
Oleh: Achmad Rozi El Eroy.
(Ketua IDRI Banten, Pengurus ICMI Orwil Banten, & Dosen Tetap FEB Universitas Primagraha)
Pendahuluan
Dua puluh lima tahun sudah Provinsi Banten berdiri sejak resmi memisahkan diri dari Jawa Barat pada tahun 2000. Dalam rentang waktu seperempat abad ini, berbagai kemajuan dan perubahan sosial ekonomi telah mewarnai perjalanan Banten menuju daerah yang maju, religius, dan berdaya saing. Pertumbuhan infrastruktur, investasi industri, serta peningkatan akses pendidikan dan kesehatan menjadi wajah pembangunan yang terlihat di berbagai kota dan kabupaten. Namun, di balik capaian tersebut, pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama adalah: sudahkah rakyat Banten benar-benar sejahtera?
Kesejahteraan sejatinya bukan sekadar indikator ekonomi, melainkan cerminan kualitas hidup masyarakat yang meliputi dimensi pendidikan, kesehatan, dan standar hidup layak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2025 Gini Ratio Provinsi Banten mencapai 0,335, turun dari 0,353 pada tahun 2024. Angka ini menandakan penurunan ketimpangan distribusi pendapatan dan menunjukkan bahwa kesenjangan sosial di Banten mulai berangsur membaik. Meskipun belum sempurna, tren ini menjadi sinyal positif bahwa hasil pembangunan mulai dirasakan lebih merata oleh berbagai lapisan masyarakat.
Capaian dan Tantangan Provinsi Banten: Antara Angka dan Realitas
Dalam konteks pembangunan manusia, Banten terus menunjukkan kemajuan yang patut diapresiasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2024 tercatat sebesar 76,35, meningkat 0,58 poin dibandingkan tahun sebelumnya (75,77). Peningkatan ini terjadi pada seluruh dimensi pembentuk IPM, mulai dari umur harapan hidup, pengetahuan, hingga standar hidup layak. Bahkan, angka harapan hidup perempuan di Banten mencapai 73,04 tahun, lebih tinggi dibanding laki-laki yang berada di angka 69,09 tahun. Fakta ini menandakan bahwa kualitas kesehatan masyarakat, khususnya perempuan, semakin membaik seiring meningkatnya akses terhadap layanan kesehatan dasar.
Namun, kemajuan tersebut belum sepenuhnya meniadakan ketimpangan wilayah. Data BPS menunjukkan bahwa pada Maret 2025, tingkat kemiskinan di Provinsi Banten tercatat sebesar 5,63 persen, menurun dari 5,84 persen pada tahun 2024. Meski terjadi penurunan sebesar 0,21 poin persentase, daerah seperti Pandeglang, Lebak, dan Kabupaten Tangerang masih menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan di Banten. Di sisi lain, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 tercatat 6,68 persen, turun dari 7,52 persen di tahun sebelumnya, namun masih tergolong tinggi dibanding rata-rata nasional. Ini menunjukkan bahwa tantangan dalam penyediaan lapangan kerja dan pemerataan ekonomi masih menjadi isu strategis yang harus dihadapi.
Refleksi 25 Tahun: Membangun Kesejahteraan yang Inklusif
Perjalanan 25 tahun Provinsi Banten merupakan fase penting untuk melakukan refleksi terhadap arah pembangunan yang telah ditempuh. Capaian dalam menekan ketimpangan, menurunkan kemiskinan, dan meningkatkan IPM tentu patut disyukuri. Namun, pemerataan kesejahteraan antarwilayah masih menjadi pekerjaan rumah yang menuntut perhatian serius. Pemerintah daerah perlu memperkuat strategi pembangunan berbasis wilayah, memperluas akses pendidikan vokasi, meningkatkan produktivitas UMKM, serta memperkuat perlindungan sosial bagi kelompok rentan.
Banten memiliki potensi besar untuk menjadi provinsi unggulan di tingkat nasional. Letak geografis yang strategis, sumber daya manusia yang produktif, serta basis industri dan perdagangan yang kuat adalah modal utama menuju masyarakat yang makmur dan berdaya. Namun, semua potensi tersebut hanya akan bermakna apabila manfaatnya dapat dirasakan secara adil dan berkelanjutan oleh seluruh rakyat Banten.
Memperingati 25 tahun berdirinya Provinsi Banten bukan hanya ajang nostalgia dan perayaan, melainkan momentum introspeksi dan komitmen bersama untuk meneguhkan arah pembangunan yang berpihak pada manusia. Sebab pada akhirnya, ukuran keberhasilan pembangunan bukan terletak pada megahnya gedung atau pesatnya investasi, melainkan pada sejauh mana rakyat Banten dapat hidup lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih sejahtera di tanah kelahirannya sendiri.[*]