Oleh : Adung Abdul Haris
I. Pendahuluan
Pernahkah di benak kita terbayang ingin menerbitkan sebuah buku karya sendiri? Seberapa lama ketika kita menyusun naskah buku? Apa saja berbagai kesulitan yang didapatkan di lapangan, yakni ketika kita sedang melakukan riset untuk bahan materi penyusunan buku yang kita tulis? Lalu, kendala fisik apa saja ketika kita terus suntuk menyusun naskah buku? Karena kendala fisik yang sudah pasti ketika kita sedang nyusun naskah buku akan mengalami rasa ngantuk yang akut (kurang ngopi, kurang tidur dan lain sebagainya). Sementara kendala non fisik alias yang bersifat psikis, pasti ketika kita sedang nulis naskah buku akan mengalami stagnatisasi insfirasi karena otak kita terlalu terkuras dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, hingga saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa menulis buku itu memang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh penulis profesional. Namun apabila terus dibarengi dengan rasa optimisme dan ketekunan yang tinggi, pada faktanya menulis buku juga bisa dilakukan oleh siapa-pun. Asalkan kita tekun, banyak membaca serta tahu jurus jetu untuk menulis buku. Untuk itu, pada tulisan kali ini penulis mencoba akan membahas secara detail tentang kiat-kiat untuk bisa menulis buku. Lebih dari itu, penulis juga akan mencoba memaparkan teknis penulisan dan penyusunan buku dari mulai tahapan demi tahapan.
Namun sepengalaman penulis, bahwa menulis buku adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan untuk menyampaikan ide, pengetahuan, dan imajinasi kepada pembaca. Tentunya memang ada kitat-kiat khusus untuk bisa menulis buku. Sementara hal pertama yang perlu diperhatikan jika kita ingin mendapatkan hasil yang berkualitas dalam menulis buku adalah konsistensi diri serta terus memupuk rssa idealisme yang harus tertanam di benak kita. Namun secara praktis, bahwa menulis buku termasuk proses yang dapat dipecah menjadi beberapa langkah yang lebih kecil. Sehingga akan memudahkan para penulis untuk merangkum keahliannya dan menciptakan karya yang luar biasa.
Bahkan, seorang penulis buku dituntut untuk bisa menciptakan karya tulis yang berkualitas dan mampu memikat hati para pembacanya. Bahkan, di dalam buku yang berjudul “Panduan Lengkap Menulis Buku Dalam 180 Hari”, buku tersebut karya dari Akbar Zainudin. Menurut sang penulis buku tersebut, jika kita ingin mendapatkan karya yang berkualitas, maka perlu memperhatikan tips menulis buku terutama bagi penulis pemula antara lain: (1). Memilih Topik yang Sesuai Keinginan. Sementara topik yang sesuai keinginan akan membuat isi buku lebih mengalir dan fokus pada satu pembahasan yang menarik untuk dibaca (2). Melakukan Riset. Riset akan membantu penulis untuk mengetahui informasi terkini yang ingin didengar dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pembaca.
(3). Membuat Outline Buku.
“Outline” akan membantu mengatur pemikiran kreatif penulis, sehingga isi buku akan memiliki arah yang jelas dan tepat (4). Menetapkan Sasaran Jumlah Kata Yang Akan Dicapai. Berbagai pertimbangan untuk menetapkan sasaran jumlah kata yang ingin dicapai agar tulisan tetap berada dalam topik awal (5). Mulai Menulis Dengan Penuh Semangat. Mulai menulis dengan penuh semangat dan rasa percaya diri, serta ingat target utama membuat sebuah buku (6). Meminta Pendapat Orang Lain. Bukan hanya pendapat, tetapi ide dan inspirasi orang lain juga akan membantu mendapatkan tulisan yang lebih baik (7). Edit Dan Tinjau. Ketika draf pertama sudah selesai, maka serahkan kepada editor atau pengulas untuk membantu mendapatkan perbaikan (8). Mempublikasikan Buku. Jika buku sudah melalui pengeditan, revisi, maka saatnya untuk diterbitkan agar bisa dibaca banyak orang (9). Meminta Respon Publik. Setelah buku berhasil terbit, perkenalkan ke semua orang baik teman, keluarga, dan rekan kerja untuk mendapatkan respon mereka.
Bahkan ketika kita membaca sebuah buku yang berjudul “Kiat Menulis Buku”, setidaknya kita akan lebih reflektif untuk menjadi seorang penulis buku. Sementara buku yang berjudul sebagaimana diatas, disusun berdasarkan pengalaman sang penulisnya (seorang akademisi), yakni kurang lebih selama mengabdikan dirinya sebagai pendidik (dosen) lebih dari 40 tahun dan telah berhasil menerbitkan lebih dari 25 buku. Bahkan, menurut sang penulis buku tersebut, banyak cara untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui internet merupakan cara yang sudah memasyarakat saat ini. Namun, sekalipun internet merupakan metode terkini, tetapi tetap saja mempunyai kelemahan, antara lain tidak dapat diakses pada saat dibutuhkan, apalagi wilayah Indonesia yang sangat luas, dan minat para ilmuwan untuk meningkatkan diri tidak dapat ditunda-tunda. Mereka menginginkan keberadaan buku yang setiap saat memang betul-betul diperlukan. Harus diakui bahwa banyak ilmuwan, khususnya para dosen, yang diyakini sangat mumpuni dalam bidang ilmunya, tetapi masih saja disampaikan dalam bentuk oral pada saat mengajar kuliah sehingga banyak hal penting yang terlewatkan untuk dicatat. Sangat disayangkan, ilmu yang sangat potensial untuk dipelajari dan diimplementasikan tersebut, masih banyak yang belum disajikan secara sistematis dalam bentuk buku. Berbagai kendala dan keterbatasan selalu disampaikan antara lain kesulitan untuk memulai menulis buku. Oleh karena itu, melalui bacaan buku dengan judul “Kiat Menulis Buku”, maka kita akan mendapatkan gambaran, yakni bagaimana berjibakunya untuk menulis buku, baik secara fisik (kerapkali diserang rasa ngantuk) maupun tantangan yang bersifat non fisik, yakni seringkali terjadi “stagnatisasi insfirasi” ketika sedang menyusun sebuah naskah buku.
Namun, dengan kemampuan dalam bidang ilmu (menguasai teorisasi penulisan buku) dan disertai dengan tekad serta kemauan yang kuat, pada akhirnya akan muncul istilah “yang tidak mungkin menjadi mungkin” atau dalam bahasa do’anya, “Allahumma Ya Muhilal Muskilat”. Artinya ; Ya…Allah bagaimana sesuatu yang tidak mungkin untuk menjadi mungkin dan sekaligus menjadi kenyataan. Dan endingnya, pasti Allah akan melihat proses kesungguhan dari kita terlebih dahulu, yakni sejauhmana “tekad bulat kita” untuk bisa menulis sebuah buku. Dan ternyata kita pasti akan mampu manakala ada kemauan yamg mendidih di benak kita.
II. Cara Menulis Buku Yang Berkualitas
Cara menulis buku yang perlu dipahami oleh setiap calon penulis, baik mahasiswa sebagai penulis pemula maupun para akademisi (dosen) yang baru mau memulai menulis bukunya tentunya harus sangat dipahami. Karena, perlu dipahami juga bahwa menulis buku seyogyanya harus sesuai dengan kriteria buku yang akan ditulis dan juga harus menyesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak penerbit buku agar buku tersebut bisa berkualitas. Oleh karena itu, di bawah ini akan dijelaskan tentang tahapan demi tahapan tentang cara menulis buku yang baik agar kita mampu memproduksi (menulis) buku yang berkualitas dan bisa diterima oleh para pembaca.
A. Cara Menulis Buku
Berikut ini adalah cara menulis buku yang perlu kita ketahui agar buku yang kita tulis sesuai dengan kaidah kepenulisan serta dapat menghasilkan buku yang berkualitas (menginsfirasi) dan bisa diterima oleh pembaca (publik).
- Menentukan Tema.
Hal pertama yang perlu diperhatikan menulis dalam memahami bagaimana cara menulis buku adalah untuk menentukan tema. Dalam memulai menulis buku, penulis terlebih dahulu harus menentukan tema apa yang akan diambil dan juga ditulis dalam buku karyanya. Tentu saja pemilihan tema tersebut harus relevan dengan bidang yang digeluti serta ada kesesuaian dengan disiplin ilmu yang kita dalami. Misalnya jika kita (mahasiswa atau dosen) kebetulan jurusan hukum misalnya, maka sebaiknya menulis buku yang berhubungan dengan tema hukum atau ruang lingkup sekitarnya. Dan jika kita merupakan (mahasiswa atau dosen) jurusan sejarah misalnya, sebaiknya kita juga menulis buku yang berhubungan dengan sejarah atau ruang lingkupnya. Hal itu perlu diperhatikan karena selain lebih faham akan materi yang dikaji dan dibahas, penulis juga bisa merasakan berbagai keuntungan lain, misalnya akan mendapat pengetahuan baru di bidangnya dan akan lebih mudah dalam menyelesaikan target tulisan, dan juga mampu menuangkan isi pikiran dalam buku dengan baik.
Meski demikian, seorang penulis bukan berarti dilarang menulis buku yang di luar bidang yang dikuasainya, tapi selama penulis merasa mampu, nyaman, dan punya kapasitas untuk mempertanggungjawabkan tulisannya, maka seorang penulis bebas untuk menulis buku apa pun dan bereksplorasi dengan cara apa pun. Namun dengan menentukan tema, menjadi langkah kuat sang penulis untuk berhasil menulis buku yang berkualitas dan sesuai dengan target yang ditentukan oleh penulis, sehingga tulisan di dalam buku lebih berkualitas, sistematis, dan juga terarah.
- Menentukan Target Pembaca.
Setelah menentukan tema yang sesuai dengan minat dan juga bidang yang kita kuasai atau tema apa pun yang ingin kita tulis di dalam buku, sebagai seorang penulis, penting bahwa kita juga harus memperhatikan target pembaca yang akan kita sasar. Hal itu menjadi penting karena kita mampu menentukan berbagai target lainnya. Sedangkan menentukan target adalah hal penting yang harus dilakukan oleh seorang penulis sebelum menulis buku. Mengapa demikian? Dengan menentukan target pembaca, maka penulis juga bisa menentukan apakah naskah yang ditulis tersebut dibutuhkan atau sesuai dengan kondisi masyarakat atau pembaca saat ini atau tidak. Sementara buku yang berkualitas selain mampu menyampaikan informasi dengan baik juga harus mampu menjadi sumber insfirasi dan juga menjadi sumber motivasi, baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis harus memerhatikan target pembaca yang disasar seperti apa dan sesuaikanlah dengan isi atau tema buku yang dipilih.
Selain itu, menentukan target pembaca juga penting agar penulis mampu menuliskan berbagai nilai kebaikan di dalam buku yang ditulis sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas atau target pembaca yang disasar.
- Melakukan Riset Genre Gaya Penulisan.
Hal selanjutnya yang perlu dilakukan oleh seorang penulis dalam memulai menulis buku adalah melakukan riset genre buku yang ingin ditulis dan bagaimana gaya penulisannya. Penulis yang menulis buku sesuai dengan genre-nya akan lebih sesuai dengan target dan bahkan dapat dengan mudah diterima dan dipahami pembaca. Berbeda dengan penulis yang memaksakan gaya bahasa atau gaya penulisan yang kurang sesuai dengan dirinya, maka biasanya bahasa atau tata kalimat yang digunakan sulit dipahami. Cara melakukan riset mengenai gaya penulisan ini sangat mudah dilakukan. Kita bisa membuka buku harian atau unggahan di media sosial kita. Kenali gaya penulisan yang biasa kita gunakan dan sesuaikan gaya penulisan tersebut dengan gaya penulisan pada buku kita.
Meski demikian, kita juga bisa menggunakan gaya penulisan yang baru jika dirasa gaya penulisan yang biasa kita gunakan membosankan. Akan tetapi, pastikan tata bahasa dan kalimat yang kita gunakan mudah dipahami dan diterima oleh pembaca dan gunakan bahasa seefektif mungkin.
Penulis juga bisa melakukan riset genre dan gaya penulisan menyesuaikan dengan target atau permintaan pasar, tergantung bagaimana genre dan gaya penulisan yang saat ini banyak diminati oleh para pembaca buku.
- Mencari Referensi Tulisan.
Setelah itu, cara menulis buku yang baik juga harus dilakukan dengan mencari berbagai referensi tulisan (riset kepustakaan). Karena, cara paling umum yang bisa dilakukan adalah mencari referensi sesuai dengan tema dari buku yang akan ditulis. Dengan hal tersebut, penulis akan merasa lebih dimudahkan dalam menulis. Hal itu juga memiliki tujuan penting untuk membantu mendapatkan bahan atau data yang ingin ditulis di dalam buku tersebut. Riset itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melakukan wawancara, mencari referensi dari buku yang pernah ada atau penelitian yang pernah dilakukan, “brainstorming”, dan lain sebagainya.
Kita harus melakukan riset genre buku yang sesuai atau relevan dengan buku yang kita tulis. Hal itu akan membuat kita lebih mudah mencari atau mendapatkan insfirasi sehingga berbagai materi yang kita tulis di dalam buku tersebut lebih bisa dipahami dan mampu diterima oleh pembaca. Setelah semua data dan referensi lengkap, kumpulkan semua data menjadi satu folder sehingga kita tidak kesulitan dalam mencari materi tersebut dan proses menulis kita menjadi lebih cepat, efektif, dan sistematis.
- Membuat Outline.
Setelah tema dipilih, target ditentukan, genre dan gaya penulisan ditentukan, bahkan sudah mendapat materi sebagai pendukung, maka mulailah dengan membuat “outline”. Outline atau kerangka buku ini berisikan garis besar dari buku yang akan ditulis. Adanya “outline” juga akan mempermudah sang penulis dalam menulis dengan mengembangkan poin-poin yang sudah ditentukan. Sehingga ketika proses menulis, maka sang penulis akan menulis sesuai dengan poin atau materi yang sudah dirancang dan juga ditentukan dengan tujuan, pada akhirnya akan mampu mengembangkan buku dengan baik dan menyampaikan materi atau informasi dengan baik. Selain itu, “outline” juga berguna agar penulis tetap menulis di jalurnya dan tidak bertele-tele, alias tidak melebar kemana-mana. - Mulai Menulis.
Setelah semua persiapan selesai dilakukan, kita bisa memulai menulis. Mulai menulis ini memang bukan hal mudah, akan tetapi kita akan lebih lancar menulis jika kita mengikuti “outline” yang sudah kita buat dan tulislah materi yang sesuai dengan tema buku yang ingin kita tulis. Gunakan bahasa yang baik dan benar serta sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Jangan lupa juga untuk menggunakan bahasa yang tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami pembaca. Sesuaikan topik di dalam buku yang kita tulis dengan materi yang ingin kita sampaikan dan juga temanya. Lengkapi juga dengan data hasil riset yang sudah dikumpulkan sehingga akan menguatkan materi di dalam buku, dan buku yang kita tulis akan lebih berkualitas dan mampu dipertanggung jawabkan. - Menentukan Target Menulis.
Setelah itu, penulis juga harus menentukan target menulis. Dalam menulis buku, menentukan target menulis adalah hal penting. Target menulis misalnya berapa lama waktu yang harus ditempuh untuk menyelesaikan satu bab atau satu buku. Kemudian buatlah jadwal agar kita mampu memenuhi setiap target tersebut. Misalnya dalam satu hari kita menentukan target dapat menyelesaikan satu bab, maka target tersebut harus selalu dipenuhi. Dengan demikian, maka buku yang kita tulis akan selesai sesuai dengan target yang ditentukan sehingga kita mampu menyelesaikan tulisan (menulis naskah buku) dengan baik. Selain itu, menentukan target menulis ini juga berguna untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan menulis.
Dengan adanya target menulis, penulis mampu mengetahui bagaimana kemampuan yang kita miliki, sehingga kita bisa terus menambah target atau menambah durasi dalam menulis. Hal itu juga sangat penting sebagai bekal menguasai teknik dan kemampuan menulis di segala hal dan mampu mengira-ngira tentang batas kemampuan diri kita sendiri dalam menulis atau menyelesaikan buku. Dengan demikian, buku yang ditulis juga lebih berkualitas karena penulis telah menentukan berbagai aspek yang dijadikan target atau patokan dalam menulis.
- Mengatur Ritme Menulis.
Dalam menulis, penulis juga wajib mengatur ritme menulis. Dalam hal ini, ritme yang dimaksud adalah bagaimana rutinitas penulis dalam menulis buku. Seperti yang kita ketahui, selama satu hari tentu kegiatan seorang manusia tidak hanya menulis saja. Ada berbagai kegiatan yang harus kita lakukan. Oleh karena itu, penulis harus mengatur ritme dalam menulis atau mengatur rutinitas harian dan sesuaikan dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berkonsentrasi menulis. Hal itu perlu dilakukan agar saat menulis, sang penulis bisa merasa lebih mudah atau enteng dalam menyelesaikan tulisan. Penulis juga dapat menghindari berbagai gangguan atau distraksi yang menghalangi penulis untuk menulis secara produktif. Sedangkan ritme yang harus diatur misalnya seperti ini:
(1). Kapan waktu yang tepat untuk menulis dalam satu hari?
(2). Di jam berapa penulis merasa produktif untuk menulis? (3). Bagaimana penulis mengatur waktu setiap sesi menulis? Dengan mengatur ritme demikian, penulis akan lebih mudah menyesuaikan rutinitas menulis dengan kegiatan lainnya selama sehari atau bahkan akan menjadi kebiasaan sehari-hari. - Melakukan Review Tulisan.
Setelah semua hal utama dalam menulis buku telah selesai dan sebelum memasukkan tulisan ke pihak penerbit buku, maka penulis harus melakukan “review” tulisan. “Review” tulisan ini didapatkan dari hasil penilaian orang lain tentang tulisan (naskah buku) yang kita tulis. Misalnya jika kita bergabung di sebuah komunitas, maka kita bisa meminta anggota komunitas kita untuk melakukan “review” atau penilaian terhadap buku yang kita tulis. Jika perlu ada perbaikan karena saran dan juga kritik dari orang lain, maka kita bisa kembali merevisi atau membenahi hal-hal yang memang perlu dibenahi. Dengan demikian, kita akan mendapat banyak kritik maupun saran yang membangun agar buku yang kita tulis lebih berkualitas tak hanya bagi kita tetapi juga bagi orang lain. - Memasukkan Tulisan (Naskah Buku) Ke Penerbit Buku.
Langkah terakhir yang harus kita lakukan setelah selesai menulis naskah buku adalah memilih penerbit yang tepat. Saat ini, sangat banyak penerbit buku yang menawarkan jasa untuk menerbitkan buku sekaligus membantu proses pemasaran. Tentu saja, pilih penerbit buku yang sesuai dengan tema atau genre kita, karena beberapa penerbit memiliki tema masing-masing. Tetapi, kita bisa memilih alternatif penerbit buku yang berkredibilitas dan akan banyak saling menguntungkan diantara kita dengan sang penerbit itu.
III. Strategi Menulis Buku
Memang ada alasan yang kuat, mengapa begitu pentingnya penulis untuk membuat artikel ini? Karena penulis menyadari dan sekaligus merasakan betul, terutama ketika pertamakali menulis buku yang terus berjibaku dengan berbagai kesulitan. Oleh karena itu, pada tulisan kali ini, akhirnya penulis sampai juga pada tema inti, yakni “Belajar Produktif Menulis Buku” Dan “Penulis Buku Yang Konsisten”. Hal itu tidak lain dan tidak bukan, karena sejatinya penulis juga pernah terjebak pada kubangan kesulitan, yaitu ketika ingin menerbitkan buku yang pertama kali. Bahkan, konsekuensi logis ketika kita sedang menulis buku, pasti ada beberapa kondisi dimana kita akan mengalami “stuck” atau terhenti. Stuck ini sering jadi dilematisasi, yakni antara tetap menulis, tapi kita terus kekurangan insfirasi atau malah melakukan rehat panjsng, dan hal itu tentunya akan menghilangkan semangat untuk menulis atau “out of date” kembali.
Oleh karena itu, pada tulisan kali ini, penulis mencoba membantu menjawab beberapa pertanyaan utama yang pasti muncul saat setiap penulis buku akan memulai menulis. Apa buku yang harus kita tulis? Darimana kita harus memulai menulisnya? Bagaimana cara kita menulis buku tersebut? Berapa halaman yang dibutuhkan setiap bagian-bagiannya? Dan harus bagaimana cara untuk mengkaitkan setiap bagiannya atau mengkaitkan setiap bab per bab-nya?
Bahkan, setiap penulis buku pemula, secara alamiah memang akan merasa begitu bersemangat di awal-awal saja, bahkan ia olah-olah yakin betul bahwa di hari-hari pertama ia menulis buku akan sangat menggebu-gebu. Hal itu bisa dimaklumi, karena volume maupun bobot tulisan yang harus ditulisnya juga memang tidak terlalu berat. Namun jika sudah menyangkut “isi buku yang bobotnya begitu berat”, tentu kondisi seperti itu (rasa menggebu-gebut) kurang pati baik, karena proses selanjutnya terutama di bab pertengahan yang lebih komplikitit atau pada bagian yang tersulit pada buku yang kita tulis, kerapkali seorang penulis pemula akan terus meleleh dan banyak mengalami kesulitan untuk mencapai bab atau mencapai halaman terakhirnya (bagian penutup), dan sudah pasti ia juga akan mengalami “stagnatisasi insfirasi” maupun akan mengalami “dilematisasi” proses penuangan ide pada berbagai sub judul yang akan ditulisnya.
A. Manfaat Menulis Buku
Saat ini karya buku (produk intelektual) memang sangat diperhitungkan. Karena, mulai dari para praktisi (pengamat) hingga yang menjadi kewajiban di dunia akademik dan lain sebagainya. Bahkan, sebagai seorang praktisi (pengamat) ketika ia memiliki karya buku di bidangnya misalnya, hal itu dapat meningkatkan value atau personal branding tersendiri dan sekaligus bisa dinyatakan bahwa ia adalah orang yang berpengalaman/ahli. Sedangkan di dunia akademik, menulis buku bisa menjadi karya yang dijadikan luaran penelitian, proyek mata kuliah, syarat kelulusan dan bahkan syarat untuk kenaikan pangkat (golongan) dan lain sebagainya.
B. Strategi Menulis Buku
Menyadari hambatan maupun peluang dari menulis buku, maka perlu adanya upaya-upaya atau strategi-strategi yang sekiranya perlu diperhatikan. Selain itu, penulis juga, yakni yang nota bene pernah menulis (menerbitkan) beberapa buku, sangat berkepentingan dan sekaligus ingin saling berbagi pengalaman dalam soal teknis (metode) menulis buku. Oleh karena itu, pada sub judul bagian ini penulis akan mencoba fokus, yakni bagaimana langkah-langkah lebih kongkrit untuk menulis sebuah buku yang efektif. Berikut ini tips atau strategi yang bisa mulai kita terapkan sebelum benar-benar kita bergerak untuk menulis sebuah naskah buku.
1. Tentukan Topik Atau Tema Buku.
Sebagaimana sedikit banyak telah dijelaskan di sub judul bagian atas, yakni tentang penentuan topik atau tema dengan spesifikasi tertentu, hal itu dapat menyelamatkan kita dari meluasnya bahan tulisan yang berpotensi menjadi hambatan. Selain itu, jika topik terlalu luas maka buku yang kita tulis juga akan kehilangan kekhasan isinya. Hal itu selain dapat menurunkan minat baca juga dapat meningkatkan potensi “plagiarisme”.
Melalui pembatasan topik tersebut, maka sang penulis buku, ia akan mengulik dan memaparkan isi dengan lebih spesifik serta sesuai dengan porsi kepakaran (keahliannya). Sedangkan mencari topik bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti kenali dulu major, latar belakang, pengalaman, bidang keahlian, menyesuaikan skema penelitian, atau hal-hal yang kita memiliki ketertarikan di dalamnya.
2. Mengumpulkan Informasi Yang Relevan.
Setelah kita memilih topik buku yang akan kita tulis, maka langkah selanjutnya adalah pastikan bahwa kita mulai mengumpulkan informasi yang relevan (terus melakukan studi literasi). Hal itu diwajibkan agar kita dapat melihat bagaimana topik yang kita pilih itu terus berkembang di luar jangkauan kita sebelumnya.
Selain itu kegiatan pemilihan topik juga dapat menjadi petunjuk bagi kita agar buku yang akan kita tulis mampu menyesuaikan kebutuhan, menjadi pedoman penyelesaian suatu masalah, memberikan gambaran yang sesuai kondisi terkini, hingga mengetahui hal-hal yang perlu menjadi keterbaruan. Oleh karena itu, penulis sendiri menyarankan agar kita terus mencari informasi dengan menggunakan keyword sesuai topik, lalu coba telusuri 5-10 laman yang muncul pertama kali. Namun perlu diingat, bahwa proses itu perlu kita batasi baik waktu atau jumlah pencariannya. Hal itu dikarenakan sang penulis akan sulit nantinya akan berpindah ke tahap selanjutnya atau mulai menulis draft karena terus merasa belum menemukan sumber yang lebih sesuai.
3. Membuat Outline Tulisan.
Tahapan ini adalah akar dari cikal-bakal karya buku kita mulai dapat ditulis. Outline tulisan ini dapat kita susun, yaitu menyesuaikan dengan hasil literasi review yang sudah kita baca. Outline ini bisa dibagi menjadi 3 bagian utama untuk membantu kita agar fokus pada isi tulisan yaitu bagian pendahuluan, bagian inti isi buku, dan bagian penutup. Agar kita tidak merasa jenuh atau kehabisan bahan saat awal-awal, maka fokuslah terlebih dahulu untuk menyusun outline intinya. Pada outline inti penulis menyarankan agar kita fokus dari bagian umum terlebih dahulu hingga terdiri dari bagian-bagian sesinya secara khusus atau lebih spesifik. Kemudian pada bagian pendahuluan kita dapat memberikan outline berupa apersepsi atau ide pokok yang sifatnya umum untuk memancing pembaca untuk meneruskan bacaannya. Sedangkan pada bagian penutup kita dapat mengisinya sebagai outline kesimpulan dari isi buku yang kita tulis.
Jika kita sudah berhasil membagi outline menjadi tiga bagian utama, yakni sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka selanjutnya adalah untuk membagi outline untuk setiap chapernya. Chapter atau bab ini perlu kita detailkan outlinennya agar memastikan konten buku kita tidak keluar area atau “out of content”. Hal itu juga dapat dijadikan dasar acuan agar kita dapat memastikan keterkaitan antara bab pertama dan bab berikutnya. Bahkan, dalam satu buku jumlah bab tentunya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan materi, dan tidak ada batasan khusus terkait jumlah chapter atau jumlah bab. Tapi, kita dapat membuat banyak chapter/bab asalkan sesuai dengan kebutuhan pemenuhan materi sekaligus untuk mempertimbangkan waktu yang kita miliki, yakni untuk menyelesaikan buku yang kita tulus itu.
C. Outline Buku
Apersepsi/Pendahuluan : Bagian ini (pendahuluan) dapat dijelaskan secara umum mengapa suatu pariwisata perlu memerlukan ketahanan agar terus berkelanjutan. Lalu bisa dijelaskan aspek-aspek penting lainnya yang dibahas pada bagian selanjutnya sehingga pembaca akan terus tertarik untuk meneruskan proses bacaaannya. Sedangkan pada isi buku. Pada bagian ini (isi buku), yaitu bangun konsep secara umum terlebih dahulu yang kemudian diikuti spesifikasi materi yang dipisahkan dengan chapter/bab. (Catatan : buat kesimpulan disetiap akhir babnya agar pembaca dapat diarahkan untuk mengingat hal-hal penting sekaligus kaitkan sedikit dengan apa yang akan di bahas pada bab selanjutnya).
Bagian penutup : Pada bagian ini, yaitu berisikan kesimpulan umum yang mengacu pada isi materi buku. Penulis sendiri menyarankan agar kita tidak perlu terlalu banyak dan hendaknya dibatasi hanya di sekitar 2-3 halaman.
4. Mulai Menulis Draft Buku
Saran dari penulis, ketika sedang menulis naskah buku, agar fokuskan pada bagian ini (isi buku), yakni mulai dari bab I, bab II. bab III dan bab selanjutnya, tentunya agar selalu ada ketersambungan atau keterhubungan secara substantif proses pembahasan materi bukunya. Karena pada faktanya, banyak penulis pemula yang membuang-buang waktu untuk memilih membuat cover atau membuat pendahuluan yang sangat menarik namun akhirnya malah kehilangan semangat untuk menulis isinya. Jika kita fokus mulai menulis draft pertama, maka menurut hemat penulis, maka lakukan di pagi hari dengan cara untuk meluangkan waktu 2-3 jam sebelum jam 10 pagi.
Hal itu diketahui pada jam-jam produktif otak akan lebih mudah melakukan brainstorming. Namun untuk kita yang memiliki kewajiban lain di pagi hari, maka kita dapat mengatur waktu sendiri dan usahakan setiap hari sediakan waktu untuk fokus menulis 2-3 jam tanpa distraksi sama sekali. Jika bisa lebih dari itu tentu sangat bagus dan penulis sendiri yakin, bahwa kita semua dan termaduk (pembaca) dapat segera menyelesaikan buku kita masing-masing, karena kata kuncinya adalah pada konsistensi diri.
5. Mengembangkan Isi Paragraf
Dalam menulis buku, tentunya kita sesekali atau seringkali mengalami stuck. Terlepas dari berbagai faktor dalam menulis, seringkali kesulitannya adalah “apa yang harus aku tulis lagi setelah ini?”. Untuk mengatasi gangguan seperti itu, maka saat menyusun outline pastikan kita bisa menyusun main idea setiap paragrafnya. Main idea setiap paragraf ini tidak perlu terlalu baku dan dapat diganti saat proses penulisan. Kemudian untuk menghindari kejenuhan menulis atau membaca, batasi setiap kata dalam kalimat dan jumlah kalimat dalam paragraf. Namun harus tetap beracuan pada subjek, predikat objek dalam satu kalimat. Sehingga idealnya dalam satu kalimat ada disekitar 5-6 kata. Kemudian dalam satu paragraf juga dibatasi dari ide pokok, kalimat pendukung, dan kesimpulan paragraf.
IV. Menghindari Berbagai Rintangan Ketika Sedang Menulis Buku
Kemampuan menulis kita sangat dipengaruhi oleh kemampuan kita untuk fokus membaca berbagai sumber tanpa distraksi. Hal itu yang penulis khawatirkan juga, manakala kita menyusun keseluruhan bab di satu file saja. Bahkan, penulis juga khawatir kita akan terdistaksi dengan keinginan untuk membaca kembali tulisan kita, dan melihat sudah sejauh mana kita menulis. Kegiatan itu, akhirnya dapat memecah konsentrasi untuk menulis bab berikutnya. Tips itu mungkin bersifat subjektif, namun penulis sangat menyarankan karena tidak ingin kita merasa lelah dan jenuh membaca atau menulis di awal-awal atau bahkan belum sempat memulai bab selanjutnya. Namun jika kita membaca kembali untuk memastikan keselarasan alus setiap chapternya tentu itu memang diperlukan. Bahkan kita juga dapat melakukannya dengan baik jika filenya memang terpisah.
A. Mengatur Timeline Menulis Buku
Jika diperhatikan dari beberapa sumber tahapan ini mungkin akan disarankan di bagian awal, namun berbeda dengan pendapat penulus. Penulis menyarankan agar kita menyusun timeline ini setelah kita berhasil menyusun satu bab/chapter. Hal itu bisa menjadi self reflection kira-kira dalam satu bab dengan beberapa sub-bab kita memerlukan berapa lama dan mengenali berbagai gangguan yang berpotensi terjadi. Susun timeline dengan pengalaman tersebut, tentukan jam dan durasi yang akan kita alokasikan untuk menulis. Kemudian kita berkomitmen untuk mengikuti timeline tersebut hingga buku berhasil diselesaikan.
B. Pemilihan Sumber Dan Media Dalam Buku
Pemilihan sumber kaitannya dengan seberapa baik kita memilih referensi untuk mendukung penjelasan kita dalam buku. Tapi sebenarnya, tidak ada ketentuan baku dalam hal ini, namun jika buku kita kaitannya sebagai luaran dari akademik maka penulis menyarankan dalam satu paragraf terdapat 2-3 referensi. Terutama jika buku kita adalah luaran penelitian maka kajian akan penelitian sebelumnya perlu dipaparkan. Kemudian untuk penentuan gambar penulis menyarankan agar gambar asli, hal itumenambah nilai kualitas buku kita. Penulis beri contoh seperti buku-buku National Geographic atau buku bahan ajar tematik di bidang-bidang terapan. Selain konten dan kualitas penelitan yang sangat komprehensif, namun sisi naturalis berupa foto-foto juga menjadikan kualitas buku kita semakin diakui.
C. Validasi Isi Buku
Dalam teori pengembangan, dalam hal ini buku/bahan ajar/modul diketahui ada beberapa model yang dapat menjadi acuan. Salah satunya adalah proses validasi yang perlu kita lakukan setelah kita berhasil menulis buku. Validasi ini bisa dilakukan bersama orang-orang yang berpengalaman di bidangnya seperti dosen/praktisi yang ahli dibidangnya, validasi bahasa, hingga validasi media seperti gambar/gambar yang mungkin kita gunakan. Proses validasi ini penulis sarankan dilakukan 1-2 kali agar buku kita benar-benar diakui kualitas dan kuantitasnya. Proses validasi ini jika kita seorang ahli mungkin juga bisa langsung diwakili oleh editor atau reviewer dari tempat kita akan menerbitkan buku. Setelah mengetahui beberapa strategi menulis diatas, maka kita wajib menarapkannya dan langsung action supaya bisa lebih menjadi pribadi yang jauh berkembang.
V. Kesalahan Penulisan Buku Yang Harus Dihindari
Bahkan penulis yang paling berpengalaman dan serba bisa pun terkadang melakukan kesalahan. Baik itu percobaan pertama atau kesepuluh, penting untuk mengingat beberapa kesalahan umum yang harus dihindari saat menulis buku. Satu hal yang baik tentang mempelajari cara menulis buku untuk pertama kalinya adalah agar kita dapat yakin bahwa banyak orang telah melakukannya sebelum kita dan ternyata mereka berhasil. Mereka tidak hanya meraih keberhasilan, tetapi juga berbagi pengalaman. Hal itu membantu penulis baru untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
A. Kesalahan Penulisan Buku Yang Harus Dihindari
Beberapa kesalahan utama yang harus dihindari saat menulis buku. Penjelasan di bawah ini akan membantu para penulis pemula dalam upaya menulis buku.
- Gagal Mengetahui Alasannya.
Tidak masalah jenis buku apa yang kita tulis. Baik itu novel fantasi yang komprehensif atau memoar pribadi, namun kita perlu tahu mengapa kita menulisnya. Terjun ke dalam sebuah penulisan buku tanpa motivasi yang kuat, hal itu hanya akan menghasilkan naskah yang belum selesai dan kemudian akan teronggok di laci kita selama bertahun-tahun. Bahkan, ketika kita melihat sebuah proses penerbitan buku, hal itu akan membutuhkan motivasi yang kuat di baliknya. Sasaran kita adalah apa yang ingin kita capai melalui buku tersebut. Sasaran tersebut akan mempengaruhi cara kita menulis, menyusun, mendesain, dan memasarkannya. Jika kita melihat buku kita dan menyadari kita tidak tahu mengapa kita harus menulisnya, cobalah tanyakan kepada diri kita sendiri, dan beberapa pertanyaan untuk memulai:
Mengapa buku ini penting bagi kita? Apa pesan yang ingin kita sampaikan melalui buku yang kita tulis? Mengapa dunia membutuhkan pesan kita?
Bagian mana dari pengalaman kita yang berharga bagi orang lain? Apakah kita ahli dalam suatu hal? Apakah topik yang kita tulis itu merupakan sesuatu yang membuat kita terpesona? - Terlalu Berjualan
Mungkin ada beberapa faktor motivasi berbeda di balik penulisan buku kita. Salah satunya mungkin uang, dan itu tidak masalah. Uang adalah bagian dari kehidupan dan kita semua membutuhkannya untuk bisa bertahan hidup. Selama kita tidak hanya menulis buku dengan harapan menjadi kaya atau mencari uang semata, tidak ada salahnya mengkhawatirkan keuangan.
Jika apa yang kita tulis berharga dan berguna bagi orang lain, mereka juga akan senang membaca buku yang kita tulis. Namun, kenyataan yang menyedihkan adalah banyak penulis kontemporer yang terlalu fokus pada menghasilkan uang, dan itu terlihat dalam tulisan mereka. Mengetahui cara menulis buku dengan benar berarti bersikap autentik dan transparan. Jika kita menulis tentang pengalaman pribadi, jadikan pengalaman pribadi.
Jika kita tidak peduli dengan pemberian nilai kepada audiens, maka tulisan kita akan kehilangan gairah. Tulisan kita akan kehilangan dorongan. Tulisan kita akan kehilangan keaslian yang diinginkan orang. Jadi, jangan berusaha terlalu keras untuk menjual diri kita. Tuliskan kisah kita dan bagikan pengetahuan kita. Jadilah nyata, dan proses penjualan dan sisi ekonomisnya tentunya akan datang dengan sendirinya.
- Tidak Mengenal Pembaca Anda.
Terutama jika menyangkut buku nonfiksi, maka kita perlu tahu untuk siapa kita menulis. Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan para penulis pemula adalah, ia terus berpikir bahwa ia dapat menulis buku yang ditujukan untuk semua orang. Mungkin tampak seperti ide yang bagus untuk menulis sesuatu yang menarik bagi semua orang. Semakin banyak orang yang dapat membelinya, maka semakin banyak uang yang akan dihasilkan. Tapi itu sesuatu yang tidak bagus. Oleh karen itu, mengidentifikasi pembaca itu sangat penting, yakni untuk mengetahui cara menulis novel dan buku nonfiksi.
6 Kesalahan Dalam Menulis Buku Dan Solusinya
Untuk menulis buku, ternyata modal semangat saja tidaklah cukup. Harus tahu ilmunya, biar proses penggarapannya bisa terarah, nyaman, dan cepat.
Sekarang, apakah kia ingin menulis buku dengan baik dan benar? Lalu coba cek apakah kita pernah melakukan enam kesalahan sebagaimana di bawah ini? Jika iya, segera cari tahu solusinya di tulisan berikut ini:
Kesalahan pertama adalah tidak merancang naskah atau konsep buku tidak dipikirkan sejak awal. Jadi langsung menulis saja sampai sepuasnya. Hasilnya, bahasan tulisan akan melebar dan tidak tahu akan berakhir pada pembahasan apa? Solusinya, tentukanlah outline terlebih dahulu. Buatlah kerangka tulisan, seperti daftar isi yang disertai pokok bahasan singkat setiap babnya. Dari outline itu akan terlihat jelas batasan atau ruang lingkup pembahasan. Di sinilah kita harus bisa lebih kreatif saat menyusun konsep bukunya. Bukan asal-asalan saja, asal nulis dan asal jadi. Pada tahapan ini juga, setidaknya kita sudah membaca beberapa buku setema sehingga bisa dijadikan sebagai rujukan sekaligus sebagai pembanding.
Jangan sampai kita mengulang-ulang bab/sub-bab (bahasan) yang sudah banyak dibahas di buku lain. Jangan pernah beranggapan bahwa membuat outline hanya akan menghabiskan waktu kita. Karena kita akan memerlukannya kemudian untuk mempermudah pekerjaan kita. Terlebih lagi, biasanya outline menjadi hal pertama yang akan dibaca oleh editor. Buatlah outline semenarik mungkin sehingga para editor, mereka akan tertarik untuk membaca naskah buku kita. Apabila outline kita tidak menarik, jangan berharap editor akan membaca naskah buku kita yang beratus-ratus lembar yang telah kita kirimkan. Kesalahan kedua, tidak fokus pada sasaran pembaca tertentu. Jadi saat merancang buku tidak ditentukan dulu berbagai hal tentang pembaca sasarannya. Artinya buku tersebut seolah-olah bisa dibaca oleh semua usia. Padahal cara seperti itu akan berpengaruh pada minat baca dan gaya bahasa. Tentunya buku remaja dan buku dewasa akan berbeda gaya bahasa dan bobot materinya. Jika kita mencampur-adukan semuanya, maka yang terjadi justru buku kita akan menjadi tidak tepat sasaran dan terkesan “bimbang”. Solusinya adalah tentukan terlebih dahulu apakah buku tersebut termasuk buku untuk anak-anak, untuk remaja, atau untuk dewasa. Klasifikasi usia pembaca itu akan lebih memudahkan kita untuk memilih diksi dan gaya bahasa. Terutama bobot materinya juga disesuaikan dengan sasaran pembaca. Selain itu juga memudahkan kita untuk mengirimkan naskahnya ke pihak penerbit yang sesuai dengan naskah tersebut.
Kesalahan ketiga, kita tidak menguasai bidang keilmuan/materi yang ditulis. Hanya berbekal referensi seadanya saja. Alhasil, yang terjadi justru hanya “copy paste”. Sama sekali tidak hal itu menulis, justru menyusun tulisan orang lain, memang tidak masalah jika mau jujur dengan mencantumkan sumber atau referensinya (footnote). Hanya saja, buku yang dihasilkan hanya terkesan seperti kliping, dan efeknya akan kurang baik untuk kita. Selain itu juga tidak melatih kita untuk benar-benar berpikir dan menulis dengan benar. Sekali lagi bahwa “copy paste” itu bukanlah bagian dari teknik menulis. Solusinya, mulailah menulis dari bidang keilmuan yang benar-benar kita kuasai. Sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di sekolah/kampus atau sesuai pengalaman kita. Seperti buku tentang sejarah yang saya tulis misalnya, hal itu memang sesuai dengan “background” ilmu kesejarahan yang saya geluti selama ini. Bahkan, jika kita menguasai terhadap apa yang kita tulis, tentu kita akan lebih lancar menuliskannya, dan pembaca pun akan semakin percaya kalau kita memang betul-betul kompeten di bidang tersebut. Begitu juga penerbit akan yakin betul untuk menerbitkan buku yang kita tulis, karena ditulis oleh orang yang benar-benar paham ilmu tersebut.
Kesalahan keempat, tidak punya jadwal menulis. Lalu apa artinya jika sudah merancang outline, sudah tahu sasaran pembaca, sudah menguasai keilmuannya, tapi kita tidak konsisten dalam menulis? Ya pasti naskah buku yang kita tulis sudah pasti tidak akan selesai dan bahkan kita lupakan. Sayang sekali, karena seakan-akan menggarap naskah buku itu seolah-olah pekerjaan sampingan yang kapan saja bisa disentuh dan kapan saja bisa dilupakan. Kalau memang seperti itu, maka seyogyanya urungkan saja cita-cita kita untuk menjadi seorang penulis buku yang profesional. Solusinya, buatlah tabel waktu penggarapan yang jelas. Tentukan batas waktunya (jadwal). Tuliskan juga di tabel itu tanggal berapa setiap bab harus kita selesaika. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk menggarap naskah buku per babnya, yakni sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Kesalahan kelima, menulis sekaligus mengedit. Hal itu merupakan kesalahan paling sering dilakukan oleh siapa pun yang baru pertama kali belajar menulis naskah buku. Yakni dalam satu waktu sedang menulis lalu melihat tulisan di atasnya dan kemudian mengeditnya. Sehingga tulisan selesainya akan semakin lama.
Seolah-olah ada rasa cemas jika tidak melihat tulisan yang sudah dibuat. Padahal cara menulis seperti itu akan membuat kita mudah lelah dan capek sendiri. Bahkan menulis dua halaman saja bisa memakan waktu berjam-jam. Solusinya, menulislah dengan cepat dan jangan pedulikan dulu kesalahan ketik atau ejaan. Biarkan proses menulis berjalan dengan alami. Nanti setelah tulisan selesai, baru kita edit. Jadi antara aktivitas menulis dan edit itu adalah dua aktivitas yang berbeda. Misalkan hari ini menulis, lalu besok baru kita mengeditnya. Dengan begitu, kita tidak akan kehabisan banyak energi dan waktu. Lagipula, jangan terlalu merisaukan masalah editing itu. Selama tulisan kita mudah dipahami, tidak alay, dan tidak terlalu banyak salah ketik, no problem. Karena para editor bisa menerima dan mereka akan mengeditnya sebelum naskah buku kita diterbitkan.
Kesalahan Keenam, menginginkan buku kita banyak yang membaca, namun kita malu atau bahkan tidak mengerti cara berjualan. Tidak peduli buku kita itu dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms, kita harus gencar mempromosikan buku kita jika ingin buku kita banyak dibaca orang (read: laku). Jangan mengandalkan penerbit untuk mempromosikan buku kita. Tugas utama promosi adalah kita sendiri selaku penulisnya. Sekali lagi saya sampaikan, bahwa “Tidak peduli buku kita itu dijual di rak toko buku atau hanya dijual secara online/via sms”, tapi kita harus gencar untuk mempromosikan buku kita itu, jika ingin buku kita laku dan dibaca orang. Karena penjualan buku kita sangat tergantung dari proses promosi penulisnya”. Tapi tentu juga ditambah konten yang menarik. Karena, meskipun promosi gencar, tapi kalau konten bukunya hancur, ya sama saja
Nah, proses marketing buku tidak harus kita lakukan setelah buku terbit. Kita dapat melakukan marketing bahkan sebelum buku terbit dan justru teknik inilah yang terbaik dalam promosi buku kita. Siapkan pasar kita sebelum buku kita terbit. Apakah sekarang kita sudah tahu letak kesalahan dalam menulis naskah buku dan tahu solusinya? Maka segera perbaiki cara kita dalam menggarap naskah buku.
VI. Kenalilah Lima Hambatan Saat Menulis Buku
Ketika kita sedang menulis buku, sudah barang tentu berbagai rintangan dan hambatan akan terus menghampiri kita. Bahkan muncul sebuah pertanyaan, penahkah kita merasa minder? Atau pernah berkonflik dengan batin kita sendiri? Jika pernah, hal itu telah menandakan bahwa diri kita masih punya sisi manusiawi. Sisi yang mungkin tidak kita sadari itu sesungguhnya sangatlah berguna bagi karier dalam hidup kita. Dengan merasakan segala pikiran yang dapat membuat kita “down”, maka kita dapat terus mengenali berbagai kelemahan di diri kita dan itu kerapkali juga menjadi hambatan kita untuk bisa maju. Sedangkan mengenali hambatan dan tantangan bukanlah tindakan yang negatif, melainkan sesuatu yang positif. Mengapa? Karena kita tidak akan pernah bisa untuk mengatasi masalah, manakala kita sendiri tidak pernah mengenal masalah yang kita hadapi. Dalam konteks menulis buku misalnya, maka hambatan yang muncul-pun memang terhitung cukup besar. Bahkan, ada dua klasifikasi hambatan dan tantangan yang sudah ada di pelupuk mata, yaitu : hambatan yang bersifat internal dan hambatan eksternal. Umummya, hambatan yang bersifat eksternal itu meliputi proses penerbitan, percetakan, pemasaran dan lain sebagainya. Sehingga, hambatan yang bersifat eksternal itu sebenarnya lebih mudah bisa kita atasi, karena kita melihat sendiri kondisi real yang ada di lapangan. Namun, hambatan yang bersifat internal itulah yang sesungguhnya datang dari diri kita sendiri. Hambatan itu sifatnya tidak terlihat, sehingga penulis wajib memahami dirinya sendiri sebelum menulis buku. Sedangkan hambatan internal dalam konteks menulis buku ada berbagai macam jenisnya, tergantung karakter sang penulis itu sendiri. Walaupun begitu, secara umum, ada beberapa hambatan yang telah diketahui bagi yang ingin kreatif menulis buku. Berikut ini adalah proses penjelasannya ;
- Bingung Bagaimana Memulainya.
“Everything is always seemed impossible, until it is done”. Berdasarkan dari kutipan mendiang Nelson Mandela diatas, hal itu dapat disimpulkan bahwa semuanya terasa mustahil sampai pada akhirnya hal itu terselesaikan. Bahkan suatu permulaan atau memulai sesuatu adalah titik terberat dalam setiap pekerjaan, sehingga rasa malas memang menjadi momok yang cukup menakutkan. Malas adalah salah satu sifat alami manusia. Ketika keadaan tenaga sudah terkuras sampai titik nadi dan hati tidak berkompromi, maka rasa malas pun akan terus merajainya. Oleh karena itu, semua orang hebat di dunia ini pasti akan membunuh satu sifat mereka untuk menjadi hebat, yaitu membunuh rasa malas itu. Ketika rasa malas itu sudah kita taklukan, namun belum tentu juga kita dapat memulainya. Karena masih ada rasa takut yang juga dapat menghalangi dan menghantuo jalan kita untuk bisa menulis buku atau menerbitkan buku. Rasa takut akan gagal sebelum atau setelah menerbitkan buku adalah salah satu momok yang terus menghantui diri kita. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk segera memulai dulu tanpa harus terus melihat resiko terlalu jauh. Jadikanlah menulis sebagai habit terlebih dahulu, sehingga kita tidak akan pernah merasa ragu dan rugi. Mengapa bisa begitu? Pada umumnya, orang yang telah membiasakan diri pada suatu pekerjaan sebagai suatu kebiasaan yang positif, maka ia akan cenderung tidak merasa rugi. - Takut Jika Tidak Dapat Mengatur Waktu
Banyak sekali calon penulis yang beranggapan bahwa dirinya tidak akan mempunyai waktu untuk membuat buku. Padahal hal itu bertentangan dengan pernyataan bahwa “writers write while others do nothing”. Artinya, seorang penulis buku, ia terus bekerja ketika orang lain tidak melakukan apa-apa. Uniknya lagi, justru ada sebuah paradoksal yang menyatakan bahwa orang-orang yang super sibuklah itu yang justru bisa meluangkan waktu dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sibuk. Alasannya, orang-orang super sibuk itu mereka sudah terbiasa untuk mengatur waktu, sedangkan orang’orang yang tidak sibuk adalah orang yang memang tidak terbiasa untuk mengatur waktu, dan coba buktikan saja dengan terus sibuk menulis buku.
- Menganggap Remeh Ide
Pernahkah kita merasa mempunyai satu ide dan inovasi, tapi tiba-tiba ide dan inovasi kita itu akhirnya kubur sendiri karena seperti mengada-ada? Jangan lakukan lagi setelah ini. Karena, suatu ide dan inovasi dapat dikatakan ”it was impossible yesterday” yang maksudnya bahwa ide dan inovasi itu terasa mustahil di hari kemarin. Maka, kemarin itu mustahil, namun sekarang bisa jadi ide dan inovasi itu tidak mustahil lagi. Jangan pernah kubur ide kita itu, dan mulailah sekarang untuk segera menulis, dan tuangkan ide dan gagasan kita itu saat ini agar tidak lupa dan tidak kabur lagi.
Karena, ide yang berlimpah, namun tidak ditulis dan dikelola secara baik, maka ide tersebut ia bisa terus membingungkan. Jika kita punya segudang ide acak misalnya, maka mulailah ide acak itu kita benahi dan kita tempatkan ide-ide acak itu, yaitu sesuai dengan tempatnya. Jikalau ada ide yang justru tidak relevan dengan yang lainnya, maka kita dapat menyimpanannya terlebih dahulu sampai menemukan kecocokan, ataupun kita dapat mengeliminasinya. Tentunya eliminasi disini maknanya berbeda dengan mengubur, karena eliminasi disino masih mempunya “track record”. Oleh karena itu, alirkan terus ide-ide yang kita punya dan mulailah ambil buku catatan untuk mencatatnya.
- Kurang Percaya Diri
Masih mempunyai korelasi dengan hambatan di internal diri kita, yakni ketika memulai menulis, percaya diri juga memang memegang peranan penting. Seorang dapat dikatakan percaya diri, jika ia mampu mengendalikan rasa takut dan cemas akan melakukan suatu kesalahan. Dimana-mana, percaya diri itu adalah satu sifat yang berpengaruh pada karier setiap individu dan termasuk bagi seorang penulis. Meskipun membuat buku itu tidak seperti bekerja di kantor, justru saingan yang terberat dalam konteks menulis buku lebih berat dan serius daripada persaingan antar perusahaan.
Mengapa demikian? Karena saingan terberat kita adalah diri kita sendiri, terutama rasa percaya diri kita itu yang harus terus ditumbuh-kembangkan. Jika kita (masih) takut untuk gagal, maka mulai saat ini kita untuk terus menandang soal kegagalan tersebut dari sudut pandangan yang lainnnya atau dari sudut pandang yang berbeda. Karena, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Sebagai catatan pula, gunakanlah kutipan tersebut diatas, tidak hanya sebagai pemanis bibir belaka, namun harus dalam bentuk tindakan yang nyata. Karena tindakan nyata, sekecil apapun itu, maka ia akan menjadi tindakan besar, jika dibarengi pula dengan kemantapan hati dan rasa percaya diri. Kita dapat melakukan peningkatan percaya diri dengan berbagi pengalaman manis ataupun pahit ke dalam sebuah tulisan.
- Terlalu Prefeksionis
Dalam konteks menulis buku, kesempurnaan memang mutlak diperlukan karena buku berfungsi sebagai model atau contoh yang harus bisa diteladani dan dipercayai. Hampir semua orang tahu bahwa belajar dari sumber yang sempurna, belum tentu juga bisa menghasilkan ilmu yang sempurna pula, apalagi jika sumbernya sendiri kurang begitu sempurna. Akan tetapi, jangan sampai kesempurnaan itu terus menjadi penghalang kita untuk mengirimkan naskah buku kita ke penerbit buku. Kita seyogyanya untuk tidak menunda-nunda pengiriman naskah buku kita sampai sempurna untuk diterbitkan. Jika naskah kita sudah dianggap bagus oleh pihak penerbit, tentunya mereka akan membantu kita untuk lebih menyempurnakannya lagi. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir tentang kesempurnaan naskah buku kita jika kita menulisnya dengan yakin sepenuh hati.
Dengan kata lain, bahwa hambatan dan rintangan akan selalu ada di setiap perjalanan hidup kita, dan termasuk ketika kita sedang menulis buku. Namun kita harus tetap optimistis dan jangan pernah mengeluh kepada setiap hambatan yang kita temui, namun lihatlah hambatan itu sebagai sebuah tantangan yang harus kita taklukan. Oleh karena itu, segeralah mantapkan diri dan hati kita untuk menjadi seorang penulis yang profesional, dan akhirnya bisa menjadi orang yang ptoduktif untuk terus menulis buku.
VII. Kesimpulan
Menulis adalah seni yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari penulisan kreatif hingga peulisan yang bersifat ilmiah (menulis buku), hal itu tentunya perlu menerapkan berbagai strategi yang tepat, demi meningkatkan kualitas dan daya tarik suatu karya tulis. Oleh karena itu, sebagaimana telah dibahas begitu panjang lebar di bagian atas, bahwa tujuan penulisan artikel ini, yaitu mencoba membahas beberapa strategi untuk bisa menulis secara profesional. Hal itu tentunya tidak hanya sekedar membantu kita untuk mengembangkan kemampuan menulis, tetapi juga berusaha untuk memberikan inspirasi bagi para calon penulis pemula untuk bisa menghasilkan karya tulis yang mempuni.
Memahami Audiens Target
Sebagaimana telah dijelaskan di bagian atas, bahwa sebelum memulai menulis, maka langkah pertama yang krusial adalah untuk memahami siapa sesungguhnya audiens (segmentatif orang) yang akan menjadi target sasaran kita. Apakah mereka ahli di bidang tertentu, pembaca umum, atau mungkin anak muda yang ingin tahu lebih banyak tentang suatu topik? Dengan memahami siapa yang akan membaca buku kita, maka kita dapat menyesuaikan gaya, tone, dan tingkat kompleksitas tulisan kita agar sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pilihan Kata Yang Tepat Dan Berdaya Pikat
Kata-kata memiliki kekuatan untuk merentangkan perasaan, membangun gambaran yang hidup, dan menyampaikan pesan dengan jelas. Pilih kata-kata yang tepat dan berdaya pikat untuk mengkomunikasikan ide kita. Hindari penggunaan kata-kata klise dan coba cari alternatif yang lebih segar dan orisinal. Seyogyanya terus menggunakan kamus sinonim dan terus meningkatkan perbendaharaan kata kita, hal itu akan dapat membuat tulisan kita lebih menarik.
Struktur Narasi Yang Kuat
Struktur narasi yang baik akan membantu para pembaca untuk tetap terlibat dan mengikuti alur cerita yang kita tulis di buku kits. Oleh karena itu, mulailah dengan proses pendahuluan yang lebih menarik perhatian, lalu bangun perlahan ke puncak klimaks, dan kemudian akhiri dengan sebuah penutup yang memuaskan. Gunakan paragraf yang terorganisir dengan baik dan jangan ragu untuk menggunakan subjudul, bullet points, atau numbering, hal itu untuk memudahkan para pembaca untuk memahami sepenuhnya tentang isi buku kita.
Penelitian Yang Mendalam
Tulisan yang berbasis pada penelitian yang mendalam cenderung lebih meyakinkan. Oleh karena itu, lakukan riset menyeluruh sebelum menulis buku. Kutip sumber-sumber yang terpercaya, gunakan data dan fakta yang relevan, dan pastikan informasi yang kita sampaikan itu akhirnya bisa kita pertanggungjawabkan. Sementara penelitian yang kuat, hal itu akan memberikan dasar yang kokoh untuk mendukung argumen atau ide-ide yang kita tuangkan di dalam buku hasil karya kita.
Rewriting Dan Editting Berulang
Menulis bukanlah proses satu kali jalan. Karena, setelah menyelesaikan naskah pertama, seyogyanya kita untuk meluangkan waktu untuk terus merenung dan lakukan rewriting. Revisi membantu kita untuk memperbaiki alur cerita, memperjelas pemikiran, dan menghindari penggunaan kata-kata yang berlebihan. Setelah itu, lakukan proses editing dengan cermat. Periksa tata bahasa, ejaan, dan struktur kalimat untuk memastikan bahwa tulisan kita memang memiliki kualitas yang tinggi.
Mengembangkan kemampuan menulis yang baik memang memerlukan dedikasi, latihan, dan sebuah pemahaman yang mendalam tentang teknik-teknik menulis yang efektif. Dengan memahami audiens, memilih kata-kata dengan bijak, membangun struktur narasi yang kuat, melakukan penelitian yang mendalam, dan melibatkan proses rewriting serta editing secara berulang, maka kita akan mencapai keunggulan dalam seni menulis. Teruslah berlatih, terbuka terhadap umpan balik, dan nikmati proses penemuan proses kreatif kita. Dengan menerapkan beberapa strategi diatas, maka kita akan mendapatkan atau menghasilkan karya tulis kita yang kuat dan menginsfirasi.