Oleh : Adung Abdul Haris

I. Pendahuluan

Judul diatas terkesan bpmbastis dan sensasional, tapi itulah perjalanan kaum intelektual disetiap episode perjalanan sejarah peradaban manusia yang terjadi di dunia ini, yang kerapkali mengalami ketidak berungtungan, alias seringkali dimarginalisir oleh kaum praktis-prakmatis dalam setiap setiap “tikungan sejarah”. Dan tidak sedikit juga akhirnya keberadaan kaum idealis-intelektual, mereka akhirnya “tertelingkung oleh tikungan sejarah yang curam”, dan termarginalisasi oleh kaum praktis, pragmatis dan hedonistik. Sementara keberadaan kaum intelektual, mereka adalah bagian dari kaum “Raunsyanfikr” menurut terminologi Dr. Ali Syari’ati. Namun, keberadaan kaum intelektual sejal zaman ajalinya, kerapkali menuntun atau mengarahkan alur sejarah, terutama dari zonasi yang gelap menuju zonasi yang terang benerang, alias “minadhulumati ilannuri” dan kerapkali pula langkah-langkah para kaum intelektual ini membuat sejarah tersendiri dan sekaligus “mensejarah”.

Oleh karena itu, upaya untuk menghidupkan tradisi-tradisi intelektual di kalangan masyarakat (khususnya bagi generasi muda kita saat ini) menjadi kewajiban moral bagi kita semua. Bahkan, cita-cita kita untuk melahirkan generasi yang intelek dan terdidik, dalam upaya mempersiapkan calon pemimpin bangsa ini, tentunya harus menghadirkan kembali suatu kelompok generasi muda yang punya kapasitas, kepribadian, dan kematangan intelektual, dan itu tentunya harus terus lakukan. Hal itu demi terwujudnya generasi muda yang kreatif, inovatif dan mampu bermain di pentas sejarah. Dan itu bukanlah satu pekerjaan yang mudah, melainkan membutuhkan sikap, tekad dan usaha kita yang maksimal, dan itu juga butuh suport dari semua pihak, terutska dari setiap edukator agar generasi muda penerus bangsa saat ini sebagai subyek utamanya dalam konteks keberlangsungan bangsa dan negara ini.

Berangkat dari keprihatinan dan sekaligus sebuah kenyataan yang terjadi saat ini (karena tidak sedikit juga oknum generasi muda kita saat ini yang nota bene sudah teraborsi intelektualnya). Oleh karena itu, kepada para edukator dan para inisiator agar bisa memberikan sumbangsihnya yang positifnya, terutama dalam proses peningkatan kualitas pendidikan yang berhubungan langsung dengan peningkatan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, meneliti, dan lain sebagainya. Karena, kegiatan tersebut merupakan sesuatu yang bersifat “wajibul wujub” bagi proses pencerahan anak bangsa ini, demi terwujudnya gemerasi yang intelek, baik kini maupun dimasa yang akan datang. Mengingat kegiatan tersebut (proses intelektualisasi generasi muda) merupakan upaya untuk terjadinya “kecanduan” atau mentradisikannya generasi muda kita agar gemar membaca, menulis dan mengasah pisau analisa sosialnya, demi kemajuan dirinya maupun demi kemajuan bangsa dan negara kita tercinta ini.

Sementara parameteristik untuk melakukan proses intelektualisasi generasi muda kita saan ini diantara : Pertama, untuk memotivasi agar generasi muda kita cintai terhadap ilmu pengetahuan dan betapa pentingnya soal pendidikan, khususnya dalam bidang ilmiah dan riset. Kedua untuk mengembangkan bakat-bakat generasi muda bangsa kita yang masih terpendam dalam bidang ilmiah dan riset. Ketiga, terciptanya masyarakat dan generasi muda kita yang cinta ilmu dari segala aspek terutama dari sisi kehausan terhadap budaya membaca, menulis dan meneliti. Keempat, membumikan tradisi ilmiah dan riset dengan mengintegrasikan cinta baca-tulis dan meneliti di ranah publik. Sedangkan kemampuan menulis, berdiskusi dan meneliti, merupakan tradisi-tradisi yang positif dan konstruktif yang harus ditanamkan serta dikembangkan sejak dini, terutama disetiap diri remaja (siswa dan mahasiswa) saat ini. Mudah-mudahan inisiatif positif sebagaimana telah dikemukakan diatas tentunya menjadi sebuah kenyataan.

Sementara menulis dan mengintelektualisasi merupakan suatu keharusan (wajib a’in akias fardhu a’in). Karena menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi setiap individu. Bahkan, ketika kita punya kreatifitas menulis, selain sebagai sarana untuk menyampaikan ide dan ekspresi diri, menulis juga memiliki banyak manfaat besar, dan salah satunya untuk meningkatkan kecerdasan intelektual. Oleh karena itu, mengapa menulis begitu penting? Karena, ketika kita punyak keahlian menulis, kita akan terbantu dalam proses pengembangan kecerdasan intelektual kita. Lebih dari itu, menulis dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, apalagi di era saat, yang nota bene dengsn informasi, tentunya memerlukan kemampuan berpikir kritis. Bahkan, ketika kita sedang menulis.misalnya, sudah pasti kita harus serius dan kontemflatif, karena kita harus mengatur informasi, menyusun narasi dan alur cerita, serta bisa mengembangkan argumen yang lebih kuat. Bahkan, hal itu juga bisa melatih otak kita agar berpikir lebih logis dan analitis.

Lebih dari itu, menulis juga dapat memperluas kosakata. Karena aktivita menulis, akhirnya memaksa kita untuk mencari kata-kata yang lebih tepat untuk menyampaikan pesan dan gagasan kita, dan kita akan terdorong untuk memperluas kosakata kita. Semakin banyak kata yang kita ketahui, maka semakin baik pula ketika kita mengungkapkan ide dan perasaan kita. Hal itu akan membantu kita dalam berkomunikasi secara lebih efektif, baik dalam bentuk komunikasi lisan maupun tulisan.

Lebih dari itu, menulis juga dapat meningkatkan kemampuan penelitian, karena untuk lebih berbobotnya tulisan kita, maka kita memerlukan proses penelitian yang lebih mendalam dan itu sudah barang tentu dapat mendukung argumen atau mengembangkan ide kita. Sementara orang yang terlibat dalam menulis, ia akan belajar bagaimana mencari informasi dengan lebij efektif dan terus mengevaluasi sumber-sumber informasi yang ia temukan. Hal itu juga akan membantu kita untuk lebih cermat dalam menganalisis informasi yang kita terima, dan itu merupakan keterampilan yang sangat berharga di era derasnya informasi saat ini. Lebih dari itu, menulis juga sebagai upaya untuk ekspresi diri dan kreativitas diri.

Di sisi lain, menulis juga merupakan cara yang baik bagi kita untuk mengungkapkan diri dan meluapkan kreativitas kita. Bahkan melalui kreatifitas menulis, kita dapat mencurahkan ide, gagasan, perasaan, dan impian kiita ke dalam kata-kata, dan itu membantu kita lebih memahami diri kita sendiri dan sekaligus bisa mengembangkan kepercayaan diri. Selain itu, menulis juga dapat menjadi saluran untuk mengatasi stres dan tekanan emosional yang seringkali dialami oleh remaja kita saat ini, yang nota bene saat ini kerapkali terjadi “turbulensi” dalam setiap kehidupan yang serba mekanistis saat ini.

Di sisi lain, menulis juga dapat meningkatkan keterampilan komunikasi. Karena terampil menulis dengan baik juga bisa membantu kita untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara keseluruhan. Ketika kita belajar menyusun kata-kata dengan baik dalam menulis misalnya, hal itu sudah pasti kita akan lebih baik dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Dan itu menjadi aset berharga dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam hubungan sosial dan karir kita, baik kini maupun dimasa yang akan datang.

Dengan kata lain, menulis adalah kegiatan yang sangat dianjurkan bagi kita semua, karena aktivitas menulis banyak manfaat yang bisa kita diperoleh. Yakni, selain bisa meningkatkan kecerdasan intelektual, menulis juga bisa membantu kita dalam berpikir kritis, memperluas kosakata, meningkatkan kemampuan penelitian, mengungkapkan ide di dalam diri, serta dapat meningkatkan keterampilan komunikasi. Oleh karena itu, khususnya kepada para orang, kalangan pendidik, maupun para edukator, saat ini sudah seharusnya untuk terus mendorong remaja dan generasi muda kita, agar lebih aktif dalam menulis, hal itu sebagai bagian dari perkembangan pribadi, proses pendidikan yang bersifat edukatif serta upaya-upaya yang bersifat “peng-asahan” pisau analisa sosial bagi generasi muda kita saat ini.

II. Membaca Dan Menulus Merupakan Pilar Pengembangan Intelektual

Dalam dunia intelektual, membaca dan menulis bukan hanya aktivitas yang diajarkan sejak dini (bukan sekedar literasi dasar), tetapi aktivitas membaca dan mrnutulis disini merupakan bagian penting yang menopang pengembangan pemikiran manusia. Kedua aktivitas itu (membaca dan menutulis) realitasnya berperan penting dalam membentuk cara kita memandang dunia, memahami informasi, dan berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, seberapa sering kita menyadari betapa mendalamnya peran membaca dan menulis dalam konteks untuk membentuk kecerdasan intelektual kita? Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman, maka tantangan yang dihadapi saat ini, memang mutlak menuntut kita untuk mampu berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Semua kemampuan itu pada dasarnya akan tumbuh dan berkembang melalui kebiasaan membaca dan menulis. Karena, membaca akan memperkaya wawasan kita, memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada diri kita, dan memperkenalkan kita pada beragam perspektif dunia.

Sedangkan menulis membantu kita untuk merumuskan dan menyusun ide-ide, sehingga lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, membaca dan menulis dalam proses pengembangan intelektual sangan penting saat ini. Lalu, bagaimana kita bisa melihat aktivitas tersebut (membaca dan menulis) yang akhirnya bisa saling melengkapi dan mempengaruhi berbagai aspek kecerdasan intelektual kita? Yakni, mulai dari proses peningkatan daya pikir yang kritis hingga pada pembentukan kreativitas dan pemikiran yang lebih logis.

Lebih dari itu, aktivitas membaca dan menulis, merupakan jalan menuju pengembangan diri yang lebih luas, serta memberikan peluang bagi siapa pun untuk terus belajar, dan berkontribusi dalam peradaban yang terus berkembang. Mari kita jelajahi dan kita tingkatkan pentingnya membaca dan menulis, hal itu demi membangun kapasitas intelektual kita, dan lalu bagaimana kedua kegiatan itu dapat menjadi alat transformasi kita untuk menjadi seorang pembelajar seumur hidup. Karena membaca dan menulis, memang memiliki peran krusial dalam pengembangan intelektual kita, dan itu tentunya melibatkan lebih dari sekadar kegiatan mekanis, ia adalah proses yang membangun dasar-dasar pengetahuan, keterampilan berpikir, proses kreativitas, dan komunikasi. Lebih luas lagi soal pentingnya membaca dan menulis, terutama dalam konteks pengembangan intelektual, merupakan persoalan yang mendasar dan mutlak harus dilakukan dan kita kuasai.

A. Membaca Sebagai Gerbang Utama Pengetahuan Dan Memperluas Wawasan

Membaca memberi akses ke dunia yang lebih luas, yaitu untuk melampaui batas-batas geografis, budaya, dan zaman. Dengan membaca, seseorang bisa belajar dari pengalaman dan pemikiran orang-orang dari berbagai latar belakang dan dari berbagai belahan dunia. Yakni, mulai membaca teks ilmiah, sastra, hingga sejarah. Bahkan, setiap bacaan akan memperkaya pemahaman akan dunia dan memperluas cakrawala intelektual kita. Lebih dari itu, membaca juga bisa mengasah daya dan mempertajam analisisa kita. Karena membaca memang mengharuskan kita untuk menganalisis dan menafsirkan informasi. Ketika kita membaca dengan cermat misalnya, maka kita kerapkalu dipaksa untuk bertanya, meragukan, dan memahami argumen atau narasi yang disajikan, sehingga membangun keterampilan berpikir analitis dan kritis kita. Lebih dari itu, membaca juga menghubungkan Ide, karena saat membaca, maka otak kita akan terus bekerja dengan cara terus menghubungkan ide-ide baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Proses tersebut, tentunya akan memperkaya intelektual kita dengan cara mengaitkan konsep, teori, dan fakta yang mungkin sebelumnya terpisah-pisah atau saling berceceran.

B. Menulis Sebagai Bentuk Pemahaman Mendalam Dan Memperjelas Pikiran

Proses menulis mengharuskan kita untuk mengorganisasi dan menyusun pikiran secara sistematis. Melalui menulis, maka gagasan yang awalnya terasa abstrak atau kabur, akhirnya dapat dipertegas dan diklarifikasi. Dan akhirnya akan memberikan pemahaman yang lebih dalam dan jelas terhadap sebuah topik, dan memperkokoh bangunan sebuah pemikiran. Sementara menulis, ia berfungsi sebagai alat untuk merekam, mengikat dan mengembangkan sebuah ide. Banyak para pemikir besar, yakni mulai dari para filsuf hingga para ilmuwan, mereka telah menggunakan tulisan sebagai media untuk menguji hipotesis serta merumuskan berbagai teori yang mereka bangun dari refleksi dan pengetahuan yang mereka dapatkan melalui membaca. Lebih dari itu, menulis juga bisa mempertajam argumen, karena ketika kita sedang menulis, maka kita secara tidak langsung sedang belajar untuk merumuskan argumen yang koheren, membangun premis, dan mendukung kesimpulan kita dengan bukti yang logis. Hal itu sangat penting dalam pengembangan intelektual, terutama bagi kita yang ingin terlibat atau melibatkan diri dalam diskusi akademik atau debat publik.

C. Membaca Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Mengevaluasi Informasi

Dalam era digital saat ini, pada faktanya kita terus dibombardir dengan berbagai informasi dari berbagai sumber. Sedangkan membaca secara kritis adalah keterampilan penting yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi keabsahan, bias, dan kualitas informasi yang kita terima. Hal itu membantu kita untuk membangun kesadaran intelektual kita yang lebih matang dan mandiri. Lebih dari itu, membaca juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif. Karena, ketika kita sedang membaca karya-karya orang lain yang mendalam seperti filsafat, sastra, atau karya ilmiah lainnya, maka kita diajak untuk berefleksi, merenungkan makna, implikasi, dan relevansinya ide-ide tersebut dalam kehidupan kita. Hal itu juga bisa membantu kita dalam proses pengembangan dimensi intelektual yang lebih introspektif dan reflektif.

D. Menulis Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Ekspresi Diri

Menulis adalah sarana ekspresi diri yang sangat penting. Melalui menulis, maka kita bisa menuangkan ide-ide, emosi, dan gagasan kita dengan cara yang lebih terstruktur. Proses itu bisa merangsang kreativitas kita, karena menulis memungkinkan kita untuk bisa mengeksplorasi berbagai sudut pandang dan cara berpikir yang berbeda. Lebih dari itu, menulis juga bisa menciptakan karya kita yang lebih orisinal. Bahkan, banyak karya besar, baik dalam bidang sastra, ilmu pengetahuan, atau seni, memang lahir dari proses kreativitas menulis. Sementara kreativitas intelektual kita akan terus bisa berkembang ketika ide-ide yang kita miliki itu akhirnya bisa dituangkan dalam bentuk tulisan, hal itu juga bisa membuka jalan bagi penciptaan karya kita yang inovatif.

E. Pengembangan Intelektual Melalui Kombinasi Membaca Dan Menulis

Membaca dan menulis, yakni sebagaimana telah dikemukakan diatas, faktanya saling melengkapi dalam proses pembelajaran. Karena, membaca memungkinkan kita untuk bisa menyerap informasi, sedangkan menulis memungkinkan kita untuk bisa menyusun ulang dan merefleksikan informasi tersebut. Dengan kata lain, membaca memberikan input, sementara menulis adalah sebagai proses output, dimana kita bisa menguji dan sekaligus bisa mengembangkan pemahaman kita sendiri. Di sisi lain, membaca dan menulis juga bisa menyusun argumentasi dan pemikiran yang logis. Karena rajin membaca literatur yang kaya akan ilnformasi, hal itu akan memperjatam pisau analisa kita, sementara dengan produktif menulis, kita juga akan punya banyak respons kritis serta akan mengembangkan pemikiran yang logis dan argumentasi yang lebih terstruktur. Hal itu membantu kita dalam konteks kemampuan untuk berdiskusi dan berdebat secara rasional, yang merupakan elemen penting dalam pengembangan intelektual.

F. Memelihara Pengetahuan Dan Daya Ingat Serta Perlunya Menyimpan Informasi

Pengetahuan yang diperoleh melalui membaca dapat dengan cepat dilupakan jika tidak disimpan atau digunakan. Sementara menulis adalah cara yang paling efektif untuk menjaga pengetahuan kita agar tetap hidup dalam ingatan kita, karena melalui proses menulis, maka kita memproses dan menyusun kembali informasi dalam cara yang dapat kita pahami dan kita ingat. Di sisi lain, rajin menulis bisa mempertahankan kepekaan intelektual kita. Karena, kebiasaan menulis membuat kita terus berada dalam kondisi belajar dan berpikir. Seperti menulis artikel, esai, atau jurnal pribadi secara rutin, hal itu dapat menjaga daya intelektual kita agar tetap tajam dan selalu berkembang.

G. Meningkatkan Kapasitas Komunikasi Yang Efektif

Membaca dan menulis merupakan keterampilan komunikasi yang tak ternilai. Karena dengan membaca, maka kita bisa belajar gaya bahasa yang berbeda, memahami nuansa bahasa, dan mengapresiasi keindahan retorika. Sementara dengan menulis, maka kita dapat melatih kemampuan kita sendiri untuk menyampaikan ide secara jelas dan efektif kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Lebih dari itu, menulis juga bagian dari kolaborasi intelektual, karena dalam dunia akademis atau profesional, membaca dan menulis seringkali merupakan kegiatan kolaboratif. Membaca karya-karya orang lain dan kemudian menulis tanggapan atau kritik terhadapnya, hal itu memungkinkan terjadinya dialog intelektual atau terjadi polemis yang bisa memperkaya kedua belah pihak.

H. Membaca Dan Menulis Dalam Konteks Kehidupan Modern

Di era informasi yang serba cepat saat ini, kemampuan untuk membaca secara kritis dan menulis secara efektif menjadi semakin penting. Dalam banyak profesi, kemampuan menulis laporan, membuat presentasi, atau mengkomunikasikan ide melalui tulisan menjadi syarat utama. Karena, membaca dan menulis, merupakan bagian dari upaya untuk mengasah kemampuan yang lebih adaptabtif dan pembelajaran seumur hidup. Lebih dari itu, membaca dan menulis mendorong keterbukaan terhadap ide-ide baru dan adaptasi terhadap perubahan pengetahuan. Hal itu penting untuk pengembangan intelektual kita agar terus berkelanjutan, dimana kita bisa tetap belajar sepanjang hidup, dan kita bisa terus mengasah pikiran, dan bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.

Oleh karena itu, urgensi membaca dan menulis dalam pengembangan intelektual memang tidak dapat dipisahkan. Karena keduanya merupakan alat utama dalam membangun pengetahuan, berpikir kritis, mengekspresikan ide, dan memperkaya kemampuan komunikasi. Membaca memperkenalkan kita pada dunia ide, sementara menulis memungkinkan kita untuk memproses, menyusun, dan menyebarluaskan ide-ide itu secara efektif. Dengan kata lain, rajin membaca dan menulis, akan mendorong kira agar terus tumbuh dan berkembang dalam ranah intelektual dan kreativitas.

Setelah memahami urgensi membaca dan menulis dalam pengembangan intelektual, maka kita semakin menyadari bahwa kedua aktivitas itu bukan sekadar rutinitas belaka, melainkan fondasi utama bagi perkembangan pribadi dan sosial. Membaca memperkaya wawasan dan memperluas cakrawala berpikir, sementara menulis membantu kita untuk menyusun dan mengekspresikan ide-ide dengan cara yang lebih jelas dan mendalam. Keduanya saling melengkapi dalam membangun kapasitas dan kapabilitas berpikir kritis kita, mempertajam analitis kita, serta memperkuat kemampuan berargumentasi kita yang lebih kuat.

Dalam konteks kehidupan modern saat ini, dimana informasi berlimpah dan tantangan semakin kompleks, maka kemampuan membaca dengan kritis dan menulis dengan efektif menjadi aset yang demikian berharga. Sementara mereka yang terus mengasah kedua keterampilan itu, tentunya akan memiliki keunggulan dalam menghadapi perubahan zaman, serta berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, membaca dan menulis seharusnya tidak dipandang sebagai kewajiban semata, melainkan sebagai sarana untuk belajar dan tumbuh secara intelektual. Kedua aktivitas itu membuka pintu untuk menjadi pembelajar seumur hidup, yang terus mengembangkan diri dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Pada akhirnya, aktivitas membaca dan menulis merupakan jembatan menuju pemahaman yang lebih luas dan berkontribusi yang lebih bermakna dalam konreks hidup dan kehidupan kita. Dengan membangun kebiasaan atau mentradisikan membaca dan menulis, maka kita tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga turut serta dalam konteks membangun peradaban yang lebih maju, berpikiran terbuka, dan penuh inovasi.

IV. Menelisik Intelektual Publik

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa berbagai berbagai upaya untuk mewujudkan generasi muda saat ini agar menjadi generasi yang intelek. Sementara pandangan penulis sendiri, memang tidak ada jalan lain untuk mewujudkan generasi yang intelek saat ini kecuali satu-satunya jalar agar generasi muda saat ini mentradisikan budaya membaca dan menulis. Karena, kedua aktifitas tersebut akan menggelitik nalaritas generasi muda, akhirnya generasi tersebut akan terus terasuki budaya membaca dan menulis itu. Konsekwensinya, sedikit demi sedikit akan merambah ke dunia abstraksi intelektual, dan kemudian generasi muda tersebut akan menjadi pribadi-pribadi yang tercerahkan dan sekaligus akan mewujud suatu komunitas generasi yang idealis yang nota bene punya kemampuan untuk menginflementasikan abstraksi pemikiran yang idealisnya itu, dalam konteka kekinian dan kemoderenan.

Salah seorang jurnalis dan sekaligus seorang pemikir global (Fareed Zakaria) dalam bukunya berjudul “Ten Lessons for a Post-Pandemic World”, menyatakan bahwa salah satu pelajaran penting yang kita dapati saat ini, bahwa kita harus tetap mendengarkan pendapat para ahli agar semakin bersemainya para kaula muda yang intelek. Lebih dari itu menurut Fareed Zakaria, saat ini diperlukan para intelektual publuk, dimina para intelektual publik itu mereka yang bisa menjelaskan kepada publik berbagai hal dan persoslan yang demikian konflikitit. Menurut Fareed Zakaria, para intelektual publik saat ini mereka harus terus diedukasi untuk berpikir secara saintifik. Tentu hal itu juga bukan perkara mudah, karena para intelektual publik saat ini mereka memang harus betul-betul belajar dan menjelma menjadi intelektual publik yang penuh solutif dan inovatif.

Sedangkan pengertian intelektual publik itu sendiri secara umum, adalah mereka yang terdidik dalam disiplin ilmu tertentu tetapi memutuskan untuk menulis dan berbicara ke audiens yang lebih luas, yakni diluar komunitas disiplin ilmunya. Mereka tidak harus berasal di perguruan tinggi semata, tapi semua orang dari kalangan terdidik dapat menjadi intelektual publik. Sedangkan menjadi intelektual publik bisa terdorong oleh beragam motivasi dan termasuk sebagai bentuk tanggung jawab sosial ataupun akuntabilitas intelektual. Bahkan, dalam kontrks sejarah bangsa ini telah memberikan pelajaran berharga. Karena, kaum terdidik selalu hadir dalam situasi negara dalam keadaan kritis, dan terus berada di posisi terdepan kepemimpinan perubahan, yakni ketika menghadapi perubahan besar bangsa ini. Tentu itu bukan peran musiman dan di setiap “tikungan sejarah”, tetapi itu adalah peran untuk setiap kesempatan bagi kaum intelektual. Bahkan penulis percaya, peran intelektual publik hingga saat ini tetap valid. Seorang profesor misalnya, ia sudah mempunyai bekal yang lebih dari cukup untuk menjelma menjadi seorang intelektual publik.

A. Tingkat Intelektual Publik

Intelektual publik bisa kita bedakan berdasar tingkat hirarkinya. Sementara pembedaan itu terkait dengan “keberanian” dari disiplin ilmu dan pengakuan khalayak. Pertama, mereka yang menulis dan berbicara kepada publik hanya dalam disiplin ilmunya. Ia mengemasnya menjadi bahasa yang mudah dipahami publik. Kerumitan itu menjadi urusan para ahli, tetapi ketika disampaikan ke publik, mala semuanya harus disajikan dalam kemasan sederhana dan dapat dicerna dan dinikmati publik. Kedua, mereka yang menulis dan berbicara kepada publik tentang disiplin ilmunya tetapi dikaitkan dengan dunia sosial, kultural, dan budaya di sekitarnya. Sedangkan intelektual publik yang memilih tingkat ini perlu memahami sampai level tertentu serta beragam aspek di luar disiplin ilmunya. Mereka berpikir kontekstual. Bahkan, kehadiran disiplin ilmu yang ditekuninya didefinisikan ulang relevansinya dengan konteks kekinian. Ketiga, mereka yang menjadi simbol dan tokoh yang berdiri tidak hanya untuk disiplin ilmu yang digelutinya, tapi sosok intelektual publik tingkat ini, ia memanf terus menulis dan berbicara beragam isu publik, bahkan yang tidak terkait dengan disiplin ilmu yang ia gelutinya sejak awal. Mereka dalam tingkat ini sudah membuktikan betul-betul mempunyai perspektif yang luas dan horison pemikiran yang jauh. Mereka juga mempunyai semangat untuk mempelajari disiplin ilmu lain, demi untuk terus bisa menjaga komunikasi antar disiplin.

B. Peran Intelektual Publik

Karena keragaman tingkat sebagaimana diatas, maka peran intelektual publik saat ini menjadi sangat penting dan beragam. Sedangkan peran merupakan konsep relasional yang mengandaikan hubungan intelektual publik dengan objek atau aktor lain. Berikut adalah beberapa diantaranya :

  1. Intelektual Publik Sebagai Ahli

Sebagai seorang ahli, pendapat intelektual publik besarkemungkinan akan terus didengarkan, sarannya pun diperhatikan, dan mendapatkan posisi terhormat di dalam komunitas disiplin ilmu yang sangat menghargai kepakaran.

  1. Intelektual Publik Sebagai Penjaga Gerbang Pengetahuan

Penjaga gerbang pengetahuan diharuskan selalu berikhtiar untuk menjadi yang terdepan dan rujukan pengetahuan. Untuk itu, intelektual publik tidak boleh merasa lelah untuk terus mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, sekaligus harus tetap menjaga (tetap aktif) dalam komunitas disiplin ilmu terkait, dan itu menjadi salah satu ikhtiar yang harus terus dilakukan.

  1. Intelektual Publik Sebagai Pemikir

Sebagai pemikir, intelektual publik akan terus gelisah atas kondisi yang tidak sesuai dengan yang dicita-citakan. Karenanya, ia akan terus mencari penjelasan atas beragam masalah yang dihadapinya. Lebih dari itu, intelektual publik kerapkali juga terlibat dalam diskusi lintas disiplin ilmu, hal itu untuk memahami masalah secara lebih utuh. Karena, pemahaman atas masalah yang baik menjadi basis untuk menawarkan beragam solusinya.

  1. Intelektual Publik Sebagai Selebritas Media

Keakraban dengan media menjadi salah satu penanda sebagai selebritas. Kemunculan pendapatnya-pun selalu ditunggu media karena penting untuk mengedukasi publik. Intelektual publik seharusnya melatih diri untuk semakin piawai menyederhanakan konsep rumit agar bisa dicerna serta dipahami oleh publik. Selain itu, intelektual publik juga harus sensitif dengan berbagai masalah mutakhir yang terjadi.

  1. Intelektual Publik Sebagai Pengungkap Kebenaran

Pengungkapan kebenaran dilakukan untuk terus melantangkan pesan secara utuh dan tidak boleh ada yang bersifat parsial dengan bingkai kepentingan yang bersifat sektoral dan primodial. Sang intelektual publik, karenanya ia harus tetap menjaga integritasnya untuk tidak boleh terbeli oleh apapun dan oleh siapapun, karena kalau sudah terbeli oleh sesuatu, hal itu sudah pasti akan semakin terkontaminasi lebih jauh lagi, alias akan terjadinya berbagai kepentingan yang bersifat sesaat (hal-hal yang bersifat praktis pragmatis), atau mungkin sang intelektual publik itu, ia tak tahan lagi oleh berbagai preser dan tekanan oleh berbagai pihak dan berbagai kelompok, hal itu tertentunya sang intelektual itu ia akan semakin meredup, dan tidak menutupkemungkinan malah akan menghilang dari ranah publik, dan itu pasti akhirnya akan mengorbankan kebaikan publik juga.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *