Oleh : Adung Abdul Haris

I. Pendahuluan

Berkarier menjadi seorang penulis buku tak hanya sekadar memiliki kemampuan bercerita melalui tulisan. Karena, keunikan dan ketertarikan para pembaca terhadap informasi yang kita berikan lewat tulisan (buku yang kita tulis), hal itu merupakan kepuasan batin tersendiri bagi seorang penulis buku. Bahkan seorang penulis, ia dituntut untuk selalu kreatif dan berdedikasi tinggi. Sementara salah satu komponen penting yang harus dilakukan oleh seorang penulis, ia harus tetap rajin membaca (menjadi kutu buku). Bagi seorang penulis, rajin membaca bisa mendatangkan banyak hal dan banyak manfaat. Bukan berarti ketika kita sudah menjadi seorang penulis buku, lalu kita apatis untuk membaca karya orang lain, malah sebaliknya, kita dituntut untuk terus menjadi seorang yang kutu buku.

Sedangkan bahan asupan bacaan (bahan nutrisi insfirasi) yang harus kita cerna, banyak membaca buku, membaca artikel serta membaca karya sastra lainnya, yang memungkinkan kita untuk bisa mempelajari berbagai gaya penulisan, struktur kalimat, dan teknik narasi. Dengan membaca dan menseriusi hasil kaya orang lain, maka kita akan semakin tajam untuk mengolah narasi yang lebih indah. Lebih dari itu, kita juga bisa belajar banyak, yakni bagaimana menulis buku dengan lebih baik dan menarik, bisa mendapatkan wawasan tentang cara menggunakan bahasa dengan lebih kreatif dan bagaimana menyampaikan emosi dan ide kreatif itu dengan lebih jelas dan kuat. Oleh karena itu, meningkatkan keterampilan menulis sangat penting untuk terus dikembangkan oleh siapapun, dan terutama bagi para calon penulis, yang kelak dikemudian hari mereka akan menjadi penulis profesional. Bahkan, dengan membaca berbagai karya orang lain, kita juga akan menemukan gaya yang paling sesuai untuk diri kita sendiri, dan kita harus banyak belajar cara mengasah keterampilan teknis menulis itu.

Dengan rajin membaca kita akan banyak menemukan berbagai kosakata. Sedangkan kosakata adalah aset yang berharga bagi seorang penulis. Ketika kita membaca berbagai “genre” dan “gaya” penulisan, maka kita akan menemukan kata-kata baru dan frasa yang menarik yang bisa memperkaya bahasa. Semakin banyak kata yang kita ketahui, semakin mudah pula bagi kita untuk mengekspresikan ide-ide kita dengan cara yang lebih unik dan menarik. Lebih dari itu, membaca bisa membantu kita memahami konteks dan penggunaan kata-kata tertentu yang lebih mengena. Hal itu dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menulis dengan lebih cepat dan tepat. Sementara kosakata yang luas dapat membuat tulisan kita menjadi lebih bervariasi dan lebih menarik, dan itu membantu kita untuk menghindari “repetisi” serta membuat tulisan kita jauh lebih segar dan otentik.

Sementara hasil membaca buku karya orang lain, kita juga dapat menganalisis bagaimana orang lain juga bisa membangun “plot” tulisannya dengan baik. Dan itu juga bisa membantu kita untuk melihat berbagai pendekatan dalam menciptakan karakter yang kompleks dan realistis, serta memahami struktur cerita dan pembangunan karakter dan akhirnya bisa membantu kita untuk menulis cerita (buku fiksi/novel) yang lebih menarik. Kita akan menciptakan karakter yang lebih hidup yang bisa membuat cerita di buku kita itu lebih menarik lagi bagi pembaca. Lebih dari itu, membaca tidak hanya memperkaya imajinasi, tapi juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Saat kita serius membaca, kita kerapkali mencoba memahami alur cerita, motif karakter, dan pesan yang tersembunyi di balik kata-kata. Kemampuan itu penting bagi seorang penulis (terutama bagi penulis buku fiksi/novel), karena hal itu bisa membantu untuk mengembangkan “plot” yang lebih baik, serta bisa menciptakan karakter yang lebih dalam, serta bisa menyampaikan pesan yang lebih kuat dalam tulisan kita.

Sementara kemampuan berpikir kritis-analitis seorang penulis, hal itu dapat mengevaluasi dan memperbaiki tulisan kita sendiri, dan itu bisa membantu kita dalam konteks untuk memahami, yakni bagaimana cara terbaik untuk menyusun cerita atau-pun berbagai argumen untuk mendapatkan efek maksimal bagi para pembaca maupun bobot bagi tulisan kita. Lebih dari itu, rajin membaca bisa membuka pikiran kita, terutama terhadap ide-ide baru yang lebih genial, menemukan perspektif yang berbeda, dan menemukan pengalaman baru yang mungkin tidak pernah kita alami sebelumnya.

Hal itu memungkinkan kita untuk bisa nulis dengan lebih berempati dan orisinil, serta menghindari “stereotip” yang bisa merugikan karya kita sendiri. Sedangkan memiliki wawasan yang luas serta punya perspektif yang lebih mendalam dalam konteks menulis, hal itu memungkinkan kita bisa menciptakan cerita yang lebih inklusif dan relevan bagi berbagai segmentasi para pembaca. Dengan kata lain, rajin membaca adalah bagian penting dalam proses menjadi seorang penulis yang handal. Oleh karena itu, jika kita ingin maju dan berkembang sebagai seorang penulis, maka jadikan membaca sebagai bagian rutin dalam keseharian kita. Semakin banyak membaca, maka akan semakin beragam pula tulisan yang kita tuangkan.

Lebih dari itu, betapa pentingnya soal diksi, karena diksi itu itu sendiri ibarat penyedap rasa masakan. Makin gurih rasanya, akan semakin ketagihan pula yang membaca buku kita. Sebaliknya, kalau diksi kita itu kurang tepat, maka rasanya bisa saja hambar dan sekaligus membosankan. Lalu, bagaimana agar kita tahu kalau tulisan kita itu sudah punya diksi-diksi yang lebih bagus dan tajam? Kalau kita sudah punya diksi yang kuat, maka para pembaca buku kita-pun, besarkemungkinan tidak cukup hanya satu kali untuk membaca buku kita. Bahkan, mereka butuh dua atau bahkan berkali-kali untuk puas membaca (diksi-diksi) yang kita sajikan di buku kita itu. Karena, tulisan kita memang punya karakter, dan besarkemungkinan berbeda dari yang lainnya. Dengan diksi yang kuat, hal itu tentunya akan mengajak para pembaca untuk berpikir lebih jauh lagi, karena diksi-diksi yang kita sematkan itu sangat tepat, dan akhirnya membuat pembaca buku kita semakin ketagihan untuk terus membacanya.

II. Kekuatan Kata : Menulis Dan Membaca

Menulis, membaca, dan kemudian menerbitkan buku hasil riset yang pernah kita lakukan, merupaka tiga kunci emas untuk masa depan yang lebih cerdas. Di era digital yang penuh informasi dan transpirmasi yang demikian cepat, khususnya membaca dan menulis bukan lagi sekadar aktivitas pelengkap dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Namun Keduanya (membaca dan menulis) telah menjelma menjadi kebutuhan esensial yang menentukan arah masa depan pribadi dan kolektifitas bangsa kita. Jika dulu membaca dan menulis terasa seperti kewajiban yang melelahkan dan terbatas pada tugas sekolah (pekerjaan akademik). Tapi, saat ini aktivitas membaca dan menulis punya peranan penting dalam membentuk identitas, pemahaman dan kualitas hidup.

A. Membaca : Jendela Dunia Dan Napas Pemahaman

Membaca bukan hanya soal menghafal isi buku atau mencari jawaban dari sebuah pertanyaan. Membaca adalah proses untuk menyelami makna, merasakan emosi, dan membangun empati. Karena, dalam setiap lembar buku, artikel, atau bahkan esai singkat sekalipun, tersimpan potongan-potongan kehidupan yang bisa membuka cakrawala berpikir kita. Ketika membaca sudah menjadi kebiasaan, maka kita tak hanya mendapatkan informasi, tapi juga suatu kemampuan untuk memilah mana yang benar dan mana yang menyesatkan. Terlebih di tengah maraknya penyebaran hoaks dan informasi palsu, maka kemampuan membaca secara kritis menjadi benteng pertahanan terkuat untuk menjaga akal sehat kita. Sementara literasi bukan hanya soal mengenal huruf, tapi memahami konteks, menangkap makna, dan mengaitkannya dengan realitas. Di sinilah membaca menjadi kebutuhan, dan bukan lagi sekadar pilihan.

B. Menulis : Cermin Diri Dan Sarana Abadi Untuk Berkarya

Jika membaca adalah cara menyerap, maka menulis adalah cara mencipta. Menulis telah memungkinkan seseorang bisa mengekspresikan ide-idenya, menyampaikan pikirannya, dan menyuarakan isi hatinya. Aktivitas menulis menjadi alat refleksi diri yang efektif sekaligus media untuk berkontribusi dalam diskusi sosial, budaya, dan intelektual. Menulis bukan sekadar merangkai kata. Menulis adalah upaya untuk memahami diri sendiri dan menyampaikan pemikiran dengan struktur yang jelas dan logis. Dalam dunia yang didominasi oleh konten visual dan teks singkat saat ini, kemampuan menulis panjang dengan isi bermakna menjadi nilai lebih yang dapat meningkatkan kualitas personal dan profesional seseorang.

C. Kekuatan Kata : Menulis Dan Membaca Untuk Mengubah Dunia

Menulis dan membaca, dua hal itu merupakan kunci emas untuk masa depan yang lebih cerdas. Karena keduanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Membaca dan menulis mendorong otak kita untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Hal itu membantu kita untuk tidak mudah terombang-ambing oleh propaganda atau informasi yang sepihak dan apalagi informasi itu tidak benar, alias hoak.

D. Menjaga Identitas Budaya Dan Sejarah

Di negara seperti Indonesia yang kaya akan tradisi dan sejarah lokalnya, kemampuan literasi membantu generasi muda kita untuk memahami akar budayanya masing-masing serta untuk terus melestarikannya. Melalui tulisan, seseorang bisa berbicara kepada dunia, bahkan melampaui batas ruang dan waktu, dan itu adalah bentuk kontribusi nyata terhadap pembangunan peradaban. Banyak keputusan penting dalam hidup di dunia ini bergantung pada informasi. Semakin baik kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis, maka semakin tinggi pula kemampuan mengambil keputusan yang lebih bijaksana.

E. Tantangan Literasi di Indonesia : Antara Akses Dan Kesadaran

Sayangnya, belum semua masyarakat kita memiliki akses yang memadai terhadap bahan bacaan dan fasilitas literasi. Harga buku yang mahal, distribusi yang tidak merata, serta kesenjangan digital menjadi tantangan serius. Anak-anak di pelosok negeri ini masih sulit untuk menemukan buku berkualitas, dan belum semua memiliki perangkat atau internet untuk mengakses literatur digital. Namun, dari kesulitan itu, maka lahirlah harapan, karena sudah adanya komunitas literasi, taman baca masyarakat (TBM) hingga gerakan menulis mandiri. Mereka adalah penjaga bara afi semangat literasi di tengah keterbatasan. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem ini dan termasuk untuk memperkuat kehadiran TBM di daerah-daearah.

F. Transformasi Literasi : Dari Rutinitas Ke Gaya Hidup

Untuk menjadikan aktivitas membaca dan menulis itu sebagai kebutuhan sejati, maka perlu perubahan cara pandang kita. Namun, keduanya harus diposisikan sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar rutinitas akademik semata. Buku bukan hanya benda mati di rak, tetapi teman perjalanan hidup. Pena atau keyboard bukan hanya alat kerja, tetapi jembatan menuju makna. Langkah sederhana seperti membaca 10 halaman buku setiap hari misalnya, atau menulis jurnal harian dapat menjadi awal dari kebiasaan besar agar kita menjadi pribadi yang literat. Dengan konsistensi, kebiasaan tersebut, maka akan menjadi identitas, dan bahkan menjadi karakter positif bagi kita sendiri maupun komunitas yang terjangkiti penyakit kutu buku oleh kita.

G. Membaca Dan Menulis Merupakan Investasi Untuk Masa Depan

Kita hidup di zaman dimana informasi begitu berlimpah, namun kebijaksanaan semakin langka. Di sinilah membaca dan menulis memainkan peran penting. Membaca dan menulis adalah alat untuk memilah, merenung, dan merespons dunia dengan lebih baik. Sudah saatnya kita berhenti untuk melihat aktivitas membaca dan menulis itu sebagai beban. Karena, nembaca dan menulis adalah hak sekaligus kewajiban. Membaca dan menulis adalah alat untuk membebaskan diri kita dari kebodohan dan membangun masa depan kita yang jauh lebih terang. Mari jadikan membaca dan menulis itu sebagai kebutuhan, sebagai napas kehidupan yang menumbuhkan, menguatkan, dan mencerahkan. Dari tangan dan pikiran yang terlatih membaca dan menulis, maka masa depan bangsa ini akan ditulis juga oleh orang-orang yang lebih bijak dan penuh harapan.

III. Cara Menemukan Ide Untuk Kegiatan Penelitian

Salah satu indikator penelitian dikatakan bisa bagus adalah penelitian yang “up to date”. Sehingga relevan dengan masalah yang dihadapi masyarakat, serta temuan penelitian juga sangat relevan dengan kebutuhan saat ini. Untuk menemukan hal itu, seorang peneliti memang perlu memahami tata cara untuk menemukan ide penelitian yang produknya bisa dipublikasikan dalam bentuk buku hasil karya kita senduri. Karena, lewat ide penelitian yang “up to date”, maka akan menghasilkan penelitian yang juga “up to date”. Sayangnya, untuk terus mengupgrade ide penelitian itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena tidak sedikit pula para peneliti (termasuk yang pernah penulis alami berkali-kali) ketika melakukan riset, karapkali mengalami kesulitan dan harus melakukan berbagai cara sebagai solusinya. Lalu, seperti apa cara terbaik untuk menemukan ide penelitian itu?

A. Cara Menemukan Ide Penelitian

Ide penelitian adalah gagasan yang terlintas dalam pikiran yang membersitkan suatu masalah yang penting untuk dipecahkan. Ide itu menjadi gagasan utama yang membangun kegiatan penelitian secara utuh. Tanpa ide penelitian, maka penelitian juga tidak akan bisa dilakukan. Karena, tidak ada masalah yang harus diteliti dan dicari solusinya lewat tindakan dan pemikiran ilmiah. Menariknya, ide penelitian ibarat sesuatu yang datang tanpa diundang dan pergi tanpa diantar. Artinya, ide penelitian itu bisa muncul tiba-tiba. Namun, ketika dibutuhkan justru tidak kunjung muncul. Bahkan, kemunculan ide juga bisa dari berbagai cara, termasuk aktivitas harian. Misalnya membaca koran dan mendadak ide penelitian muncul dan membantu meningkatkan peluang ide penelitian datang. Di bawah ini beberapa cara untuk menemukan ide :

  1. Membaca Artikel Pada Jurnal Ilmiah

Cara menemukan ide penelitian yang pertama adalah membaca artikel pada jurnal ilmiah. Sebab seluruh hasil penelitian terbaru akan dipublikasikan di jurnal. Setiap volume baru dirilis, maka ada beberapa artikel baru siap untuk dibaca. Artikel pada jurnal membantu mengetahui topik-topik penelitian terkini dari para peneliti. Jika membaca artikel pada jurnal internasional, maka akan menemukan ide-ide penelitian secara global. Salah satu ide penelitian tersebut bisa menjadi inspirasi ide penelitian kita yang tentunya perlu dimodifikasi. Modifikasi ide penelitian adalah proses mencari “research gap” dengan penelitian sebelumnya. Sehingga harus menemukan pembeda. Semakin sering membaca artikel pada jurnal ilmiah, semakin banyak pula ide penelitian kita dapatkan. Kita bisa mencatat setiap ide yang muncul agar tidak terlupa dan kemudian bisa kita dikembangkan menjadi penelitian di kemudian hari.

  1. Membaca Buku

Poin kedua dalam konteks untuk menemukan ide penelitian adalah membaca buku. Khususnya buku-buku ilmiah yang sumbernya dari hasil penelitian. Buku yang ditulis dosen dan para peneliti misalnya, hal itu bisa dijadikan prioritas. Karena, buku-buku itu akan mencantumkan hasil penelitian yang dilakukan. Apabila sesuai dengan bidang keilmuan yang kita tekuni dan topik yang kita diteliti, dan buku itu bisa dijadikan sebagai acuan dan harus dicari pula “research gap-nya”. Lebih dari itu, membaca buku umum juga bisa memperluas wawasan dan menyadari masalah di sekitar. Sehingga buku non ilmiah juga bisa mematik ide penelitian kita. Karena bisa membantu kita untuk tahu tentang kondisi yang terjadi di masyarakat kita dan bisa kita jadikan sebagai ide penelitian kita yang menarik.

  1. Update Informasi Terkini (Berita)

Cara ketiga untuk menemukan ide penelitian adalah selalu update informasi terkini. Pertama, kita bisa rajin membaca artikel berita baik di koran maupun majalah. Baik itu versi cetak maupun elektronik. Kedua, kita bisa menonton acara berita yang ditayangkan di televisi maupun media online. Seperti kanal berita dll. Ketiga, kita bisa update informasi melalui media sosial. Pastikan akun media sosial itu resmi atau official, sehingga sumbernya jelas kredibilitasnya. Hal itu membantu kita untuk mencegah mendapatkan berita hoaks. Dengan kata lain, semakin sering membaca dan menonton berita, maka semakin mudah kita akan menemukan ide penelitian yang relevan dengan isu terkini.

  1. Mengamati Lingkungan Sekitar

Cara keempat untuk menemukan ide penelitian adalah terus mengamati lingkungan sekitar. Cara ini cukup mudah dan murah, karena tidak harus kemana-mana dan keluar biaya untuk jalan-jalan di sekitaran rumah maupun tempat kerja. Tujuannya untuk melihat ada tidaknya masalah yang bisa dijadikan sebagai ide penelitian. Misalnya, saat kita jalan-jalan dan melihat saluran air di perumahan mampet misalnya, maka seorang dosen kimia, biologi, dan lain sebagainya, ia bisa meneliti faktor penyebab dan solusinya dalam perspektif kimiyawi dab pencemaran lingkungan. Ia harus melihat fenomena itu yang tidak menutupkemungkinan akan menimbulkan sisi negatif dari ekses kimiyawinya itu. Jika terbiasa bersikap kritis dan analitis, sudah pasti akan menemukan banyak ide penelitian di lokasi itu.

  1. Diskusi Dengan Rekan Sejawat

Cara menemukan ide penelitian juga bisa dengan rajin berdiskusi. Jika kita dosen atau peneliti, maka bisa berdiskusi dengan rekan sejawat. Sebab sesama dosen tentu paham banyak isu terkini dan bisa dibahas. Dalam obrolan itu, kadang akan memberikan ide penelitian. Selain itu diskusi itu juga bisa digunakan untuk membahas suatu ide penelitian. Sehingga bisa menentukan menarik tidaknya dan tepat tidaknya untuk diajukan sebagai bahan penelitian. Jika kita mahasiswa, maka bisa berdiskusi dengan dosen pembimbing atau supervisor. Sehingga bisa memastikan ide penelitian kita itu menarik dan mendapatkan saran mengenai ide-ide penelitian lain yang memang lebih tepat. Jadi, sebagai peneliti kita sebaiknya tidak terbiasa diam diri, dan usahakan selalu berdiskusi dengan jaringan pertemanan yang dimiliki. Karena, jaringan yang luas akan membantu kita mendapatkan banyak ide pembahasan dan berujung pada ide penelitian.

  1. Mencari Info Call for Paper

Cara menemukan ide penelitian berikutnya adalah mencari info “call for paper”. Call for paper biasanya diumumkan pengelola jurnal saat hendak menghimpun artikel ilmiah yang akan terbit di volume berikutnya. Dalam informasi tersebut, para peneliti bisa membaca syarat dan ketentuan yang ditetapkan pihak pengelola jurnal. Sehingga bisa mengetahui topik-topik seperti apa yang diharapkan diterima pengelola jurnal tersebut. Informasi itu akan membantu kita untuk menemukan ide penelitian terbaru dan relevan. Serta sesuai kebutuhan pengelola jurnal. Sehingga kesempatan artikel hasil penelitian kita juga bisa diterima jurnal tersebut sangat tinggi. Jadi, sekali dayung ada dua sampai tiga pulau bisa terlampaui. Kita menemukan ide penelitian sekaligus jurnal untuk publikasi.

  1. Membaca Kembali Roadmap Penelitian

Cara ketujuh untuk menemukan ide penelitian adalah membaca kembali “roadmap” penelitian yang sudah disusun. Roadmap penelitian biasanya disusun oleh dosen dan peneliti, yang tentu bisa dijadikan acuan dalam melakukan penelitian berikutnya. Roadmap penelitian itu membantu dosen tetap fokus di satu topik yang membentuk kepakaran. Jadi, jika kesulitan menemukan ide penelitian maka bisa dibaca ulang. Sehingga bisa menemukan ide yang berkaitan dengan topik di penelitian sebelumnya.

Selain beberapa cara menemukan ide penelitian yang sudah dijelaskan diatas, tentunya masih banyak cara lain yang bisa dicoba. Namun, ide penelitian yang didapatkan tentunya tidak selalu bisa diteliti secara mentah, melainkan perlu diolah kembali. Seperti penjelasan sebelumnya, ide penelitian bisa didapatkan dari membaca buku dan lain sebagainya. Namun, ide juga tidak boleh sama dengan ide penelitian sebelumnya. Maka ide perlu diolah untuk didapatkan “research gap” yang membuatnya bisa unik dan menjadi ide baru (yang segar). Berikut adalah beberapa tips untuk menemukan maupun mengolah ide penelitian agar menjadi unik dan menarik :

(1). Memilih Topik yang Disukai Dan Dikuasai. Tips yang pertama adalah memilih topik yang kita sukai dan kita kuasai. Pertama, orang biasanya memilih topik penelitian sesuai minat, hal itu tidak salah dan sangat disarankan. Karena, sekali ada minat maka kita akan terus gigih dengan minat tersebut. Ide penelitian dari topik yang diminati oleh kita akan cenderung lebih memotivasi diri kita sendiri, yakni untuk dipelajari lebih detail dan lebih diteliti lagi. Semakin paham pada ide penelitian tersebut semakin memudahkan kita untuk melakukan proses penelitian itu. (2). Menggunakan Metode ATM. Tips yang kedua adalah dengan menggunakan metode ATM, yaitu : Amati, Tiru, dan Modifikasi. Tips ini membantu kita untuk memodifikasi ide penelitian dari peneliti lain agar lebih baru dan tidak menjadi plagiat. Dalam proses memodifikasi akan ada tahap dimana dicari soal “research gap”. Proses ini juga akan membutuhkan analisis mendalam demi untuk menemukan hasil modifikasi yang baik dan benar. Ada beberapa metode analisis bisa digunakan, yakni mulai dari metode SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats), kemudian metode PESTEL (Political, Economic, Social, Technology, Environment, and Legal), sampai metode analisis lain yang disukai dan kita kuasai. (3). Perbanyak Review Artikel Pada Jurnal Ilmiah. Tips ketiga dalam menemukan ide penelitian yang baru dan unik adalah memperbanyak aktivitas review artikel pada jurnal. Sering disebut dengan istilah review jurnal. Review jurnal bukan sekedar membaca dan memahami artikel pada jurnal ilmiah saja. Melainkan juga menganalisis kelebihan dan kekurangan penelitian yang dilakukan oleh penulis artikel ilmiah tersebut. Proses ini sama dengan melakukan pencarian “research gap”. Sehingga dengan kelemahan dari peneliti sebelumnya, bisa diterapkan metode atau perlakuan baru untuk mengatasinya. Sehingga ide penelitian yang dilakukan oleh kita lebih unik dan terbarukan.

(4). Menemukan Potensi Lokal Daerah. Tips yang keempat adalah menemukan potensi lokal daerah. Karena, disetiap daerah di Indonesia punya ciri khas masing-masing. Perbedaan itu akhirnya menciptakan sebuah potensi untuk diteliti dan dikembangkan. Potensi lokal daerah yang satu akan berbeda dengan potensi lokasi daerah lainnya, karena sifat khas masing-masing itu. Jadi, dengan menemukan potensi lokal daerah sendiri dan diteliti, maka ide penelitian itu menjadi unik dan baru. Karena memang tidak akan ada ide penelitian lain yang serupa, meskipun idenya nyaris mirip tapi jika daerahnya berbeda maka akan menjadi berbeda pula atau punya kekhasan tersendiri. Jadi, kita bisa mempertimbangkan tips ini untuk menemukan ide penelitian lebih unik dan lebih terbarukan lagi. (5). Perdalam Kepakaran. Tips yang kelima ini untuk memodifikasi ide penelitian agar lebih unik dan menjadi ide baru adalah memperdalam kepakaran. Semakin ahli kita di suatu bidang, maka semakin besar pula peluang kita untuk menemukan ide penelitian baru. Misalnya, apa yang dilakukan oleh Dr. I Made Wiryana yang bersama tim penelitiannya, mereka memperdalam mengenai konsep teknologi jaringan. Hingga menemukan potensi menjalankan jaringan 4G atau jaringan LTE. Kepakaran di bidang tersebut, akhirnya memberi peluang untuk menemukan ide penelitian dengan jaringan 4G yang bermanfaat bagi masyarakat dunia. Jadi, semakin ahli di suatu bidang dan satu topik, maka lebih mudah lagi kita untuk menemukan ide penelitian yang benar-benar unik dan baru. Semua itu memang butuh proses yang menuntut kesabaran kita, apalagi ide penelitian baru cukup sering diremehkan orang.

B. Beberapa Faktor Dalam Mempertimbangkan Ide Penelitian

Di dalam buku berjudul “Membentuk Ide Penelitian”, karya Rizki Faza Ramdhani. Di buku tersebut dijelaskan bahwa setidaknya ada 5 hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan ide penelitian. Berikut beberapa diantaranya; (1). Ketertarikan Pada Topik. Pertimbangan atau faktor pertama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan ide penelitian adalah ketertarikan kita pada topik. Ide penelitian sangat banyak dan tidak semua dipandang menarik untuk diteliti. Hal itu menjadi tugas peneliti untuk menemukan ketertarikan tersebut. Atau menemukan ketertarikan kita sendiri pada suatu ide penelitian. Oleh karena itu, penting untuk memiliki lebih banyak ide agar bisa membandingkan mana yang paling menarik untuk diteliti. (2). Berusaha Menjadi Pakar di Suatu Topik. Peneliti yang baik adalah peneliti yang berhasil membangun kepakaran dari penelitian yang sudah dilakukan. Jika kita ingin menjadi ahli penyakit TBC misalnya, maka kita harus fokus meneliti penyakit tersebut bukan melebar ke penyakit lain. Maka akan menemukan ide penelitian yang membantu fokus pada penyakit tersebut.

(3). Mengalami Langsung Suatu Masalah. Faktor ketiga dalam mempertimbangkan ide penelitian adalah faktor pengalaman. Ketika peneliti mengalami sendiri suatu masalah, maka ia akan lebih menyadari betul bahwa masalah tersebut memang layak dan menarik untuk diteliti. Jika tidak pengalaman pribadi, maka bisa masalah yang dialami oleh orang terdekat kita. Termasuk sanak famili dan bahkan tetangga di dekat rumah kita. Pengalaman tersebut memberi gambaran lebih jelas dan lebih matang dalam memilih ide penelitian. (4). Bersikap Praktis. Berikutnya adalah berusaha untuk selalu bersikap praktis. Hindari terlalu perfeksionis dan selalu fokus mencari ide penelitian yang benar-benar baru dan belum terjamah oleh para peneliti lain. (5). Perhatikan faktor resiko dengan sumber daya yang dimiliki oleh kita, baik sumber dana atau biaya riset, waktu, tenaga, teknologi, dan lain sebagainya.

IV. Beberapa Tahapan Untuk Menulis Buku Hasil Riset Yang Telah Kita Lakukan

Sebagaimana telah dikemukan di dua sub judul bagian atas, yakni soal rajin dan kreatifitas untuk membaca buku, hal itu demi untuk bisa menulis (baik menulis buku fiksi/novel, maupun buku non fiksi/buku ilmiah dan hasil riset yang kita lakukan). Bahkan, soal tema riset atau proses penelitian ini, memang penulis cantumkan di satu sub judul khusus pada tulisan kali ini, yaitu di sub judul bagian ketiga. Sementara hasil penelitian yang kita lakukan, sepengalaman penulis kerapkali menjadi sebuah naskah buku dan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku yang permanen.

Namun pada prinsipnya, ada banyak alasan mengapa orang menulis buku hasil riset yang telah ia lakukan (termasuk yang kerapkali dialami penulis). Mengingat, hasil jerih payah kita di lapangan, yakni ketika kita melakukab riset itu tentunya sangat idealis dan punya kepuasan bantin tersendiri manakala hasil riset itu bisa diterbitkan menjadi sebuah buku, alias terpublisir ke publik. Sementara ada beberapa alasan, mengapa orang menulis buku? Jawabannya tentu sangat pareatif, yakni, ada yang menulis buku karena panggilan hati dan tuntutan profesi, ada pula yang alasan “passive income”, bahkan ada pula yang menulis buku karena ingin membangun “personal branding”. Hal itu menurut pandangan penulis, sah-sah saja. Bahkan, ketika seorang penulis telah bisa menerbitkan hasil karyanya, dan buku itu bisa diterima baik oleh pasar. Maka keuntungan berikutnya, yakni baik dari sisi finansial maupun “personal branding” sudah pasti akan didapatkan oleh sang penulis itu, dan sudah pasti karir seorang penulis-pun akan semakin terasa kian lengkap ketika ia berhasil menulis dan kemudian menerbitkan buku.

Bahkan, kan sangat menggembirakan lagi (punya kepuasan batin tersendiri), ketika melihat nama kita terpajang di cover buku, dimana buku-buku itu terpajang indah di rak buku dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Sementara ntuk bisa menulis buku, suka atau tidak, kita juga perlu memahami berbagai tahapan penulisan buku mapun proses penerbitkan buku tersebut. Oleh karena itu, di bawah ini, penulis akan menjelaskan prosedural proses penerbitan buku, yakni mulai dari tahapan awal menulis sampai pada tahapan finis, yakni terterbitkannnya naskah buku yang kita tulis.

A. Pra Writing.
Tahap awal yang bisa kita lakukan adalah tahap pra writing. Pada tahapan ini penulis akan mulai mencoba mencari ide yang sesuai dengan tema yang ditulis. Tahapan pra writing punya peranan penting dalam menulis dan menerbitkan sebuah buku karena bagian ini merupakan landasan dasar untuk seorang penulis. Kenapa? Karena kalau ide tidak berhasil didapatkan maka sang penulis tidak dapat berkarya. Penulis akan bingung mau menulis apa. Ada banyak cara yang bisa dilakukan penulis agar mendapatkan ide bukuya. Misalnya seperti J.K. Rowling penulis “Harry Potter” justru ia menemukan ide ketika ia dalam perjalanan di kereta api. Ada pula penulis yang menemukan idenya saat ia sedang berjalan jalan di pantai, saat pergi ke situ gunung dan lain sebagainya. Tapi ada pula penulis yang mendapat inspirasi ketika banyak membaca buku sebagai referensi. Tapi yang jelas untuk meningkatkan kemampuan menulis dan memperbanyak kosa kata dalam tulisan, kita memang perlu membaca banyak buku. Selain kosa kata yang semakin banyak, wawasan dan sudut pandang kita juga akan semakin bertambah. Dengan bertambahnya sudut pandang dan wawasan yang kita miliki, maka kita akan semakin mudah dalam menulis.

Kita juga disarankan untuk memperbanyak jalan-jalan. Ini bukan untuk bermain dan hedon ala anak hitz zaman sekarangmya. Tapi kegiatan traveling (jalan-jalan) bisa membuat penulis merasa fresh, dengan begitu dapat membuat diri kita bisa menjelajah dan bisa menemukan insfirasi. Ketika sang penulis berada dalam kondisi fresh, justru akan merasa sangat bebas, sehingga cenderung mudah untuk menemukan ide. Tak jarang, ide menulis datang saat kita sedang dalam perjalanan. Selain itu kita juga harus “pay attention” terhadap sekitar kita.

Maksudnya, sang penulis harus peka dengan dunia sekitarnya. Lebih dari itu, perlu disadari juga, bahwa profesi penulis merupakan profesi yang tidak bisa lepas dari kreativitas. Dengan kreativitas, kita akan mampu mengangkat fenomena sederhana menjadi tulisan yang menarik dan bahkan meninspirasi banyak pihak. Sama halnya ketika kita menulis buku ajar misalnya. Kita bisa melihat fenomena sederhana yang biasa ditemui di kelas atau bersama mahasiswa di Kampus. Misalnya, cara membuat karya ilmiah yang mudah, serta masih banyak tema sederhana lainnya.

B. Drafting.
Tahap kedua adalah drafting atau membuat karya. Pada tahap ini seorang penulis akan mulai menulis naskah bukunya. Saat proses ini, penulis boleh menulis apa saja untuk naskahnya. Bahkan, sang penulis boleh bebas menulis yang ada dipikirkan tentang ide yang sudah dipilih. Menulis dengan bebas artinya kita menulis tanpa beban, kita benar-benar menumpahkan segala kreativitas yang kita miliki. Dalam proses drafting ini, sikap kreatif harus betul-betul dijunjung tinggi.

Dengan kreativitas itulah seorang penulis akan membuat karya-karyanya semakin menonjol. Oleh karena itu, saat proses drafting teknik menulis betul-betul diperlukan. Yaitu, suatu kemampuan untuk merangkai kata, kemampuan menggunakan majas, kemampuan berekspresi, semuanya perlu dikeluarkan atau dieksplour lebih dalam lagi agar tercipta tulisan yang menarik alias enak dibaca. Oleh karena itu, seperti apa yang telah dijelaskan bagian atas, menulis bukan soal bakat atau kemampuan khusus. Menulis itu keahlian yang bisa ditekuni. Agar pada proses drafting ini kita tidak kesulitan, untuk itu, maka mulai-lah banyak latihan menulis dan mulai-lah dari sekarang. Setelah seorang penulis menyelesaikan proses drafting maka ia akan memiliki draft pertama dari tulisannya.

C. Revisi.
Setelah menuliskan banyak hal yang ingin ditulis pada naskah, pada tahap selanjutnya adalah mulai mengoreksi atau merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan atau tidak. Pada tahap ini, kita akan mencari tahu dimana letak kekurangan dan kesalahan tulisan kita. Apakah sudah sesuai dengan alur, atau masih melebar kemana-mana. Di tahap revising ini seorang penulis bisa saja dapat mengubah beberapa bagian dari tulisannya. Ia juga bisa menambah isi tulisannya. Ia juga bisa menambahkan data baru, ia dapat menghilangkan opini tertentu, dan lain sebagainya. Intinya, melalui tahap revising inilah penulis akan memoles karyanya, ia akan menjadikan tulisannya itu akan semakin menarik lagi.

D. Editing.
Setelah masuk tahap revisi, kini saatnya menuju tahap editing. Pada tahap ini penulis akan menjalankan proses pengeditan terhadap karyanya. Berbeda pada tahap revisi yang masih bisa menambah mengurangi isi tulisan, pada tahap ini penulis hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pola kalimat, dan berbagai kesalahan tata bahasa lainnya. Meskipun nanti tulisan kita akan kembali diedit oleh editor di penerbit, maka seorang penulis tetap harus berusaha untuk menyunting tulisannya sendiri. Bahkan, rada risi rasanya kalau seorang penulis masih saja banyak revisi apalagi soal tanda baca misalnya. Karena perlu melakukan proses editing sendiri. Dengan kata lain, seorang penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dalam proses editing inilah, seorang penulis buku non fiksi (buku ilmiah dan hasil riset yang pernah dilakukannya itu) perlu memverifikasi data-data yang ia tampilkan di buku. Jika ada data-data yang meragukan atau belum pasti, maka data tersebut harus diverifikasi ulang. Hal itu perlu dilakukan guna untuk menghindari adanya kesalahan data dalam buku kita. Apabila buku sudah terbit dan ternyata ditemukan kesalahan data, maka urusannya bisa tidak sederhana itu. Jangan sampai pembaca yang pertama kali mengetahu dan sadar akan kesalahan yang kita lakukan dalam kekeliruan penulisan data di buku yang kita tulis. Selain urusannya tidak sederhana karena harus merevisi buku yang sudah terbit, nama baik kita juga sebagai penulis, tentunya akan terbawa juga anonimnya.

E. Publikasi.
Jika sudah yakin dengan tulisan naskah buku kita, maka saatnya untuk memasuki tahap akhir yakni publikasi. Pada tahapan ini kita bisa meneruskan naskah buku kita ke pihak penerbit. Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah kita sudah menemukan penerbit yang bisa menerima naskah buku kita apa belum? Karena, menemukan penerbit yang mau menerima naskah buku kita itu juga gampang-gampang susah. Tapi jangan khawatir, sekarang kita bisa menerbitkan buku secara independen. Ada banyak penerbit independen yang memang siap untuk membantu kita dalam rangka menerbitkan naskah buku yang kita tulis. Berbeda dengan penerbit mayor yang memang sedikit ketat untuk memilih buku mana yang pantas untuk diterbitkan. Saat naskah kita sudah diterima oleh penerbit, maka naskah tersebut akan diproses. Selanjutnya naskah itu juga akan melalui proses dan alur penerbitan di pihak penerbit. Yakni, naskah akan dibaca oleh editor, naskah akan diedit, naskah akan di-layout, dibuatkan cover, ditambah ilustrasi tertentu, dan kemudian diproduksi dan diedarkan ke publik.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *