Oleh : Adung Abdul Haris

I. Prolog

Artefak sejarah adalah benda-benda peninggalan manusia dimasa lalu yang memberikan informasi tentang budaya dan kehidupan mereka, seperti alat-alat batu, gerabah, prasasti, hingga karya seni. Benda-benda tersebut sangat penting bagi arkeolog karena menjadi sumber primer untuk menafsirkan sejarah dan peradaban kuno, terutama bagi budaya yang tidak memiliki catatan tertulis.

A. Pengertian Artefak.
Artefak adalah segala sesuatu yang dibuat atau dimodifikasi oleh tangan manusia dimasa lalu yang dapat dipindahkan. Artefak berfungsi sebagai bukti kegiatan dan kebudayaan manusia pada periode tertentu.

B. Fungsi Dan Kepentingan.

  1. Sumber Sejarah Primer. Artefak adalah sebagai sumber sejarah primer yang memberikan informasi langsung tentang kehidupan masa lalu. (2). Memahami Kebudayaan. Melalui artefak, kita juga bisa memahami cara hidup, kepercayaan, dan praktik kebudayaan manusia purba. (3). Menentukan Periode Waktu. Artefak membantu untuk menentukan periode waktu dalam sejarah bumi dan peradaban manusia, terutama ketika tidak ada catatan tertulis.

C. Contoh Artefak Sejarah.

  1. Zaman Prasejarah.
    Ketika di zaman prasejarah, pada saat itu senjata atau perkakas yang paling canggih yaitu berupa kapak genggam, pisau tulang, alat-alat batu, dan patung-patung venus. (2). Zaman Logam. Ketika di zaman logam, saat itu sudah ada perhiasan emas, besi, perunggu, dan alat-alat logam lainnya. (3). Peninggalan Tertulis. Sedangkan peninggalan tertulis, yaitu adanya batu prasasti (lempeng tembaga atau batu) dan dokumen dari kertas atau lontar. (4). Benda kebudayaan, yaitu adanya benda seperti, keris, wayang kulit, candi, dan bangunan benteng. (5). Artefak Dari Situs Penting, yaitu adanya gulungan Laut mati, prajurit terakota dari Tiongkok, atau masker pemakaman Firaun Tutankhamun.

II. Pemulangan 30 Ribu Artefak Dari Belanda Dilakukan Secara Bertahap

Ketika berkunjung ke Belanda beberapa hari yang lalu, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Belanda akan mengembalikan 30.000 artefak yang pernah dibawa dari Indonesia. Terkait dengan hal itu, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Kebudayaan Ismunandar menyatakan, pemulangan artefak tersebut akan dilakukan secara bertahap. Namun, sejumlah objek akan menjadi prioritas. “Yang paling penting dalam koleksi Dubois adalah fosil manusia purba pertama yang ditemukan di Trinil. Ada tiga yang utama, yaitu atap tengkorak, tulang paha, dan kerang berukir,” ujar Ismunandar (Media Antara, Minggu (28/9/2025). Selain ketiga temuan utama tersebut, namun masih ribuan artefak lain, yakni terdiri dari gigi manusia purba, fosil hewan purba, hingga sisa-sisa fauna besar yang ditemukan di kawasan Trinil dan Sangiran.

Sementara proses pemulangan ribuan artefak itu akan dilakukan secara bertahap mengingat jumlah koleksi yang sangat besar. “Kita mulai dari yang paling penting. Publik Indonesia sudah hampir satu abad hanya melihat replikanya. Aslinya akan segera kita bawa pulang,” jelasnya. Menurutnya, ada tiga aspek yang kini tengah disiapkan untuk pemulangan 30 ribu artefak tersebut. Pertama, penanganan fisik fosil yang membutuhkan perlakuan khusus. Kedua, aspek legal terkait pemisahan koleksi karena sebagian artefak Dubois juga berasal dari luar Indonesia seperti Cina dan Jepang. Ketiga, keberlanjutan kerja sama penelitian internasional agar pemindahan artefak tersebut tidak memutus jejaring akademik. Lebih dari itu Ismunandar menyatakan, pemerintah menargetkan sebagian koleksi penting sudah bisa dipamerkan di Museum Nasional sebelum akhir tahun ini. Ia pun menyatakan pihaknya masih berdiskusi terkait soal lokasi peletakan artefak tersebut. “Beberapa fosil mungkin tetap menjadi objek penelitian aktif. Tapi yang utama, publik bisa melihat langsung di Museum Nasional sebagai simbol bahwa temuan besar ini berasal dari Indonesia,” tegasnya.

A. Daftar Artefak Budaya Milik Indonesia Yang Mau Dikembalikan Belanda

Pemerintah Belanda menyampaikan komitmennya untuk mengembalikan puluhan ribu artefak sejarah dan budaya kepada Indonesia yang sempat dibawa ke negaranya, sebagai bentuk penguatan hubungan bilateral kedua negara. Hal tersebut diungkapkan oleh Amsterdam (pihak pemerintah Belanda) seusai kunjungan Presiden Prabowo ke Istana Huis Ten Bosch yang disambut Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima. “Di Belanda saya diterima dengan sangat baik oleh Raja dan Belanda, dan mereka akan mengembalikan 30.000 item artefak yang mereka bawa dari Indonesia, dan dalam waktu dekat berbagai artefak tersebut akan dikembalikan ke kita,” kata Presiden Prabowo (CNBC, Sabtu (27/9/2025). “Saya kira itikad dari dari pihak Belanda, yakni ingin memelihara hubungan baik dengan kita,” tutur Presiden Prabowo. Selain itu, Presiden Prabowo juga mengabarkan bahwa Ratu Maxima akan berkunjung ke Indonesia pada tanggal 25 November 2025 mendatang. Kunjungan itu untuk mendiskusikan terkait sektor keuangan. Tegas Presiden Prabowo. Namun sebelumnya (di akhir tahun 2024) pihak Kerajaan Belanda juga sudah mengembalikan 272 koleksi benda warisan budaya Indonesia, tepatnya di akhir 2024 yang lalu. Hal itu juga ditegaskan oleh Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen di Museum Nasional Indonesia pada saat itu.

Sementara menurut Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon, berbagai artefak sejarah yang hingga saat ini sebagian besar masih berada di Belanda dan masih menjadi koleksi di Museum Rotterdam. Adapun kebanyakan dari 204 objek yang akan dikembalikan oleh pihak Belanda, yaitu berasal dari koleksi Puputan Badung yang memiliki makna historis, spiritual, dan artistik, tegas Fadli Zon. Lebih dari itu menurut Menteri Kebudayaan Fadli Zon, repatriasi ini merupakan upaya penguatan kemitraan yang lebih maju dan saling menghormati antara sesama budaya. Bahkan proses repatriasi juga merupakan hasil pertemuan antara Fadli Zon dan Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Barber Wolfenberger pada tanggal 5 Desember 2024 yang lalu. Pengembalian itu juga disebut telah mencerminkan penyembuhan dan rekonsiliasi masa lalu dan masa kini, serta membantu melestarikan identitas bangsa.

Lebihbdari itu, Repatriasi menurut Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, merupakan bagian dari kesepakatan yang telah ditandatangani tentang Pengaturan Teknis Kerja sama Repatriasi Objek Budaya Sejarah Indonesia. Sementara dokumen penyerahan mencakup 472 objek, termasuk Arca Singasari, Keris Puputan Klungkung, Harta Lombok, dan Karya Seni Pita Maha, serta 288 objek lainnya, dan termasuk artefak dari Perang Puputan Badung dan Tabanan. Tutur Fadli Zon. Selain itu menurut Fadli Zon, terdapat juga dokumen penyerahan untuk 84 objek, termasuk Arca Bhairava, Nandi, Ganesha, dan Brahma. Oleh karena itu, sebagai kelanjutan MoU Indonesia-Belanda, maka sebanyak 204 objek warisan budaya telah diserahkan (terutama ketika di 2024 yang lalu), ditambah 68 artefak dari Museum Rotterdam. Dari catatanya saat itu (tahun 2024) setidaknya sudah ada 828 objek budaya yang sudah direpatriasi dari Belanda.

Sedangkan 288 artefak Indonesia yang dikembalikan Belanda, hal itu juga telah dipublikasikan, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 2024. Sementara berbagai artefak yang rencana akan dikembalikan dari Belanda akan dipamerkan di Museum Nasional. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yaitu melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan mengawal repatriasi (pemulangan kembali) 288 artefak bersejarah dari Belanda. Nantinya publik bisa melihat benda-benda yang penuh sejarah itu. Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menjelaskan pihaknya sejak awal 2024 sudah menyusun serangkaian program khusus sebagai komitmen repatriasi. Tidak hanya bisa dinikmati berbagai artefak tersebut, tetapi juga akan ada proses konservasi dan penelitian berkelanjutan. “Kami akan menyiapkan program pendidikan dan kegiatan interaktif yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai historis dan kebudayaan dari artefak tersebut,” tegasnya. (Antara, Selasa, 24/9/2024). Penelitian berkelanjutan akan dilakukan bersama, yaitu untuk mengetahui asal-usul artefak.

Dengan begitu akan diketahui lebih mendalam tentang sejarah dan peran-peran benda tersebut. “Melalui studi tersebut, kita tidak hanya mendapatkan kembali artefak dari Belanda, tetapi juga bisa memperkaya pemahaman tentang masa lalu, sehingga memungkinkan generasi saat ini dan yang akan datang untuk bisa menghargai lebih dalam tentang warisan budaya yang kita miliki,” tambah sosok yang akrab dipanggil Farid itu. Ketika sampai di Indonesia (tahun 2024), sebanyak 288 artefak akhirnya dikelola oleh Museum dan Cagar Budaya atau Indonesia Heritage Agency. Sedangkan penampilan pertama saksi bisu sejarah itu, telah hadir kembali dipameran pembukaan Museum Nasional Indonesia pada tanggal 15 Oktober 2024. Pameran itu akhirnya menjadi kesempatan publik untuk melihat langsung kurang lebih 288 artefak yang pulang kampung dari Belanda. Farid menambahkan kesempatan tersebut akan jadi ajang pembelajaran dan apresiasi bagi Indonesia. “Menjadi ajang pembelajaran dan apresiasi terhadap perjuangan dan kerja keras Indonesia dalam memulihkan warisan budayanya,” paparnya.

B. Proees Repatriasi Diinisiasi Sejak Tahun 2017

Upaya pemulihan dan pelestarian identitas nasional itu tidak serta merta terjadi di tahun 2024. Namun, ada berbagai perjuangan yang telah dilakukan Indonesia, yaitu sejak tahun 2017. “Pengembalian berbagai artefak yang bersejarah itu adalah bagian dari agenda repatriasi yang telah disetujui melalui nota kesepahaman atau (MoU) yang ditandatangani oleh kedua negara (Indonesia dan Belanda) pada tahun 2017,” tutur Farid. Kesepakatan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Eppo Egbert Willem Bruins di Wereldmuseum, Amsterdam. Selama prosesnya Duta Besar RI untuk Belanda, Mayerfas juga hadir mendampingi. Pemerintah Belanda dan Indonesia saat itu juga melakukan kerja sama intensif lanjutan. Salah satunya adalah studi provenans untuk meneliti sumber atau asal-usul kepemilikan temuan arkeologi. Studi tersebut akan terus dilakukan terutama untuk mendalam agar keaslian dan asal-usul artefak yang dipulangkan dari Belanda itu bisa dipastikan dengan benar.

Selain itu ada arca-arca bersejarah dari Candi Singosari di Jawa Timur. Sementara koleksi tersebut meliputi satu arca Ganesha, arca Brahma, arca Bhairawa, dan arca Nandi yang sebelumnya sudah dipulangkan pada repatriasi tahun 2023. Koleksi lebih lengkap bisa dilihat secara langsung di pameran pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia pada tanggal 15 Oktober 2024 yang lalu.

III. Pengertian Dan Contoh Sumber Sejarah Berupa Artefak

Artefak tergolong sebagai sumber sejarah primer, dan ia merupakan salah satu benda peninggalan kebudayaan manusia di masa lalu. Lalu, apa saja contoh sumber sejarah berupa artefak itu? Bahkan, melalui artefak kita dapat menafsirkan gambaran tentang bagaimana manusia dan kebudayaannya di masa lampau.

A. Pengertian Artefak

Artefak atau dalam bahasa Inggris “artifact” adalah benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah. Sementara itu, secara arkeologis artefak berarti semua benda dari bahan alam yang dibuat oleh manusia dengan menerapkan teknologi tertentu sesuai dengan zamannya. Sedangkan ciri khusus dari artefak adalah benda tersebut dapat dipindah-pindah dengan mudah tanpa merusak atau menghancurkannya terlebih dahulu. Dengan kata lain, semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia terutama pada zaman dahulu yang dapat dipindahkan merupakan benda artefak. Meski dianggap sebagai sumber sejarah, tetapi keberadaan artefak tidak dapat secara langsung menginformasikan kejadian dan peristiwa yang terjadi. Biasanya, artefak digunakan sebagai penafsiran awal tentang aktivitas yang terjadi pada masa tertentu. Bahkan, artefak berguna untuk mengukur tingkat kemajuan kebudayaan setiap periode sejarah yang telah terlampaui. Sebut saja untuk mengukur tingkat peradaban pada zaman Megalitikum atau Pleistosin bawah dan atas.

B. Contoh Sumber Sejarah Artefak

Contoh sumber sejarah berupa artefak, yaitu mulai dari prasasti hingga mata uang, bahkan banyak peristiwa sejarah yang bisa diprediksi dari penemuan artefak tersebut. Indonesia juga termasuk negara yang memiliki banyak contoh artefak. Oleh karena itu, berikut ini contoh sumber sejarah berupa artefak :

  1. Prasasti.
    Prasasti adalah contoh artefak yang pertama. Prasasti merupakan batu bertuliskan perintah raja atau pujian dan perintah raja yang biasanya tertera di batu, lempengan tembaga, perunggu, perak dan emas. Prasasti juga biasanya berisi nama raja, kerajaan dan sambadha, atau tujuan pembuatan prasasti. Contohnya, Prasasti Ciarunteun atau Prasasti Ciampea yang ditemukan di tepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor. Kemudian prasasti Batutulis di Bogor. Berbagai prasasti tersebut umumnya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri atas empat baris kalimat yang ditulis dalam bentuk puisi. Di samping itu terdapat lukisan laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Mulawarman yang diibarkan kaki Dewa Wisnu. Prasasti juga banyak ditemukan seperti prasasti peninggalan Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Majapahit, Mataram, Pajajaran, dan kerajaan lainnya.
  2. Candi.
    Candi merupakan bangunan bagi agama Hindu dan Buddha. Candi juga merupakan makam raja. Namun yang dikuburkan bukanlah jenazah atau abu raja melainkan pripih atau benda-benda peninggalan raja seperti perhiasan dan batu-batuan berharga, sehingga candi dinilai sebagai tanda penghormatan kepada raja yang telah meninggal. Contohnya, Candi Jago untuk mengenang Wisnuwardhana, Candi Kidal untuk mengenang Raja Anusapati, dan Candi Jawi untuk mengenang Raja Kertanegara. Contoh Candi Hindu adalah Candi Prambanan, Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Sambisari, Candi Ratu Boko, dan Candi Sukuh. Contoh Candi Buddha adalah Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, dan Candi Mendut.
  3. Makam.
    Makam merupakan bangunan bersejarah pada masa Islam. Sedangkan makam Islam tertua adalah Makam Fatimah Binti Maimun yang ada di Gresik, Jawa Timur. Selain itu, ditemukan juga batu nisan Sultan Malik As Saleh di Aceh yang meninggal pada 1326. Bagian nisan makam dihias dengan pahatan. Terdapat juga gapura makam Sendang Duwur di Tuban, Jawa Timur dan makam Troloyo di Triwulan, Mojokerto.
  4. Benteng.
    Benteng dibangun Belanda abad ke-17 M untuk berlindung dari serangan musuh. Contohnya Benteng Vrederburg yang dibangun pada 1760 dan menjadi pusat kegiatan militer Belanda selama masa penjajahan. Contoh lainnya benteng peninggalan Belanda adalah Benteng Pendem di Cilacap, Benteng Fort Rotterdam di Makassar, Benteng Marlborough di Bengkulu, Benteng Fort de Kock di Padang, Benten Spelwizk di Keraton Durosowan Banten, dan Benteng Otanah di Gorontalo.
  5. Mata uang.
    Dari mata uang dapat diketahui sejarah suatu negara atau kerajaan di masa lampau. Zaman dahulu, mata uang kerajaan di Indonesia berupa emas, perak, atau logam. Contoh, mata uang Kerajaan Samudera Pasai terbuat dari emas bertuliskan raja yang berkuasa.

C. Pembagian Artefak Berdasarkan Zaman.
Jenis artefak juga dapat dibedakan berdasarkan zaman. Karena perubahan cara hidup manusia dapat memengaruhi bentuk artefak. Berikut pembagian artefak berdasarkan zaman :

  1. Zaman Batu.
    Jenis artefak pada zaman batu terbagi menjadi empat, yaitu masa Paleolitikum, Mesolithikum, Neolitikum, dan zaman Megalitikum.

a. Artefak Masa Paleolitikum.
Kehidupan manusia di zaman ini masih primitif dan berpindah-pindah atau nomaden. Makanan biasanya diperoleh dari alam. Oleh karena itu, artefak di zaman itu berupa kapak genggam atau chopper yang terbuat dari batu yang belum diasah. Kebudayaan Paleolitikum di Indonesia ditemukan di wilayah Pacitan dan Ngandong.

b. Artefak Masa Mesolithikum.
Sebagian besar kehidupan manusia di zaman mesolithikum tidak lagi berpindah-pindah melainkan menetap dan bercocok tanam. Kebanyakan manusia tinggal di dalam gua yang berbentuk ceruk-ceruk pada batu karang atau abris sous roche. Contoh artefaknya antara lain, kapak Sumatera, kapak pendek, dan batu pipisan.

c. Artefak Masa Neolitikum.
Manusia di masa neolitikum sudah menetap dan mengumpulkan makanan dengan bercocok tanam. Kebudayaan neolitikum banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sepanjang Sungai Bengawan Solo. Contoh artefaknya meliputi kapak persegi dan kapak lonjong.

d. Artefak Masa Megalitikum.
Di masa ini, manusia sudah mengenal kepercayaan. Ciri artefak di zaman tersebut adalah benda-benda, yaitu terbuat dari batu besar. Contoh artefak masa Megalitikum, yakni: Menhir yaitu tugu batu tempat pemujaan roh nenek moyang. Dolmen yaitu meja batu tempat meletakkan sajen. Sarkofagus yaitu peti jenazah yang terbuat dari batu tunggal. Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus. Pandusa yaitu dolmen yang berisi kubur batu di bawahnya. Arca yaitu patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan. Punden berundak yaitu bangunan suci tempat pemujaan roh nenek moyang.

D. Artefak Masa Logam.
Artefak masa logam terbagi menjadi dua yaitu zaman tembaga dan zaman perunggu.

  1. Zaman Tembaga.
    Zaman tembaga yaitu zaman awal manusia mengenal peralatan dari logam untuk kebutuhan hidupnya.
  2. Zaman Perunggu.
    Zaman perunggu adalah zaman manusia membuat alat-alat dengan campuran antara timah dan tembaga. Contohnya kapak perunggu atau kapak corong, nekara, dan perhiasan perunggu. Sedangkan teknik pembuatannya dengan cetakan atau a cire perdue.
  3. Zaman Besi.
    Zaman besi merupakan zaman manusia membuat alat dengan melebur besi dari bijihnya kemudian menuangkan ke dalam cetakan. Alat-alat yang dihasilkan antara lain kapak dan tombak. Demikian pengertian, contoh sumber sejarah berupa artefak, dan pembagiannya berdasarkan zaman yang bisa kita pelajari.

IV. Artefak Sejarah Prasasti Batutulis di Bogor

Artefak sejarah utama di Bogor adalah Prasasti Batu Tulis, artefak tersebut merupakan peninggalan dari Kerajaan Pajajaran yang dibuat pada tahun 1533 Masehi oleh Raja Surawisesa untuk mengenang ayahnya, Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi). Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sunda Kuno dan aksara Kawi Palawa, berisi narasi tentang pencapaian dan masa kebesaran Prabu Siliwangi, serta menjadi bukti sejarah penting tentang Kerajaan Sunda.

A. Karakteristik Prasasti Batu Tulis

  1. Lokasi Batutulis.
    Terletak di Jalan Batu Tulis, Kota Bogor. (2). Penemuan prasasti Batutulis adalah oleh pasukan VOC pada tahun 1690 M. (3). Sedangkan bahan prasasti Batutulis dipahat pada batu andesit. (4). Ukuran. Sedangkan batu prasasti Bayutulis tingginya 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan 12-14 cm. (5). Isi yang ada di prasasti Batutulus, yaitu nerangkum pencapaian Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), termasuk pembangunan Pakuan Pajajaran dan penataan pemerintahan, dengan harapan akan menjadi pengingat dan penghormatan terhadap sosok raja. (6). Simbol. Di bagian atas ptasasti Batutulis terdapat ukiran telapak kaki, hal itu sebagai simbol dan sekaligus menandakan kehadiran tokoh besar atau pemimpin spiritual.

B. Fungsi Dan Nilai Sejarah

  1. Bukti Sejarah.
    Prasasti Batutulis memberikan wawasan tentang sejarah sosial dan politik Kerajaan Sunda Pajajaran. (2). Wisata dan Edukasi. Prasasti Batutulis menjadi situs bersejarah dan objek wisata yang menarik bagi pelajar dan masyarakat umum untuk belajar tentang sejarah. (3). Simbol Budaya. Situs ini (prasasti Batutulis) dianggap memiliki nilai sejarah yang tinggi dan menjadi simbol kejayaan Pakuan Pajajaran.

C. Sejarah Pasasti Batutulis (Prasasti Yang Ditemukan Oleh Pasukan VOC)

Prasasti Batutulis merupakan salah satu bukti sejarah yang kita miliki dan merupakan peninggalan dari Kerajaan Sunda. Cagar budaya itu terletak di seberang Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat yang merupakan tempat peristirahatan milik Presiden Sukarno. Penemuan akan prasasti tersebut sangat penting bagi kita untuk mengetahui sejarah masa lampau. Sedangkan istilah prasasti berasal dari bahasa Sanskerta. Isinya biasanya berupa maklumat resmi dari seorang raja atau pejabat tinggi kerajaan akan penetapan daerah atau aspek kehidupan sosial budayanya.

Prasasti sering disebut juga dengan istilah lain yakni inskripsi yang berasal dari bahasa Latin inscriptio. Hal itu sebagaimana dijelaskan di dalam artikel berjudul “Prasasti Batutulis Bogor”, artikel tersebut karya dari Hasan Djafar. Dan artikel tersebut telah dimuat di jurnal “AMERTA”, yaitu Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 29 No. 1 Juni 2011. Sedangkan prsasti Batutulis merupakan salah satu peninggalan arkeologi yang berasal dari masa Kerajaan Sunda. Saat itu Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan-Pajajaran. Prasasti Batutulis dipahatkan pada sebuah lempengan batu pipih berbentuk meruncing seperti “gugunungan” yang terdapat dalam wayang. Bertuliskan aksara tipe Jawa Kuno dalam 9 baris dan berbahasa Sunda Kuna.

Ternyata, prasasti itu pertama kali ditemukan oleh ekspedisi pasukan VOC, yang dipimpin oleh Kapten Adolf Winkler pada tanggal 25 Juni tahun 1690. Pada saat itu, diketahui bahwa prasasti Batutulis ditemukan di daerah pedalaman di selatan Batavia yang saat ini dikenal sebagai Batutulis, Bogor. Hingga saat ini, prasasti Batutulis disimpan pada tempat asalnya atau insitu. Sedangkan bentuknya merupakan sebuah lempengan batu pipih yang dibentuk meruncing seperti gugunungan yang terdapat dalam wayang. Kapten Winkler, menuliskan laporan akan penemuan batu prasasti tersebut. Laporan tersebut kemudian disusul oleh laporan dari ekspedisi VOC lainnya yang masih berisikan terkait penemuan prasasti Batutulis. Sementara di dalam bukunya yang berjudul “The History of Java, II” Thomas Stamford Raffles turut menuliskan tentang prasasti terdebut. Uniknya, penulisan akan prasasti Batutulis itu disertai juga dengan sebuah faksimil.

Setelah itu, penerbitan karya tulis akan prasasti Batutulis terus berlanjut dan diterbitkan oleh beberapa peneliti berikutnya. Mereka (para peneliti berikutnya) menuliskan transliterasi dan terjemahannya dalam bahasa Belanda serta pertanggalan prasasti Batutulis.
Hingga pada tahun 1921, seorang epigraf terkemuka, yaitu R. Ng. Poerbatjaraka menerbitkan tulisan yang berjudul “De Batoe Toelis nabij Buitenzorg”. Setelahnya, tulisan akan prasasti ini masih diterbitkan oleh para sejarawan maupun para ahli filologi Sunda berikutnya.

C. Isi Prasasti Batutulis

Menurut penulis artolikel seputar keberadaan Batutulis, yakni Hasan, dan sekaligus ia juga memperdalam studi epigrafi atau ilmu prasasti dan sejarah kuno Indonesia di Instituut Kern, Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Menurutnya, bahwa prasasti Batutulis isinya dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, yaitu “manggala” atau pembukaan pada prasasti Batutulis yang berisikan seruan pada Dewa untuk memohon perlindungan dan keselamatan. Kemudian bagian kedua, “sambandha” atau bagian alasan dan tujuan akan menuliskan dibuatnya batu prasasti tersebut. Prasasti itu bertujuan untuk memperingati Prebu Retu yang dinobatkan sebagai raja dengan nama Prebu Guru Dewata Prana dan Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuwan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Ia telah berjasa dalam pembangunan era tersebut dengan membangun parit pertahanan di sekeliling Ibukota Pakuan Pajajaran, monumen peringatan berupa gugunungan, membuat jalan dari batu, membuat hutan larangan dan membuat telaga yang diberi nama Telaga Warna Mahawijaya. Bagian terakhir atau bahian ketiga dari prasasti Batutulis adalah “titimangsa”, hal itu berisikan terkait tahun candrasengkala. Sayangnya, hingga saat ini masih belum terdapat kesepakatan akan penafsiran dan nilai kata-kata yang menjadi unsur angka tahunnya.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *