Oleh : Adung Abdul Haris

I. Pendahuluan

Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat setia, dan salah satunya adalah Abdullah bin Abbas yang juga masih ada ikatan keluarga sebagai saudara sepupu dengan Rasulullah SAW. Abdullah bin Abbas, ia dikenal sebagai sosok seorang yang intelek (cerdas) sejak usia muda. Bahkan, ia juga banyak memeriwayatkan hadits Nabi. Abdullah bin Abbas juga sering disebut Ibnu Abbas. Nama tersebut digunakan untuk membedakannya dari para sahabat lainnya, yakni yang bernama Abdullah juga. Sedangkan Abdullah bin Abbas lahir di Makkah pada tahun 619 M.

Sebagaimana dijelaskan di dalam buku berjudul “99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi”. Bahwa Abdullah bin Abbas, ia selalu bersemangat belajar ilmu sejak masih kecil. Bahkan, ketika Rasulullah SAW wafat, ilmu keislamannya sudah sedemikian tinggi meski usianya saat itu baru 13 tahun. Suatu hari, Abdullah bin Abbas ingin melihat bagaimana Rasulullah SAW ketika melaksanakan sholat malam. Akhirnya Abdullah bin Abbas, ia terus menginap di rumah Rasulullah SAW. Bahkan sepanjang malam ia terus terjaga agar tidak terlewati ketika Rasulullah SAW mau melaksanakan sholat malam. Ketika Rasulullah SAW terbangun, maka disiapkannya air untuk Rasulullah SAW berwudhu. Melihat pemuda kecil itu sangat sigap, Rasulullah SAW saat itu terharu dan bangga. Rasulullah SAW mengusap rambut Abdullah bin Abbas sambil berdoa, “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah dia tafsir kitab-Mu”. Dan saat itu juga Abdullah bin Abbas berdo’a bersama manusia paling mulia (Rasulullah SAW) dan itu sudah pasti merupakan hikmah  yang tidak ada taranya bagi Abdullah bin Abbas, yakni ketika ikut sama-sama berdo’a dengan Rasulullah. Abdullah bin Abbas, awalnya ia berdiri sejajar dengan Rasulullah SAW. Namun hatinya berkata, tidak pantas ia berdiri sejajar dengan seorang rasul Allah. la pun mundur sedikit tetapi Rasulullah menariknya. la kembali mundur. Namun selesai shalat, Rasulullah SAW menanyakan mengapa ia berbuat demikian. “Wahai kekasih Allah, tidak pantas kiranya aku berdiri sejajar dengan utusan Allah,” tutur Abdullah bin Abbas. Saat itu Rasulullah SAW tersenyum, dengan senyuman yang menyenangkan jiwa setiap mukmin, dan Rasulullah kembali mendoakan Abdullah bin Abbas dengan doa yang sama.

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abdullah bin Abbas kekudian terus berkeliling untuk menemui para sahabat. la terus bertanya dan belajar banyak hal kepada para sahabat. Bahkan, Abdullah bin Abbas rela berjalan kaki untuk menempuh perjalanan jauh, bersusah payah untuk terus mencari ilmu. Menurut Abu Achmadi di dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Kebudayaan Islam”, ia menjelaskan bahwa Abdullah bin Abbas dikenal sebagai seorang yang berpengetahuan luas, sangat teliti, cermat, serta berpikiran cerdas dan sangat kuat untuk membangun dasar-dasar intelektualitasnya. Hal itu tidak terlepas dari proses ketekunannya dalam proses mempelajari ilmu, yakni sejak kecilnya. Sekalipun usianya masih muda, namun Abdullah bin Abbas, ia kerapkali terus bergumul dan bergaul dengan berbagai kalangan terutama dengan para sahabat Nabi lainnya yang lebih senior (lebih tua) dan lebih berpengalaman. Semua itu ia lakukan demi mendapatkan ilmu dan proses pelajaran yang berharga dan terus menapaki dimensi fakultas kehidupannya yang lebih realistis. Bahkan, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Abdullah bin Abbas, ia selalu diundang ke dalam majelisnya. Bahkan, Umar bin Khattab menjadikan Abdullah bin Abbas sebagai teman bermusyawarah.

Lebih dari itu, pendapat dari Abdullah bin Abbas juga saat itu seringkali  dijadikan sebagai acuan (rujukan) dalam perkara-perkara yang penting (menjadi bagisn dari istimbat hukum), karena pemikirannya yang bijaksana dan cerdas itu. Bahkan, Umar bin Khattab memberi Abdullah bin Abbas gelar Pemuda Tua. Bahkan pada suatu ketika, banyak orang yang terus bertanya kepada Abdullah bin Abbas, yaitu tentang cara untuk mendapatkan ilmu dan membangun intelektualitas diri.

Abdullah bin Abbas dengan singkat menjawab, “Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir.” Dan akhirnya, tidaklah mengherankan jika para sahabat memandang sosok seorang Abdullah bin Abbas adalah sebagai orang yang tajam cara berpikirnya, reflektif (cepat memahami ilmu), dan banyak menyerap berbagai disiplin ilmu yang dipelajarinya. Akhirnya ia menjadi tempat bertanya bagi orang-orang di sekitarnya. Namun ia tetap pada pendiriannya yang waro’i, bahwa ilmunya tidak menjadikan dirinya besar kepala atau lebih mempuni dari yang lain. Bahkan ia menganggap bahea ilmu yang dimilikinya, intensitas diskusi yang kerapkali ia lakukannya serta berbagai kajian ilmiah yang bersifat diskursif, dialogis dan folemis itu merupakan jalan untuk mengungkap kebenaran.

Begitulah kehidupan Abdullah bin Abbas, yang intensitas kehidupan kesehariannya memang selalu diisi dengan menuntut ilmu (membangun basis intelektual diri), beribadah dengan ilmunya, memberikan kesegaran kepada jiwa manusia, dan memberikan cahaya bagi gelapnya hati dan memberi setetes air embun bagi gersangnya kalbu. Abdullah bin Abbas, yang kemudian lebih dikenal dengan lbnu Abbas itu, ia tampil menjadi sosok seorang ulama besar Islam. Sampai akhir hayatnya, yaitu di usia 71 tahun, ia masih tetap haus akan ilmu pengetahuan. Bahkan, Abu Hurairah (sahabat Nabi dan sekaligus perawi hadist), ia menggambarkan betapa kehilangannya, yakni setelah wafatnya Abdullah bin Abas. Sedangkan ucapan Abu Hurairah yang sangat terkenal dengan wafatnya Abdullah bin Abbas, “Hari ini telah wafat ulama umat. Semoga Allah memberikan penggantinya.”

II. Cara Abdullah bin Abbas Mencari Ilmu Hingga Dijuluki Samudra llmu

Abdullah bin Abbas terus haus akan ilmu. Bahkan, Abdullah bin Abbas, ia bercerita, “Setelah wafatnya baginda Rasulullah SAW, aku berkata kepada seorang laki-laki Anshar bahwa baginda Nabi SAW telah meninggalkan kita, tetapi banyak para sahabat yang masih ada diantara kita. Mari kita temui mereka (para sahabat itu) untuk kita banyak bertanya berbagai masalah agama dan kemudian kita menghafalkannya.” Kemudian laki-laki Anshar itu ia berkata, “Apakah orang-orang akan datang kepadamu untuk menanyakan masalah agama, sedangkan sebagian besar sahabat masih hidup?” Singkatnya, laki-laki Anshar itu, ia tidak bersedia untuk mengikuti ajakan dari Abdullah bin Abbas, yakni untuk menemui para sahabat Nabi yang lainnya. Bahkan, Abdullah bin Abbas melanjutkan ceritanya, “Aku pun terus mencari ilmu-ilmu agama. Jika aku mengetahui bahwa ada salah seorang telah mendengar satu hadits dari baginda Rasulullah SAW, aku langsung mendatangi dan menanyakannya. Bahkan, aku mendapatkan banyak khazanah ilmu dari kaum Anshar yang lainnya. Bahkan, sebagian besar sahabat yang aku datangi, jika aku tahu dia sedang tidur, maka aku menghamparkan kain untuk duduk di samping pintu rumahnya, meskipun wajah dan tubuhku kotor oleh debu yang dihembuskan angin, aku tetap menunggu. Setelah ia bangun, maka aku menyampaikan apa yang hendak aku ketahui.” Sahabat tadi berkata, “Kamu adalah sepupu baginda Rasulullah SAW kenapa kamu menyusahkan diri? Seharusnya kamu memanggilku saja.” Abdullah bin Abbas menjawab, “Aku sedang menuntut ilmu, jadi akulah yang lebih pantas untuk mendatangimu”. Sebagian sahabat yang lain bertanya, “Sejak kapan kamu duduk dan menungguku?” Abdullah bin Abbas menjawab, “Cukup lama.” Sahabat itu berkata, “Kamu telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, mengapa tidak memberitahu sebelumnya?” Abdullah bin Abbas menjawab, “Hatiku tidak ingin hajatmu tertunda karena kepentinganku.” Abdullah bin Abbas mengatakan, “Aku terus mempelajari ilmu darinya (dari para sahabat Nabi yang lainnya), hingga suatu ketika banyak orang yang mempelajari ilmu dariku”. Semenrara laki-laki Anshar yang pernah diajak mencari ilmu oleh Abdullah bin Abbas itu, ia baru menyadari dan menyesal seraya berkata “bahwa anak ini (Abdullah bin Abbas) ternyata ia lebih cerdas daripada kita.”

Bahkan, di dalam kitab tentang kisah-kisah para sahabat Nabi, dan kitab tersebut ditulis oleh Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi. Di dalam kitab tentang kisah-kisah para sahabat itu dijelaskan, bahwa semangat Abdullah bin Abbas dalam mencari ilmu sejak kecil itulah, yang akhirnya ia ketika dimasanya dijuluki Hibrul Ummah (Pakar Umat) dan Bahrul Ilmi (Samudra IImu). Sementara Abdullah bin Abbas wafat di Thaif, dan orang yang mengimami shalat jenazahnya adalah Syaikh Muhammad bin Ali bin Abu Thalib Rahmatullah ‘alaih. Dan Syaikh Muhammad Rahmatullah ‘alaih berkata, “Pada hari ini, lmam Rabbani (Pendidik Besar) umat ini telah wafat.” Lebih dari itu, Sayyidina Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Bahwa orang yang paling mengetahui Asbabun Nuzul (sebab-sebab ayat Alquran diturunkan) adalah Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma.” Bahkan, Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘anhu telah menempatkan Abdullah bin Abbas dijajaran para ulama terkemuka. Dan itulah hasil pengorbanan dan kesungguhan dari lbnu Abbas dalam mencari ilmu. Seandainya ia hanya mengandalkan hubungan kerabat semata dengan baginda Nabi Muhammad SAW, tentu saja ia tidak akan mencapai derajat keilmuan seperti itu.

III. Menulis Untuk Belajar Dan Berpikir

Sebagaimana telah diuraikan di bagian atas, yakni bagaimana kecintaan serta kegigihan salah seorang sahabat Nabi, yakni Abdullah bin Abbas, ia demikian konsen dan gigihnya untuk mencari ilmu. Oleh karena itu, pada sub judul bagian ini, penulis mencoba untuk mengungkapkan tentang urgensitas menulis (bersifat ilmiah). Mengingat, menulis juga merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang (berpendidikan). Sementara upaya untuk mewujudkan keterampilan menulis (berdifat ilmiah itu) memang harus dimulai dari proses pendidikan dasar atau semenjak dini. Bahkan perlu digaris bawahi, bahwa definisi menulis dalam konteks ini adalah untuk menuangkan ide, opini, cerita, serta gagasan, dalam untaian-untaian kalimat dan paragraf. Hal itu, bukan sekadar membuat simbol-simbol abjad semata dan huruf tak bermakna.

Menurut Henry Guntur Tarigan, menulis ialah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif untuk berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Don Byrne di dalam bukunya yang berjudul “Teaching Writing Skills”, ia menjelaskan bahwa keterampilan menulis karangan atau mengarang ialah keterampilan untuk menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas, sehingga dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca (publik). Sejauh ini memang belum banyak riset yang secara spesifik untuk mengukur tentang kemampuan menulis (khususnya bagi anak-anak Indonesia). Namun menurut PISA, memang pernah melakukan pengukuran terhadap kemampuan literasi di berabgai negara, termasuk Indonesia, namun tidak secara spesifik mengukur kemampuan menulis. Yang diukur PISA adalah kemampuan membaca, kemampuan matematika, dan sains. Meski belum banyak penelitian yang mengukur tentang kemampuan menulis anak Indonesia, namun masih rendahnya keterampilan menulis anak Indonesia dapat terlihat dari begitu minimnya jumlah penulis-penulis cilik di Indonesia. Bahkan sebagian besar buku-buku yang terbit di Indonesia memang ditulis oleh orang-orang dewasa. Sementara rendahnya kemampuan menulis bagi para siswa tak hanya dialami oleh Indonesia. Bahkan di sejumlah negara maju, hal serupa juga terjadi.

Di Australia misalnya, berdasarkan laporan dari NAPLAN review yang kebetulan ditugasi oleh Kementerian Pendidikan New South Wales, Queensland, Victoria, dan Australia, ternyata masih banyak anak muda yang duduk di tahun 9 (setara kelas 3 SMP di Indonesia), yang realitanya belum mampu menulis secara baik dan benar. Bahkan jumlahnya yang belum mampu menulis itu memang diatas standar minimum semakin besar di daerah-daerah remote alias daerah terpencil. Hasil studi NAPLAN itu juga telah menunjukkan bahwa kemampuan menulis itu memang tidak terus dikembangkan secara progresif.

Bayangkan, itu di Australia, lalu bagaimana yang terjadi di negara kita? Namun sejatinya, bahwa kemampuan menulis itu adalah kemampuan yang sangat penting dalam konteks untuk meraih keberhasilan dimasa depan.

Bahkan pada tahun 2019, UNESCO telah mengidentifikasi tentang kemampuan menulis sebagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk komunikasi, pembelajaran masa depan, partisipasi penuh dalam ekonomi, serta kehidupan politik dan sosial di berbagai aspek kehidupan lainnya terutama dalam konteks kehidupan keseharian. Sementara fakta lain yang juga muncul berdasarkan studi tersebut, bahwa sistem pendidikan kita saat ini konon katanya lebih banyak memprioritaskan aktivitas membaca dalam kegiatan belajar serta memberi sedikit perhatian pada pembelajaran menulis.

Sementara menurut Suyono dalam artikelnya yang berjudul “Belajar Menulis dan Menulis Untuk Belajar”, belajar menulis dan menulis untuk belajar adalah konsep penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Menurutnya, bahwa belajar menulis merujuk pada proses bagaimana seseorang itu untuk bisa memunculkan ide, menjabarkan, lalu menuangkan ide yang telah dijabarkan itu menjadi sebuah paparan teks hasil menulis. Sedangkan menulis untuk belajar, merujuk pada kegiatan menulis yang dimanfaatkan untuk mendalami sesuatu hal yang sedang dipelajari. Menurut Suyono, menulis untuk belajar adalah kegiatan menulis yang dilakukan untuk lebih memahami, menguasai, memikirkan atau memecahkan suatu masalah. Sementsra tulisan yang dihasilkan merupakan produk pemahaman penulis mengenai hal atau masalah yang sedang dipelajari. Artinya, mereka yang menulis, pasti melalui tahapan berpikir sebelum menuangkannya ke dalam tulisan. Nah, proses berpikir inilah yang penting, sampai-sampai, disebutkan bahwa menulis adalah proses berpikir yang paling sempurna. Bahkan dengan menulis, maka kita akan tertantang untuk terus berpikir dan mengaitkan pengetahuan lama kita dengan pengetahuan baru.

Oleh karena itu, ada baiknya dalam konteks sekarang ini, ketika anak kita sedang berada di rumah misalnya, kita tentunya bekerjasama dengan guru anak kita, untuk terus memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak kita untuk menulis apa saja yang sedang dipelajari, dirasakan, dan dipikirkan. Kalau kebiasaan itu terus berlanjut, maka bolehlah jadi bahwa kita punya harapan besar bahwa kegiatan menulis adalah sebuah proses keseriusan berpikir anak kita dan generasi muda kita. Karena sejatinya, bahwa kegiatan menulis adalah sebuah proses rekreatif. Dan mudah mudahan, tanpa perlu didorong-dorong pun, anak dan generasi kita akan berinisiatif untuk terus menulis dan menulis. Siapa tahu, dimasa depan, tulisan-tulisan mereka akan memberi pengaruh yang besar bagi generasi berikutnya.

IV. Motivasi Menulis Bagi Para Pemula
 
Memiliki motivasi untuk menulis bagi para pemula merupakan hal pertama yang harus dimiliki dan terus dibangun. Tanpa motivasi untuk menulis, maka keinginan untuk mulai menulis-pun rasanya tidak akan ada dan tidak akan terjadi. Hal itu membuat karya yang bisa dihasilkan-pun menjadi kosong alias tidak ada. Menulis memang sekilas terlihat sebagai aktivitas yang ringan. Karena penulis cukup duduk manis di depan meja dan mulai menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan. Namun, realitanya tidak semudah yang dibayangkan. Buktinya, banyak orang yang banyak kesulitan untuk menuluas, alias tidak memiliki kemampuan untuk menulis. Oleh karena itu, memiliki motivasi yang tepat dalam menulis sangat penting. Terutama bagi para penulis pemula. Karena, seorang penulis memang sangat rentan akan kehilangan motivasi dan berhenti menulis. Hal itu tentu membuat karir di dunia kepenulisan mudah terdegradatif dan bahkan terus menghilang. Lalu, bagaimana membangkitkan motivasi untuk kreatif menulis? 

A. Sekilas Tentang Motivasi Menulis

Sebelum membahas mengenai motivasi menulis khususnya bagi para penulis pemula. Maka penting sekali bagi kita untuk memahami terlebih dahulu apa itu motivasi menulis. Sekaligus mengapa diperlukan oleh para penulis, baik itu penulis pemula maupun yang sudah berkecimpung cukup lama, alias penulis profesional. Sementara di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi memiliki definisi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan penuh tujuan. Sementara menulis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Secara sederhana, menulis adalah proses untuk menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang memiliki makna. Sehingga, motivasi menulis adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan aktivitas menulis. Seseorang bisa saja menulis karena iseng untuk mencari aktivitas mengisi waktu luang misalnya. Namun,
ada juga yang menulis itu demi untuk mendapat pemasukan, baik dari fee menulis maupun dari royalti buku. Sementara tujuan lain (tujuan yang substansial) dari menulis adalah mengemangkan karir. Misalnya pada guru dan dosen di Indonesia yang diwajibkan rutin menulis dan mengurus publikasi ilmiah. Jika dilakukan, maka jabatan fungsional mereka akan terus berkembang. Apapun tujuan dalam menulis, maka itulah motivasi menulis. Menariknya, motivasi dalam menulis bisa hilang timbul dan akan mempengaruhi produktivitas sampai kepada kualitas. Maka memiliki sumber motivasi untuk menulis menjadi hal yang sangat penting bagi kita semua. 

B. Kenapa Penulis Perlu Motivasi?

Memiliki motivasi bagi penulis pemula dikatakan sangat penting. Pada dasarnya, motivasi menulis juga dibutuhkan oleh penulis yang sudah lama terjun di dunia kepenulisan, alias penulis profesional. Namun, kenapa motivasi ini sangat penting? Berikut beberapa alasannya : 

  1. Memberi Keinginan untuk Menulis.
    Melakukan apapun tentu perlu diawali dengan memiliki keinginan. Misalnya, seseorang tidak akan bangun pagi untuk sholat subuh, jika ia memang tidak memiliki keinginan untuk sholat subuh tepat waktu. 
    Memiliki keinginan membantu melakukan apapun dengan lebih mudah tanpa beban. Serta sesuai dengan rencana. Keinginan itu muncul berkat motivasi yang dimiliki. Jadi, seorang penulis butuh motivasi untuk menulis agar bisa terus menulis dan menulis. Sehingga langsung menulis dan bukan sekedar angan-angan belaka. 
    Motivasi dalam menulis membantu para penulis (pemula) untuk memiliki keinginan yang kuat untuk terus menulis. Sehingga bisa langsung praktek menulis dan menghasilkan sebuah karya. Tanpa motivasi, maka keinginan menulis tidak akan ada. 
  2. Meningkatkan Produktivitas Dalam Menulis.
    Alasan kedua kenapa motivasi menulis bagi pemula sangat penting, hal itu demi untuk meningkatkan produktivitas. Menulis membutuhkan ketelatenan dan perlu konsisten dilakukan. Sehingga bisa produktif dalam menghasilkan sebuah karya. 

Seorang penulis yang asal dalam menulis dan tidak memiliki motivasi pasti ia tidak akan jelas. Bahkan, akan cenderung menulis penuh semangat di awal, tapi sebelum naskah selesai malah sudah berhenti menulis. Lain halnya jika memiliki motivasi, maka dari awal sampai akhir proses pengembangan naskah yang ditulisnya akan terus dilakukan dengan penuh semangat. Karena memiliki tujuan yang kuat dan jelas, yakni untuk menjadi alasan kenapa perlu rajin menulis. 

  1. Membantu Penulis Untuk Fokus.
    Arti penting ketiga dari memiliki motivasi menulis bagi penulis pemula adalah untuk membantu menjaga fokus. Seorang penulis tentunya membutuhkan fokus yang terjaga agar bisa mengembangkan naskah dengan baik. Selain perlu didukung oleh suasana yang kondusif. Seorang penulis juga membutuhkan motivasi agar fokusnya tetap terjaga. Fokus ini juga membantu seorang dosen bisa segera menyelesaikan satu naskah, karena dikerjakan tanpa terdistraksi. Jika motivasi dalam menulis rendah atau bahkan tidak ada. Maka sang penulis, ia akan rentan hilang fokusnya.

Pada saat ada kesibukan lain misalnya, maka ia akan segera menghentikan aktivitas menulis. Hal itu membuat naskah akan terus terbengkalai dan bahkan tidak jelas nasibnya. 

  1. Meningkatkan Kreativitas Dalam Menulis.
    Motivasi dalam menulis akan memberikan tujuan yang jelas untuk menulis. Tujuan yang jelas membantu penulis mampu mengatur waktu untuk terus konsisten menulis. Sekaligus meningkatkan kreativitas agar bisa terus menulis. Bahkan, pada saat mengalami hambatan dalam menulis, maka akan mampu berpikir secara kreatif dalam mencari solusi. Entah itu dengan mencari lebih banyak referensi, mengakses jasa konsultasi menulis, dan lain sebagainya. Kreativitas juga membantu penulis untuk mengerjakan dan mengembangkan naskah dengan baik. Sebab tidak pernah kehabisan materi untuk dituangkan ke dalam naskah tersebut. Sehingga bisa cepat selesai dan segera terpublikasikan. 
  2. Meningkatkan Keterampilan Menulis.
    Alasan berikutnya kenapa motivasi menulis bagi pemula penting adalah karena bisa meningkatkan keterampilan menulis. Secara umum, motivasi menulis akan mendorong keinginan untuk terus menulis. 
    Semakin sering menulis, maka akan semakin mudah dalam menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan. Semakin lama menulis, maka akan semakin berkualitas hasil tulisan tersebut. Sehingga kalimatnya bagus, bisa dipahami, dan juga runtut. Tidak sedikit penulis yang ketika mengawali karirnya, ia kemudian menghasilkan karya dengan kualitas masih pas-pasan misalnya. Namun dengan ketekunan maka kualitas tulisan terus membaik. Tanpa motivasi, seorang penulis akan berhenti menulis ketika menyadari kualitas tulisannya belum bagus. Jadi, motivasi itu penting agar penulis bisa konsisten untuk menulis dan terus mengembangkan keterampilannya. 
  3. Pembantu Menikmati Proses Menulis.
    Menulis bukan aktivitas yang mudah dan tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika sudah menghadapi hambatan dalam menulis. Ada kalanya, penulis memutuskan untuk menyerah dan naskah-pun terbengkalai akhirnya. Namun, ketika seorang penulis memiliki motivasi dalam menulis. Maka kemungkinan hal seperti itu bisa dihindari. Karena, motivasi sekali lagi dapat membantu seoranf penulis agar tetap fokus dengan tujuannya dalam menulis. Selama tujuan tersebut belum terwujud, maka akan tetap fokus menulis. Pada akhirnya, penulis akan berdamai dengan kesulitan. Sehingga lebih menikmati proses menulis itu sendiri. Apalagi setelah menyadari bahwa tidak ada penulis yang bisa menulis tanpa hambatan sama sekali. 
  4. Memaksimalkan Hasil Dan Pencapaian.
    Alasan terakhir kenapa motivasi menulis bagi penulis pemula penting, hal itu demi untuk memaksimalkan hasil. Motivasi membantu seorang penulis agar tetap konsisten dalam mengembangkan naskah. 
    Sehingga akan lebih bekerja keras dalam menyelesaikan naskah tersebut. Semakin tinggi kerja keras yang dilakukan, maka akan semakin optimal hasilnya. Apalagi dengan ketelitian yang tinggi. Oleh sebab itu, motivasi menulis bisa membantu memaksimalkan hasil dan proses pencapaian. Misalnya, ingin menulis buku yang best seller. Jika punya motivasi, maka hal itu akan konsisten untuk menulis sampai buku yang disusun berhasil menjadi best seller. 

V. Kata-Kata Motivasi Menulis Dari Para Akademisi Dan Penulis Terkenal

Untuk membantu membangun dan memiliki motivasi yang kuat bagi penulis pemula. Maka ada baiknya untuk mempelajari berbagai kata-kata motivasi yang telah diungkap atau disampaikan oleh para akademisi maupun para penulis terkenal. Berikut ini adalah kata-kata motivasi menulis yang bisa dibaca untuk membangun motivasi dalam berkarya :

Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak (Ali bin Abi Thalib). Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis (Imam Al-Ghazali). Ketika kamu membaca, maka kamu akan mengenal dunia lebih dekat. Dan menulislah, maka kamu akan dikenal dekat oleh dunia (Madi Ar-Ranim). Pada akhirnya dalam ukuran keabadian, pena akan selalu dapat mengalahkan pedang yang paling tajam atau meriam yang paling besar sekalipun (A.

Wan Bong). Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia malah baru saja memperpanjang umurnya lagi (Helvy Tiana Rosa). Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis (Kuntowijoyo). Menulislah dengan bebas dan secepat mungkin, dan tuangkan semuanya ke atas kertas. Jangan melakukan koreksi atau menulis ulang sebelum semuanya habis kamu tuliskan (John Steinbeck). Mulailah menulis, jangan pedulikan apa pun. Air tidak akan mengalir hingga keran dibukakan (Louis L’Amour). Bakat dalam menulis tidak pernah menjadi lebih penting daripada ketekunan, disiplin dan kerja keras (A Wan Bong). Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, kamu akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang kamu tiru (William Zinsser). Yang menyebabkan kalimat pertama begitu sulit adalah karena kamu terpaku padanya. Semua yang lain akan mengalir dari kalimat itu (Joan Didion). Jangan pernah menyerah dalam menulis dan dalam hal apapun, writer’ block hanya sementara tapi penyesalan akan menghantui sepanjang masa (A Wan Bong). Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktikkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis, namun tidak pernah melakukannya, maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya (Stephen King). Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kamu ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri (J.K. Rowling). Di mana pun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, di situlah rumah saya (Mary Tall Mountain). Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer). Penulis tidak pernah dilahirkan, tetapi dia diciptakan. Bakat menulis tidak selalu dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh oleh satu motivasi dan gagasan (Bambang Trimansyah). Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari (Pramoedya Ananta Toer). Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah (Pramoedya Ananta Toer). Aku lebih takut dengan seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap (Napoleon Bonaparte).

Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan napas hidupnya (Stephen King). Menulis kalimat pembuka suatu cerita hampir mirip dengan mulai berski di bagian bukit yang paling terjal. Anda harus mengendalikan semua keahlian sejak awal (Marion Dane Bauer).
Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, namun kita sendirilah yang menciptakannya (Stephen King).

Kamu tidak bisa menunggu inspirasi, namun kamu harus mengejarnya (Jack London). Seorang penulis sedang bekerja saat dia menatap ke luar jendela (Burton Rascoe). Alkemis sejati tidak mengubah timah menjadi emas, namun mereka mengubah dunia menjadi kata-kata (William H. Gass). Jika kamu tidak bernapas melalui tulisan, jika kamu tidak berteriak secara tertulis, atau bernyanyi secara tertulis, maka jangan menulis karena budaya kita tidak ada gunanya untuk itu (Anais Nin). Aku tidak peduli jika pembaca membenci satu diantara ceritaku, selama dia menyelesaikan bukunya (Roald Dahl).

Tujuanku adalah menuliskan di atas kertas apa yang aku lihat dan apa yang aku rasakan dengan cara terbaik dan paling sederhana (Ernest Hemingway). Tidak ada guru yang lebih baik dalam menulis selain membaca… Dapatkan kartu perpustakaan, dan itu investasi terbaik (Alisa Valdes). Jika Anda menunggu inspirasi untuk menulis, maka Anda bukan seorang penulis, Anda adalah seorang pelayan Dan Poynter. Tidak ada aturan tentang cara menulis. Terkadang datang dengan mudah dan sempurna: terkadang seperti mengebor batu dan kemudian meledakkannya dengan muatan (Ernest Hemingway).

Bagiku, menulis adalah eksplorasi; dan sebagian besar waktu, aku terkejut kemana perjalanan itu membawaku (Jack Dann). Jika kamu ingin menjadi seorang penulis, kamu harus melakukan dua hal diatas segalanya, yaitu banyak membaca dan banyak menulis (Stephen King). Seorang penulis profesional adalah seorang amatir yang tidak berhenti (Richard Bach).
Sejarah akan baik bagiku karena aku berniat untuk menulisnya (Winston S. Churchill). Tidak ada air mata di penulis, tidak ada air mata di pembaca. Tidak mengherankan bagi penulis, tidak mengherankan bagi pembaca (Robert Frost). Imajinasi seperti otot. Aku menemukan bahwa semakin banyak aku menulis, makin besar tulisan itu (Philip Jose Farmer). Kata-kata bisa seperti sinar-X, jika kamu menggunakannya dengan benar, maka kata-kata itu bisa menembus apapun. Kamu membaca dan kamu tertusuk (Aldous Huxley).

Itulah beberapa motivasi menulis bagi pemula. Selain beberapa motivasi tersebut, tentunya masih banyak lagi kata-kata motivasi yang bisa ditemukan. Selain dari para ahli dan para penulis kenamaan. Motivasi menulis juga bisa datang dari orang sekitar dan bahkan dari dunia maya  (internet). 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *