(Elyas, Seri Mutiara dari SMA MUHAMMADIYAH Kota Serang)

Oleh: Endang Yusro

Namanya Muhammad Elyas Yusuf, teman-teman biasa memanggilnya dengan nama Elyas, yang berarti Allah SWT. adalah Tuhan-ku atau dalam bahasa lain, umat Muslim biasa mengucapkannya dengan kalimat, “Laa ilaaha illallah”.

Sedikit literasi mengenai nama Elyas yang terdapat dalam tiga agama Samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam. Nama Elyas berasal dari bahasa Ibrani Eliyahu yang secara harfiah berarti “Yahweh adalah Tuhanku”. Varian nama ini seperti Elias, Ilyas, atau Elia memiliki makna religius yang kuat, merujuk pada nabi Elia (Islam, Ilyas) yang dikenal karena ajaran monoteisme.

Pagi ini, Senin (27/10/2025) Elyas penulis minta untuk menjadi imam shalat dhuha di Masjid Bilal, Masjid Perguruan Muhammadiyah Kota Serang.

Alhamdulillah tidak seperti dengan murid lainnya, Elyas menerima amanah memimpin teman-temannya dan penulis untuk melaksanakan shalat dhuha sebagai materi awal KBM di SMA MUHAMMADIYAH Kota Serang.

Elyas atau Ilyas adalah nama yang sangat dikenal dalam tradisi keagamaan karena merujuk pada Nabi Ilyas, seorang tokoh penting dalam Alkitab dan Al-Qur’an.

Nama variannya, seperti Elias (Yunani, Latin, Spanyol), Ilyas (Arab), dan Elia (Skandinavia). Menambah perbendaharaan nama murid yang katanya suka pelajaran Matematika saat ditanya mata pelajaran yang disukainya.

Nama yang begitu unik untuk ukuran nama Nusantara terlebih untuk wilayah Banten, belum lagi keunikan (baca, kelebihan) murid ini dibanding dengan murid lain dari sudut yang lain, tentunya menginspirasi penulis untuk membuat catatan tentangnya.

Murid yang kelihatan polos, lugu terkesan tidak memiliki tantangan ini ternyata menyenangi pelajaran eksak. Oleh karenanya memilih jurusan IPA di SMA MUHAMMADIYAH Kota Serang juga adalah salah satu alasannya.

Di samping itu, saat penulis menanyakan tokoh yang paling menginspirasi dalam hidupnya, siapa? Elyas, salah satu cucu pendiri Provinsi Banten, K.H. Embay Mulya Syarief ini malah balik bertanya, di Nusantara atau dunia?

Lalu, penulis menjawab dua-duanya. Sejenak Elyas berpikir, kalau tokoh dunia (baca, Muslim) adalah Khalid bin Walid.

Lalu penulis meneruskan pertanyaan, kalau di Nusantara? Elyas pun menjawab, kalau di Indonesia “B.J. Habibie”. “Siapa B.J. itu, Elyas?”, lanjut penulis.

Kemudian murid yang mesantren di Darul Hamid milik sang Kakek ini menjawab Beliau adalah Presiden Ketiga Republik Indonesia, dan beberapa kali menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) pada Kabinet sebelumnya.

Kemudian penulis menanyakan kelebihan B.J. Habibie yang menjadi dasar tokoh favorit murid yang hafal juz 30 dan 29 ini.

Elyas pun menjawab, kelebihan B.J. Habibie sangat beragam, mencakup kecerdasan dan kejeniusan di bidang teknologi, terutama dalam industri penerbangan dengan kontribusi teorinya seperti “Faktor Habibie” dan pengembangan pesawat N-250.

Habibie memiliki kontribusi signifikan dalam ilmu penerbangan dengan penemuan teori “Crack Propagation Theory” yang dikenal sebagai “Faktor Habibie,” serta “Habibie Theorem” dan “Habibie Method”.

Habibie dikenal sebagai “Bapak Pesawat Terbang” karena berhasil mengembangkan N-250, pesawat penumpang pertama yang dirancang dan diproduksi di Indonesia.

Selama bekerja di Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan teori di bidang termodinamika, konstruksi, dan aerodinamika untuk ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan.

Terakhir, B.J. Habibie juga menunjukkan kelebihan dalam kepemimpinan reformasi di era transisi dengan kebijakan demokratisasi seperti pembebasan tahanan politik, pencabutan larangan partai selain Golkar, dan reformasi perbankan untuk mengatasi krisis ekonomi. Kelebihan lainnya adalah disiplin, rasa ingin tahu tinggi, serta dedikasi dan kepedulian terhadap keluarga.

Tambahan dari penulis, dalam dunia politik B.J. Habibie membuka ruang demokrasi, yaitu dengan menghapuskan larangan terhadap partai politik selain Golkar.

Sementara kelebihan dalam sikap dan kepribadian, B.J. Habibie memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi.

Pencapaiannya dalam bidang IPTEK tidak terlepas dari disiplin dan kerja keras yang tinggi.

Rasa Ingin Tahu yang Tinggi: Mengakui rasa ingin tahu yang tinggi sebagai pendorong untuk terus belajar dan bereksperimen.

Dedikasi dan Pengabdian: Menunjukkan dedikasi yang kuat untuk kemajuan bangsa dan negara, serta kepedulian yang tinggi terhadap keluarga.

Bijaksana dan Sabar: Digambarkan memiliki sifat bijaksana dan sabar dalam menghadapi permasalahan.

Demikian catatan dhuha dari pojok kampus Sang Surya. Semoga bermanfaat!

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *