Ocit Abdurrosyid Siddiq
Belakangan ini beredar broadcast atau pesan berantai di beberapa grup WhatsApp perihal adanya rencana pemerintah yang akan memberikan pinjaman kendaraan berupa mobil dengan nama “Unyil” untuk para guru se Indonesia.
Broadcast itu disertai dengan caption bahwa “Mobil dinas guru selama bertugas. Pensiun, kembalikan ke negara”. Tidak ketinggalan, sticker jempol menyertainya. Seolah penanda setuju dan mendukung atas rencana kebijakan pemerintah tersebut.
Saat menerima dan membaca broadcast tersebut, sebagai seorang guru saya pastinya merasa bahagia. Namun ketika saya mencermati bentuk tayangan video yang menyertainya yang berdurasi 3 menit 18 detik, insting saya langsung menyimpulkan; ini hoax. Ini animasi. Ini fiksi. Ini PHP. Ini tidak nyata!
Dilihat dari jenis tayangannya saja, langsung ketahuan ini bukan video real. Namun seperti produk animasi. Nampak dari bentuk gambar yang teramat halus, seperti video-video hasil Gemini, ChatGPT, Veo 3, dan aplikasi artificial intelligence semacam yang bisa membuat tayangan video fiksi. Generasi baby boomer enggak familiar dengan ini kan? Hehe..
Didorong oleh rasa penasaran, saya lakukan penelusuran. Untuk mencari pembanding informasi, saya cari informasi di portal media online yang memberitakan perihal itu. Namun tidak ada satu pun yang memberitakannya. Saat pencarian dilakukan dengan menggunakan mesin pencari, sumber yang keluar adalah platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, CapCut, dan tentu saja, TikTok.
Saya tidak menemukan informasi yang serupa apalagi sama di website resmi, portal media online, media cetak, dan televisi nasional. Lalu, apa bedanya informasi yang tersua di media ini dengan yang terdapat di platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, CapCut, dan TikTok? Ya, beda lah.!
YouTube dan kawan-kawan itu, bisa dibuat oleh siapa saja. Bisa dibuat oleh perorangan. Bahkan bisa dibuat oleh anak SD. Jadi, karena demikian, maka terbuka kemungkinan setiap orang untuk membuat konten. Baik konten yang sahih maupun konten yang mardud. Baik yang valid maupun yang palid.
Sementara website, portal media online, media cetak, dan televisi nasional merupakan corporate yang dikelola oleh orang banyak secara professional. Artinya, kecil kemungkinan mereka melakukan kesalahan dan atau kebohongan secara berjamaah. Ada tim dan meja redaksi yang akan menyaringnya sebelum menyebarnya.
Berita yang ada di website dan semacamnya itu lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dibanding berita yang ada di platform media sosial seperti YouTube dan kawan-kawan itu.
Belum ada rilis resmi dari pemerintah tentang program mobil dinas bernama “Unyil” untuk guru. Tidak ditemukan laporan jurnalistik yang kredibel atau pernyataan pejabat pemerintah yang menyebutkan hal ini secara resmi. Tidak ada berita resmi dari instansi terkait soal proyek mobil tersebut.
Beberapa konten tentang “mobil Unyil” yang beredar di media sosial seperti YouTube bukan berasal dari sumber berita resmi pemerintah, dan kemungkinan besar merupakan hoaks, spekulasi, atau konten penggemar saja. Terdapat video di Instagram atau YouTube yang menyebutkan “mobil dinas untuk guru bernama Mobil Unyil”, namun ini tidak didukung sumber resmi.
Pemerintah memang membahas isu mobil buatan Indonesia dan insentif bagi industri otomotif nasional, termasuk wacana mobil nasional yang dikembangkan pemerintah dalam beberapa tahun ke depan, tetapi ini bukan khusus untuk guru, apalagi dengan nama “Unyil”.
Postingan media sosial yang mengklaim pemerintah akan memberi ribuan mobil murah kepada guru juga tidak berasal dari sumber resmi, sehingga perlu hati-hati karena bisa jadi itu hanyalah klaim atau hoax. Atau bisa jadi, harapan. Berharap kan boleh. Iya juga sih.
Sejauh ini tidak ada bukti resmi bahwa pemerintah Indonesia sedang menyiapkan atau akan memberikan “mobil Unyil” khusus untuk guru. Jika ada wacana bantuan transportasi untuk tenaga pendidikan, itu belum terdokumentasi secara resmi di media arus utama atau situs pemerintah.
“Kang, enggak usah terlalu serius. Ini kan cuma buat guyonan saja, biar hidup terasa lebih asik dan bersemangat”.
“Iya juga sih. Cuma saya khawatir, ini oleh sebagian orang akan dimaknai sebagai janji politik pemerintah, yang pada akhirnya tidak terwujud dan dianggap tidak memenuhi ekspektasi para guru. Kalau sudah begitu kan, jatuhnya fitnah. Tidak menjanjikan, dianggap menjanjikan”.
“Iya juga ya. Sementara menurut agama, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”.
“Benar. Dan hoax itu lebih kejam dari mutilasi!”.
“Itu hadits, Kang?”.
“Lain! Eta mah ku pedah rewed bae”.
*
Penulis adalah Pengurus ICMI Orwil Banten





