Oleh : Badiah*

Dalam era pendidikan kontemporer yang serba cepat dan penuh tantangan, banyak praktik pendidikan modern cenderung menekankan pada penguasaan teknologi, keterampilan praktis, dan hasil akademik instan. Namun, seringkali nilai-nilai mendasar tentang karakter, moral, dan tujuan hidup justru terabaikan. Di sinilah filsafat pendidikan Islam muncul sebagai panduan yang relevan, menawarkan kerangka pemikiran yang tidak hanya menekankan pengetahuan, tetapi juga pembentukan akhlak dan kesadaran spiritual.

Filsafat pendidikan Islam memiliki akar yang kuat dalam ajaran Al-Qur’an dan Hadis, serta pemikiran para ulama klasik seperti Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Sina. Konsep pendidikan dalam tradisi ini tidak hanya melihat pembelajaran sebagai akumulasi informasi, tetapi sebagai proses pengembangan diri secara utuh: intelektual, moral, dan spiritual. Dalam konteks kontemporer, prinsip ini menawarkan jawaban atas kebutuhan pendidikan yang lebih holistik, di mana siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu menjadi manusia yang berkarakter, bertanggung jawab, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Salah satu kontribusi utama filsafat pendidikan Islam adalah penekanan pada pembelajaran berbasis nilai dan tujuan hidup. Berbeda dengan sistem pendidikan modern yang terkadang bersifat pragmatis dan berfokus pada kompetensi teknis semata, pendidikan Islam menekankan why di balik setiap pembelajaran. Pertanyaan “mengapa kita belajar?” dan “untuk apa ilmu ini bermanfaat?” menjadi inti dari proses pendidikan. Hal ini relevan dengan pendidikan kontemporer karena menanamkan kesadaran akan makna hidup dan tujuan akhir pembelajaran, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa.

Selain itu, filsafat pendidikan Islam mendorong pembelajaran yang berpusat pada manusia dan pengalaman. Al-Ghazali menekankan pentingnya menyesuaikan metode pendidikan dengan karakter dan tahap perkembangan individu. Dalam praktik kontemporer, hal ini selaras dengan pendekatan student-centered learning, di mana guru bukan hanya penyampai informasi, tetapi fasilitator yang membantu siswa menemukan pengetahuan melalui pengalaman, refleksi, dan interaksi sosial. Model pembelajaran seperti ini terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan sosial—kompetensi yang sangat dibutuhkan di dunia modern.

Konsep integrasi ilmu dan akhlak juga menjadi sumbangan penting dari filsafat pendidikan Islam. Dalam tradisi klasik, ilmu tidak bisa dipisahkan dari moralitas; seorang pelajar tidak hanya diukur dari kepintarannya, tetapi juga dari kualitas akhlaknya. Dalam konteks pendidikan kontemporer, prinsip ini dapat menjadi antidot terhadap pendidikan yang hanya mengejar prestasi akademik tanpa memperhatikan karakter. Sekolah atau universitas yang mengadopsi pendekatan ini tidak hanya mencetak sarjana yang kompeten, tetapi juga individu yang memiliki empati, integritas, dan tanggung jawab sosial.

Selain itu, filsafat pendidikan Islam menekankan proses pembelajaran seumur hidup (lifelong learning). Konsep ini bersumber dari ayat Al-Qur’an yang mendorong umat manusia untuk terus menuntut ilmu sepanjang hayat. Dalam dunia modern yang terus berubah, kemampuan untuk belajar, menyesuaikan diri, dan berinovasi menjadi sangat krusial. Nilai ini sejalan dengan kebutuhan pendidikan kontemporer, di mana kemampuan adaptasi dan pembaruan pengetahuan menjadi kunci kesuksesan individu dan masyarakat.

Filsafat pendidikan Islam juga menekankan pendekatan holistic dan interdisipliner. Dalam tradisi klasik, ilmu tidak dipandang terpisah-pisah; matematika, filsafat, teologi, dan sains saling terkait untuk membentuk pemahaman yang utuh tentang kehidupan dan alam semesta. Di dunia kontemporer, integrasi ini relevan dengan pendidikan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) yang menekankan keterkaitan antarbidang ilmu. Pendekatan holistik ini membantu siswa memahami hubungan sebab-akibat dalam kehidupan nyata dan mengembangkan kemampuan berpikir kompleks.

Kontribusi lain yang tak kalah penting adalah penekanan pada pembentukan masyarakat yang adil dan sejahtera. Pendidikan Islam tidak hanya fokus pada individu, tetapi juga pada peran sosialnya. Melalui pendidikan, individu diharapkan mampu menjadi agen perubahan positif yang membawa manfaat bagi keluarga, komunitas, dan bangsa. Dalam konteks pendidikan kontemporer, hal ini relevan dengan pengembangan pendidikan karakter, kewarganegaraan, dan tanggung jawab sosial, yang kini menjadi bagian penting dari kurikulum di berbagai negara.

Namun, implementasi filsafat pendidikan Islam dalam konteks modern bukan tanpa tantangan. Seringkali ada persepsi bahwa pendidikan Islam bersifat konservatif atau kurang relevan dengan dinamika global. Untuk menjembatani hal ini, diperlukan pendekatan yang kontekstual, fleksibel, dan adaptif—mengintegrasikan nilai-nilai klasik dengan metode dan teknologi modern. Misalnya, penggunaan teknologi digital untuk mengajarkan nilai-nilai moral, atau integrasi metode project-based learning dengan prinsip akhlak dan tanggung jawab sosial. Dengan cara ini, pendidikan Islam tidak hanya relevan, tetapi juga progresif dan inovatif.

Dalam praktiknya, beberapa sekolah dan lembaga pendidikan Islam kontemporer sudah mulai mengadopsi prinsip-prinsip ini. Kurikulum mereka tidak hanya menekankan ilmu pengetahuan formal, tetapi juga pengembangan karakter, kepemimpinan, dan empati. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam dan pendidikan modern bukanlah hal yang bertentangan; sebaliknya, keduanya bisa saling melengkapi untuk menghasilkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan dunia kontemporer.

Secara keseluruhan, filsafat pendidikan Islam memberikan kontribusi penting bagi pendidikan kontemporer melalui empat aspek utama: pertama, menekankan nilai dan tujuan hidup; kedua, mengutamakan pembelajaran berbasis pengalaman dan manusia (student-centered); ketiga, mengintegrasikan ilmu dan akhlak; dan keempat, menekankan pembelajaran seumur hidup serta tanggung jawab sosial. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, pendidikan modern tidak hanya melahirkan individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga manusia yang memiliki karakter, moralitas, dan kemampuan berkontribusi bagi masyarakat.

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, peran filsafat pendidikan Islam menjadi sangat relevan. Ia menawarkan pandangan yang seimbang antara ilmu pengetahuan, moral, dan spiritualitas. Kontribusinya terhadap pendidikan kontemporer bukan sekadar teoritis, tetapi juga praktis, karena dapat membimbing guru, siswa, dan pembuat kebijakan pendidikan dalam merancang proses pembelajaran yang utuh, kontekstual, dan transformatif. Pendidikan yang lahir dari integrasi ini mampu menjawab tantangan zaman sambil tetap berpegang pada nilai-nilai universal yang mendasar: akhlak, keadilan, dan kesejahteraan manusia.

Dengan kata lain, pendidikan kontemporer yang diperkaya oleh filsafat pendidikan Islam bukan hanya tentang mengejar pengetahuan atau keterampilan, tetapi tentang membentuk manusia seutuhnya—individu yang cerdas, berbudi pekerti luhur, dan mampu memberi dampak positif bagi masyarakat luas. Inilah kontribusi paling berharga dari warisan pendidikan Islam bagi dunia pendidikan masa kini dan masa depan.

*Penulis adalah mahasiswi Pascasarjana UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *