ibadah umat Buddha. Keberadaan vihara Avalokitesvara menunjukan toleransi beragama yang tinggi di Banten pada masa lalu, dimana umat Islam, Buddha, dan penganut agama lainnya bisa harmonis serta bisa hidup berdampingan.
  5. Kompleks Pemakaman Sultan Maulana Hasanuddin.
    Kompleks pemakaman tersebut merupakan tempat peristirahatan terakhir Sultan Maulana Hasanuddin dan para anggota keluarganya. Pemakaman tersebut menjadi salah satu situs sejarah yang penting, yang menunjukkan penghormatan masyarakat Banten terhadap pendiri kerajaan mereka. Kompleks pemakaman ini dikelilingi oleh tembok batu dengan ornamen khas Islam, memberikan kesan khidmat dan sakral.

Sedangkan eksistensi serta masa kejayaan kerajaan Islam Banten zaman dulu, memiliki peran penting dalam sejarah Nusantara, terutama dalam penyebaran agama Islam dan pengembangan perdagangan internasional di Pulau Jawa. Meskipun kerajaan Banten mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh ke tangan kolonial Belanda, namun hingga saat ini berbagai artefak sejarah (peninggalannya) masih dapat ditemukan hingga kini dan menjadi bukti tentang masa kejayaan masa lalu Banten. Dan Banten sebagai salah satu pusat kebudayaan dan perdagangan di Jawa, akhirnya telah meninggalkan jejak sejarah yang kaya dan gemilang, yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dan inspirasi bagi generasi masa kini dan masa yang akan datang. Sebagai warisan budaya, peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Banten, tentunya perlu dijaga dan dilestarikan agar nilai-nilai sejarah dan kebudayaan tersebut tetap hidup dan dapat terus dipelajari oleh generasi mendatang.

III. Upaya Mereaktualisasikan Kembali Masa Kejayaan Banten Melalui Jalur Pendidikan

Persoalan pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama (Islam) pada khususnya, termasuk dalam konteks Propinsi Banten, memang selalu aktual dan menarik untuk diperbincangkan. Berbagai diskusi dan seminar kerapkali diselenggarakan oleh beberapa kalangan, baik dalam kerangka pemecahan terhadap masalah-masalah (problem solving) kependidikan maupun dalam rangka perumusan kebijakan dan pola strategi, serta format kelembagaan ideal yang diharapkan mampu menjawab tantangan masyarakat ke depan. Karena, pendidikan merupakan sebuah proses dinamis, elastis, dan memiliki karakteristik selalu berkembang mengikuti denyut nadi kehidupan masyarakat.
Pembicaraan ini menjadi kian menemukan momentumnya ketika dikaitkan dengan persoalan dan eksistensi Propinsi Banten yang notabene memiliki spesifikasi yang khas dan menarik, terutama dalam hal pola kehidupan keberagamaannya, yang menjadi ciri budaya masyarakat Banten. Tipologi masyarakat Banten memang dikenal memiliki karakteristik yang agamis bahkan cenderung mistis. Sejak lama masyarakat Banten dikenal memiliki tradisi dan semangat keilmuan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, wajar jika tidak sedikit tokoh-tokoh ulama (pemikir muslim) klasik yang lahir dari ranah Banten, seperri sanga ulama sekaliber Syaikh Nawawi al-Bantani (ab-ad XVIII) dari Tanara Banten, yang cukup mendunia dan dikenal luas di pelbagai negara Timur Tengah, menjadi bagian terpenting dari sejarah kecemerlangan pendidikan masyarakat Banten. Dan masih banyak sosok ilmuan Banten yang berhasil mengangkat pamor daerah Banten di mata dunia. Dengan demikian, Banten dianggap memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam upaya pembinaan, pengembangan, serta pengamalan ajaran agama Islam. Oleh karena itu sebenarnya, kekhasan dalam konteks ini amat paralel dengan konsep pendidikan yang menjadi acuan dalam proses pembentukan mentalitas dan budaya keilmuan masyarakat Banten. Meskipun demikian, sejarah Banten dalam bidang pendidikan agaknya kurang mendapat sentuhan dan perhatian banyak pihak. Padahal aspek ini memiliki relevansi secara sosiologis dengan realitas kebudayaan masyarakat Banten yang hidup dan tumbuh dari dulu hingga sekarang. Realitas kebudayaan masyarakat Banten sesungguhnya lahir dari pola hidup sebuah komunitas yang telah terbentuk lewat suatu metode atau peristiwa-peristiwa tertentu. Bahkan, suatu kebudayaan dapat saja lahir lewat proses alamiah (natural) yang membentuk perilaku masyarakat secara wajar dan alami. Namun di samping itu, sebuah kebudayaan juga dapat dibentuk berdasarkan proses yang dirancang (designed) sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah pola tertentu yang kemudian menghasilkan kebudayaan. Yang saya maksud dalam hal yang terakhir ini, tak lain adalah proses pendidikan.

Proses pendidikan, dipandang sebagai hal yang mampu merubah bahkan menciptakan sebuah kebudayaan. Semakin baik sistem dan pola pendidikan yang diterapkan, maka semakin tinggi pula nilai kebudayaan yang dihasilkan. Dalam tulisan ini saya mencoba mendeskripsikan tentang sejauhmana pengaruh aspek pendidikan, khususnya pendidikan agama terhadap pembentukan mentalitas masyarakat Banten, khususnya budaya keilmuan dan sikap keberagamaan yang kental, sebagai karakteristik utama masyarakat Banten. Dan yang tak kalah penting adalah menyangkut rencana strategis pengembangan pendidikan agama Islam, yang seyogyanya mampu menjawab tantangan zaman.

A. Karakteristik Pendidikan Agama di Banten

Profil kebudayaan Propinsi Banten, dengan pelbagai potensi dan keunggulannya, baik dilihat dari perspektif sejarah maupun perspektif sosiolgis, dianggap memiliki prospek yang sangat baik bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat di bidang pendidikan, terutama pendidikan agama. Dari perspektif sejarahn misalnya, potensi pendidikan agama di wilayah Banten dapat dilihat dari jumlah institusi pendidikan yang ada serta kualitas “out put” yang dihasilkan menunjukkan betapa wilayah Banten sangat kondusif bagi pembangunan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Sedangkan jika dilihat dari sisi sosiologis, masyarakat Banten dapat dikategorikan sebagai komunitas yang bercorak agamis (religius) dan memiliki semangat keberagamaan yang cukup tinggi. Tipologi semacam itu telah berdampak pada kecenderungan masyarakat menyangkut arah kebijakan pendidikan yang digariskan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak yang berwenang. Kecenderungan tersebut mewujud secara konkret dalam pelbagai bentuk dan model pendidikan bernuansa Islam yang memiliki misi pembinaan mentalitas dan keilmuan dalam bidang keagamaan, dalam hal ini Islam.
Secara umum, terdapat empat model atau pola institusi pendidikan agama yang dikenal dan berjalan dari waktu ke waktu di Banten, dan termasuk yang penulis alami sejak kecil, yakni ketika di era tahun 1970-an. Pertama, pendidikan agama di pondok pesantren. Model pendidikan agama semacam ini, menurut pendapat para pakar sejarah pendidikan Indonesia, merupakan model institusi pendidikan tertua yang dikenal di bumi Nusantara. Keberadaan pesantren telah dikenal semenjak permulaan penyebaran dan pengembangan Islam di tanah air. Para ulama, disamping berdakwah melalui pendekatan budaya (kultural) yang hidup dalam suatu komunitas masyarakat tertentu yang kemudian berhasil merekrut (mengislamkan) sebagaian masyarakat, setelah itu mereka juga melakukan serangkaian dan pembinaan terhadap umat Islam (mu’allaf) dan membekali mereka dengan pelbagai materi ajaran Islam melalui program pendidikan informal yang diselenggarakan dengan sangat sederhana. Model pendidikan semacam itu kemudian dikenal dengan nama “Pondok Pesantren”.

Di wilayah Banten, model institusi pendidikan seperti pondok pesantren ini menyebar ke pelbagai pelosok daerah dan dikenal luas dalam masyarakat. Sistem ini kemudian dijalankan dengan menggunakan metode dan pendekatan masingmasing, serta dengan memberikan penekanan (stressing) pada bidang-bidang kajian tertentu. Yakni, ada yang menitikberatkan pada pengkajian fikih-fikih klasik, pengkajian ilmu-ilmu kebahasaan (gramatikal) terutama bahasa Arab, penghafalan Alquran, tilawatil Quran (qari), bahkan ada juga yang memfokuskan diri pada kelancaran dan kefasihan dalam berbahasa Arab. Kedua, pendidikan agama di madrasah-madrasah. Model pendidikan agama lewat institusi madrasah, juga menjadi ciri khas pendidikan agama di Banten dan telah memberikan andil yang besar bagi upaya transformasi nilai-nilai keislaman bagi umat Islam, terutama generasi muda. Namun, berbeda halnya dengan pesantren, biasanya madrasah memiliki hubungan administratif dengan pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama. Meskipun demikian, maka sesuai dengan namanya, materi pendidikan agama di madrasah mendapat porsi jauh lebih besar, yakni 75% dibanding materi-materi lainnya yang hanya 25%. Ketiga, pendidikan agama masyarakat di majlis-majlis ta’lim. Model pendidikan agama di majelis ta’lim ini memiliki keunikan tersendiri. Model ini sungguh jauh dari kesan formal. Peserta pendidikan, biasanya, mayoritas ibu-ibu rumah tangga atau bapak-bapak yang sudah berusia lanjut. Namun, tidak menutup kemungkinan diikuti pula oleh kaum remaja dan anak-anak. Keunggulan sistem ini, disamping informalisme, materi-materi yang disampaikan cenderung bersentuhan dengan persoalan-persoalan kehidupan keseharian masyarakat. Selain itu, lewat forum majlis ta’lim tersebut, hubungan silaturahim antar warga masyarakat akhirnya menjadi kian erat.
Keempat, pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, selain mencerdaskan peserta didik dengan materi-materi keilmuan, tapi proses pendidikan juga dituntut untuk menciptakan manusia Indonesia yang bermoral dan beretika. Dan melalui pendidikan agama atau etika keagamaan (al-akhlak al-karimah) di sekolah-sekolah umum ini, diharapkan seorang peserta didik mampu mengintegrasikan nilai-nilai keilmuan bersa-maan dengan nilai-nilai etika keberagamaan.

Mencermati keempat profil dan model pendidikan agama tersebut, meski dengan karak-teristik yang cenderung tradisional, maka secara kasat mata, Banten sesungguhnya berpeluang besar menjadi wilayah Propinsi yang agamis (relijius), sebagaimana akar sejarah leluhur Banten itu sendiri. Oleh karena itu, wajar jika Banten dianggap memiliki potensi besar dalam pembangunan masyarakatnya secara komprehensif dan integral, terutama peningkatan pembangunan mentalitas keagamaan.

B. Menyusun Strategi Pengembangan

Urgensi pembangunan mentalitas dan moralitas keagamaan masyarakat Banten sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari memori kolektif terhadap sejarah klasik masyarakat Banten, terutama ketika masa kesultanan Banten. Prediket Banten sebagai komunitas religius sejatinya menjadi beban atau tanggung jawab yang teramat berat. Oleh karena itu, mempertahankan predikat tersebut, mau tidak mau, menjadi tanggung jawab kolektif masyarakat Banten dan pemerintah daerah saat ini. Maka upaya yang perlu dan mendesak dilakukan adalah peningkatan dan pengembangan proses pendidikan yang telah berjalan, baik kualitas maupun kuantitas.
Berkenaan dengan upaya-upaya tersebut masyarakat dan pemerintah daerah dituntut untuk melakukan kerja sama secara intensif dalam rangka merealisasikan hal-hal beruikut ini. Pertama, perlu adanya upaya konkret bagi terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan keagamaan secara institusional. Upaya ini dapat berbentuk penyuluhan atau pembinaan tentang pengelolaan administrasi lembaga pendidikan agar lebih profesional dan bertanggung jawab. Dengan begitu maka institusi pendidikan yang berciri khas Islam menjadi primadona bagi generasi muda. Kedua, peningkatan mutu pendidik dan kurikulum. Pendidik atau guru merupakan aspek terpenting dalam proses pendidikan disamping kurikulum. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah sistem atau kurikulum tanpa didukung tenaga pendidik yang profesional, maka rasarasanya sulit untuk mewujudkan proses pendidikan yang ideal. Posisi pendidik, dengan demikian, laksana “the man behind the gun”. Oleh karena itu, diantara tugas terpenting pemerintah daerah saat ini adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kehidupan para pendidik. Ketiga, meningkatkan kuantitas lembaga pendidikan.

Pemerintah daerah (Banten), seyogyanya melalui RAPBN maupun RAPBD-nya, tentunya perlu menjadikan bidang pendidikan sebagai perioritas utama dalam program pembangunannya. RAPBD Banten kedepan sebaiknya memperioritaskan pengembangan infra struktur pendidikan di wilayah Propinsi Banten. Baik menyangkut penambahan gedung-gedung sekolah, maupun penambahan jumlah pendidik untuk disebar di pelbagai pelosok wilayah. Termasuk dalam upaya ini, adalah mengurangi beban biaya pendidikan kalau tidak mungkin dihilangkan sama sekali bagi masyarakat yang kurang mampu.

IV. Reaktualisasi Kejayaan Banten Melalui Proses Intelektualisme Dan Jalur Akademis

A. Keberadaan UIN Banten Perkuat Kualitas Mahasiswa Baru Pascasarjana

Kesultanan Banten ketika dimasa kejayaannya pada saat itu (abad 16-17 M) mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Pada saat itu Kesultanan Banten adalah kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan untuk menopang perekonomian kerajaan. Untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatra melalui Selat Sunda. Pusat pemerintahannya kemudian dipindahkan dari pedalaman Banten Girang ke pesisir. Di kawasan teluk Banten, bahkan Sultan Maulana Hasanuddin pada saat itu membangun tiga institusi penting sebagai motor perubahan kerajaannya, yaitu Masjid sebagai basis kegiatan sosial keagamaan, Keraton Surosowan menjadi pusat pemerintahan, dan Pelabuhan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India, dan Tiongkok dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 Masehi.

Tak salah kiranya dalam konteks sekarang ini, jika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) yang ada di Banten, yakni Universitas Islam Negeri diberi nama UIN Sultan Maulana Hasanudin (SMH). Universitas tersebut berdiri pada Oktober 1961 dan resmi bertranformasi menjadi Universitas pada 7 April 2017 bertepatan dengan 10 Rajab 1438 H sesuai Perpres No 39 Tahun 2017 tentang UIN Banten. Sejarah berdirinya UIN SMH Banten mereflesikan semangat perjuangan umat Islam Banten yang dimulai sejak tahun 1961 ketika pertama kali Universitas Maulana Yusuf dibuka sampai dengan diresmikannya UIN SMH Banten pada tahun 2017.

Sementara Fakultas dan Program Studi yang ada saat ini di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten memiliki enam Fakultas S1 dan Program Pascasarjana (S2) dan (S3). Keenam Fakultas tersebut diantaranya : Pertama, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Fakultas tersebut bertujuan untuk menghasilkan sarjana muslim yang siap menjadi guru profesional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan saat ini memiliki enam program studi S1: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Tadris Bahasa Inggris, Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Prodi Fisika, dan Prodi Biologi. Kedua. Fakultas Syariah. Fakultas Syariah saat ini memiliki tiga program studi S1 yaitu: Hukum Keluarga Islam/Ahwal Syakhshiyah, Hukum Tata Negara/Siyasah, dan Hukum Ekonomi Syari’ah/Mu’amalah. Ketiga, Fakultas Ushuluddin dan Adab. Fakultas Ushuluddin saat ini memiliki lima program studi S1, yaitu: Aqidah dan Filsafat Islam, Almu al-Qur’an dan Tafsir, Sejarah Peradaban Islam, Bahasa dan Sastra Arab, dan Ilmu Hadits. Keempat, Fakultas Dakwah. Fakultas Dakwah saat ini memiliki tiga program studi Studi S1, yaitu: Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bimbingan Konseling Islam, dan Pengembangan Masyarakat Islam. Kelima, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam saat ini memiliki tiga program studi S1, yaitu: Ekonomi Syari’ah, Asuransi Syari’ah, dan Perbankan Syari’ah. Keenam, Fakultas Sains. Fakultas Sains saat ini memiliki dua program studi S1, yaitu: Biologi dan Fisika.

B. Program Pascasarjana.

Saat ini, Program Pascasarjana memiliki tujuh program studi S2 (Magister), yaitu: Pendidikan Agama Islam, hukum Keluarga Islam, Ekonomi Syari’ah, Manajemen Pendidikan Islam, Studi Islam Interdisipliner, dan Pendidikan Bahasa Arab. Selain itu, UIN SMH Banten juga memiliki tiga Program Studi S3 (Doktor) yaitu: Pendidikan Agama Islam, Manajemen Pendidikan Islam, dan Hukum Keluarga Islam.

Sedangkan Visi, Misi, Dan Tujuan UIN SMH Banten memiliki Visi menjadi Universitas Islam yang unggul dan terkemuka dalam integrasi keilmuan yang berwawasan global. Adapun misinya adalah :

  1. Mengembangkan Pendidikan Akademik, Vokasi, dan Profesi yang Berkualitas;
  2. Menyelenggarakan Penelitian yang Inovatif dan Integratif;
  3. Melakukan Transformasi Masyarakat Sesuai dengan Nilai Keislaman; dan
  4. Membangun Kerjasama yang Produktif dan Kompetitif.

Sementara tujuan UIN SMH Banten yaitu :

  1. Menghasilkan Lulusan yang Unggul, Profesional dan Berakhlak Karimah yang Dapat Menerapkan dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni;
  2. Terciptanya Penelitian yang Inovatif dan Integratif untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban;
  3. Terlaksananya Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Secara Transformatif Berbasis Nilai Keislaman;
  4. Terlaksananya Kerja Sama yang Produktif dan Kompetitif.

C. Sembilan Tata Nilai UIN SMH Banten

Visi, misi, dan tujuan UIN SMH Banten diperkuat lagi dengan tata nilai yang berjumlah Sembilan, yang kemudian disebut “Sembilan Tata Nilai UIN SMH Banten” yang meliputi :

  1. Religius. Menciptakan budaya religius, yaitu komitmen pada nilai-nilai Islam sebagai “rahmatan lil alamin”. (2). Akademis, yakni
    menciptakan tradisi ilmiah dengan melahirkan kepakaran dalam disiplin ilmu sesuai dengan jurusan dan prodinya. (3). Mandiri, mampu mengerjakan tugas dan kewajiban dengan motivasi sendiri tanpa bantuan orang/pihak lain serta mampu mandiri secara ekonomi. (4). Amanah dan Tanggung jawab. Melahirkan insan yang terpercaya dan dipercaya oleh masyarakat dan melaksanakan kerja dengan penuh tanggung jawab sehingga memberikan rasa aman dan nyaman terhadap mitra kerja. (5). Profesional. Melaksanakan setiap tugas secara profesional sehingga menghasilkan output yang efektif, tuntas dan tepat sasaran. (6). Kerja Keras. Bekerja dengan keras dan sepenuh hati. (7). Disiplin. Menciptakan budaya disiplin dengan komitmen menghargai waktu dan tepat waktu. (8).Inklusif. Terbuka terhadap setiap budaya dari luar yang positif yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal Islam. (9). Ukhuwah. Mengedepankan persaudaraan dan silaturahmi sebagai basis dalam bertugas, toleransi, dan lapang dada.

V. Keberadaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang-Banten

Hingga saat ini di wilayah Banten sudah berdiri perguruan tinggi umum, yaitu Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa (Untirta). Menurut Rektor Untirta, yakni t Prof. Dr. Fatah Sulaiman, bahwa sejarah dan kondisi real Untirta saat ini dimana sudah banyak mengalami perkembangan mulai dari pendaftar/peminat yang akan masuk untirta meningkat terus tiap tahunnya hingga sarana gedung yang telah dimiliki Untirta dan gambaran Kampus baru di Sindang Sari. Serang-Banten sudah sangat representatif. Selain itu Prof Fatah juga memaparkan, bahwa nilai-nilai JAWARA yang merupakan jargon dari Untirta dalam mencapai visi misinya “ Jadi JAWARA itu singkatan dari Jujur, Amanah, Wibawa, Adil, Religius, dan Akuntanbel yang diperas dari 2 tokoh besar dari banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa dan Syeikh Nawawi Al-Bantani. Nilai-nilai itulah yang dipakai dalam memwujudkan untirta sebagai integrated smart and green university yang unggul, berkarakter, dan berdaya saing dikawasan asean tahun 2030” tuturnya.

VI. Wapres RI, Resmikan Pembangunan Gedung Universitas Syekh Nawawi Banten

Wakil Presiden (Wapres) RI, KH. Ma’ruf Amin, pada tanggal 14 Oktober tahun 2024, saat meninjau proses pembangunan Gedung Universitas Syekh Nawawi Al-Banteni yang berlokasi di wilayah Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Hal itu sebagaimana telah diberitakan oleh Kantor berita ANTARA (Senin, 14/10/2024). Di hari itu Wakil Presiden (Wapres) RI, KH. Ma’ruf Amin secara simbolik meresmikan dan meletakkan batu pertama proses pembangunan Gedung Universitas Syekh Nawawi Banten, yang berlokasi di Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. “Gedung Universitas Syekh Nawawi Banten mulai dibangun pada tahun 2024 ini di lahan seluas 10 hektare,” kata KH. Ma’ruf Amin usai melakukan peresmian. Lebih dari itu Wapres RI menjelaskan, gedung tersebut akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, diantaranya gedung rektorat, gedung fakultas, Masjid, dan juga ballroom.

“Universitas ini juga sudah memperoleh izin dengan tujuh jurusan mulai dari pendidikan agama, vokasi, hingga kedokteran, yang diharapkan mampu melahirkan orang-orang yang memiliki keahlian khusus,” katanya. Lebih dari itu Wapres juga menjelaskan, untuk pembangunan gedung Universitas tersebut ditargetkan rampung 100 persen pada April 2025. Dan untuk sementara waktu para mahasiswa masih melakukan aktivitas belajar di Pondok Pesantren Syeikh Nawawi. “Sampai saat ini pembangunan sudah mencapai 30 persen, dan di Desember 70 persen, karena ditargetkan pada April 2025 sudah mencapai 100 persen, sehingga bisa ditempati oleh para mahasiswa yang saat ini masih kuliah di gedung pesantren,” katanya.

KH. Ma’ruf mengharapkan, dengan adanya Universitas Syaikh Nawawi Al-Bantani, hali itu tentunya dapat menjadikan masyarakat Tanara pada khususnya dan di wilayah Pantura pada umumnya, akan mendapatkan pendidikan yang baik dan layak ke depannya. Selain itu, beliau juga bercita-cita ingin menjadikan Universitas tersebut sebagai pusat informasi peradaban Islam di Provinsi Banten, dan bisa melakukan perubahan-perubahan besar dalam rangka ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional. “Saya minta doanya kepada seluruh masyarakat, agar nanti universitas ini menjadi Universitas yang akan membangun wilayah Banten menjadi pusat peradaban Islam,” tutur Wapres RI.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *